Siapa yang menyangka sosok-sosok anyar yang diboyong Tottenham Hotspurs awal musim ini justru sukses menghadirkan kontribusi besar, setidaknya mengantar Spurs ke puncak klasemen sementara.
Kemenangan 2-0 kala menjamu Fulham, Selasa (24/10), mengembalikan Tottenham Hotspur ke puncak klasemen sementara Liga Inggris 2023/24. The Lilywhites unggul dua poin dari Manchester City yang menempel di peringkat kedua.
Performa Spurs memang cukup menjanjikan musim ini. Hingga pekan kesembilan, klub London Utara itu belum terkalahkan. Mereka sudah mencatatkan tujuh kemenangan dan dua hasil imbang. Bandingkan dengan City selaku juara bertahan yang sudah menelan dua kekalahan.
Awalnya, banyak yang meragukan Spurs bisa tampil musim ini. Kepergian bomber utama mereka, Harry Kane, ke Bayern Munich merupakan salah satu alasan yang mendasari.
Faktanya, lini serang Spurs tetap tajam dengan mengandalkan Son Heung-Min sebagai tumpuan gol. Bintang asal Korea Selatan itu sudah mengemas delapan gol dan satu assist di semua ajang.
Sebanyak tujuh gol di antaranya dibuat Son di liga. Bersama Mohamed Salah (Liverpool), keduanya tinggal terpaut dua gol dari bomber Manchester City, Erling Haaland, selaku pemuncak daftar top skor sementara.
Bahkan, muncul fenomena bahwa ketajaman Son justru lahir karena ditinggal Kane. Hal itu berkaca dari data statistik Opta. Buktinya, Son berhasil mengemas tujuh gol di enam penampilan terakhirnya. Jumlah itu sudah lebih banyak dibanding koleksi gol Son (6 gol) di 23 penampilan sebelumnya.
Kejataman Son ditopang oleh tandem barunya, James Maddison. Berhubung klub lamanya, Leicester City, terdegradasi ke Championship, Maddison direkrut Spurs di bursa transfer musim panas silam. Ia dibanderol seharga 40 juta poundsterling dan diikat kontrak selama lima tahun.
Semenjak berseragam Spurs, kontribusi gol Maddison tak kalah dibanding Son. Kalau Son sudah terlibat langsung dalam sembilan gol (8 gol, 1 assist), maka kontribusi gol Maddison cuma kalah satu gol lewat rincian tiga gol dan lima assist.
Koleksi tiga gol Maddison juga masih lebih banyak dibanding rekan-rekannya di lini serang semisal Dejan Kulusevski (2 gol) atau Richarlison (1 gol).
Menurut Squawka, performa Maddison memang sedang bagus-bagusnya. Sosok berusia 26 tahun itu tercatat sebagai pemain dengan jumlah kreasi peluang terbanyak (29 kali).
Lini belakang juga solid
Performa bagus Son dan Maddison di lini depan secara tidak langsung menular ke lini belakang. Pasalnya, Spurs baru kebobolan delapan gol, sama dengan Arsenal.
Sejauh ini, hanya City yang menelan kebobolan lebih sedikit (7 gol). Sebagai gambaran tim-tim kuat lainnya sudah kebobolan lebih banyak dari Spurs, seperti Liverpool (9 gol), Newcastle (9 gol), Chelsea (9 gol) atau Man. United.
Solidnya lini belakang tak lepas dari penampilan dua pilar mereka, yakni Guglielmo Vicario (kiper) dan Micky van den ven (bek tengah).
Kita mulai dari Vicario. Ia diboyong dari Empoli jelang bergulirnya musim ini. Berhubung kiper utama sekaligus kapten Spurs, Hugo Lloris dibekap cedera panjang sejak bulan Mei silam, Vicario ketiban untung. Ia langsung dipercaya menggantikan peran Lloris.
Kepercayaan itu dibayar lunas. Menurut Opta, Vicario sejauh ini berhasil menorehkan rasio persentase penyelamatan tertinggi dibanding kiper-kiper lain. Selain itu, ia juga tercatat sebagai kiper dengan jumlah clean-sheet terbanyak (5 kali).
Namun, bicara soal tak kebobolan, tentu bukan hanya peran kiper semata. Bek-bek Spurs juga layak mendapat kredit. Salah satu yang tampil paling mengesankan adalah Micky van de Ven.
Sama seperti Maddison dan Vicario, van de Ven juga baru menjadi bagian Spurs sejak awal musim ini. Ia diboyong dengan harga sekitar 50 juta euro dari Wolfsburg.
Bek timnas Belanda yang masih berusia 22 tahun itu nyatanya langsung tampil reguler di Spurs. Ia bahkan sudah mencetak satu gol yang cukup krusial bagi Spurs, yakni kala gol tunggal detik-detik akhirnya menghadirkan kemenangan dramatis 1-0 atas Luton di pekan ke-8.
Nilai plus lainnya van de Ven adalah soal kelugasannya menghalau serangan lawan. Menurut Opta, ia sudah mencatatkan 15 tekel bersih dari total 16 upaya tekelnya. Itu artinya, baru sekali tekel van de Ven yang meleset. Catatan positif itu sekaligus mengantarkan van de Ven sebagai bek dengan rasio persentase tekel sukses tertinggi (93,8%).
Peran sang pelatih anyar
Sosok lain yang tak kalah berperan tentu saja sang pelatih anyar, Ange Postecoglu. Berhubung diboyong dari Celtic, kehadiran Postecoglu awalnya sempat diraguka beberapa pihak. Apalagi, CV-nya juga belum terlalu mentereng karena sebelumnya lebih banyak berkiprah sebagai juru taktik di Asia (Yokohama Marinos) dan Australia (Brisbane Roar, Melbourne Victory, timnas Australia).
Namun, Postecoglu berhasil mematahkan pandangan miring tersebut. Di tangannya, Spurs tampil lebih ofensif dan kesan itu selaras dengan data-data statistik. Menurut Squawka, Son dkk. teratas dalam hal jumlah tembakan on-target, umpan di 1/3 akhir lapangan, jumlah sentuhan di kotak penalti lawan, dan jumlah duel antarpemain di lapangan.
Fakta lain menunjukkan bahwa raihan 23 poin yang sejauh ini sudah dikumpulkan Postecoglu dan pasukannya, merupakan catatan rekor tersendiri. Pasalnya, jumlah tersebut merupakan jumlah raihan poin tertinggi yang pernah diraih seorang pelatih hanya dalam kurun sembilan pekan awal.
Start bagus yang hampir serupa juga pernah dibuat Spurs pada musim 1960/61. Kala itu, mereka mengumpulkan 23 poin di sembilan laga awal. Tahu apa terjadi di akhir musim itu? Yak, Spurs keluar sebagai juara.