Apa jadinya Piala Dunia tanpa kehadiran Brasil? Masih jauh memang, tapi tanda keterpurukan Selecao tampak nyata belakangan ini. Coreng di Maracana pada Selasa (21/11) diberikan rival besar, Argentina.
Drama sudah muncul sebelum laga. Sepak mula ditunda setengan jam menyusul perkelahian di tribun yang melibatkan polisi. Lionel Messi cs. memilih keluar lapangan.
Setelah kick-off, tensi tinggi berpindah ke lapangan. Atmosfer keras segera tergelar. Saat laga baru berlangsung 10 menit, Rodrigo de Paul mesti mengganti seragamnya yang berlumuran darah setelah wajahnya terkena sabetan tangan Gabriel Jesus.
Kendati laga tergelar dalam tempo cepat dan ketat serta terjadi banyak aksi gasak-menggasak, babak pertama tidak memunculkan banyak peluang bagus. Skor kacamata mengakhiri paruh pertama duel di Estadio do Maracana itu.
Gabriel Martinelli hampir mematahkan kebuntuan setelah bekerja sama dengan rekannya di Arsenal, Jesus. Namun, tembakan kali pertamanya bisa diselamatkan Emiliano Martinez secara mengesankan.
Saat Brasil menguasai laga, Argentina menyusup seperti pencuri. Dari posisi tidak jauh dari titik penalti, Nicolas Otamendi menyundul masuk sepak pojok Giovani Los Celso pada menit ke-63. Bola bersarang di pojok kanan gawang tanpa bisa ditepis Alisson Becker.
Brasil tampak merasakan kekurangan daya gedor setelah Neymar dan Vinicius Jr. absen gegara cedera. Selecao berkesulitan menyamakan kedudukan. Repot buat tuan rumah, Joelinton diusir wasit saat duel tersisa sembilan menit setelah mendorong muka De Paul.
Pasukan Lionel Scaloni bisa mempertahankan keunggulan. Argentina pun mencetak sejarah sebagai tim pertama yang memberikan kekalahan buat Brasil di kandangnya di ajang kualifikasi Piala Dunia.
Berlanjutnya tren menukik Brasil sudah diperkirakan. Namun, kekalahan ini tetap memberikan rasa pahit buat para pendukung yang memuja Brasil dengan berbagai rekornya.
Baca: Previu Brasil vs Argentina: Tren Nyungsep Berlanjut, Sejarah Brasil akan Ternoda di Maracana
Secara keseluruhan, Argentina tampak siap bertarung di Maracana, seperti saat merebut Copa America di tempat yang sama dua tahun lalu. Penguasaan bola Tim Tango sebesar 48 persen, itu pun setelah Brasil mengepung usai tertinggal di pertengahan babak babak kedua.
Duet lini depan mereka, Messi dan Julian Alvarez, praktis tidak berkutik, tapi Argentina dapat membuat tujuh peluang, sama seperti Brasil. Meski begitu, hanya dua yang mengarah ke gawang dan empat buah bisa diblok pemain tuan rumah.
Albiceleste pun bisa menjaga ketenangan mereka. Tidak ada selembar kartu pun yang keluar dari saku wasit. Brasil mendapat tiga kartu kuning dan satu merah.
“Tim ini terus membuat sejarah. Kemenangan luar biasa di Maracana, walau ditandai kekerasan terhadap suporter Argentina sekali lagi di Brasil. Ini tidak bisa dibiarkan, biadab, dan harus berakhir sekarang!” tulis Messi di akun medsos Instagram miliknya.
View this post on Instagram
Rekor sudah patah. Dengan tiga poin ini, Tim Tango kembali ke puncak klasemen zona Conmebol dengan 15 poin, disusul Uruguay dan Kolombia masing-masing dengan 13 dan 12 poin.
Dengan hanya mendulang satu poin dari tiga laga terakhir, Brasil mengumpulkan tujuh angka. Selecao pun turun ke peringkat keenam, posisi terakhir tiket otomatis ke Piala Dunia.
Rekor berikutnya yang patah: Brasil tidak tampil di putaran final Piala Dunia untuk pertama kali? Ngeri, gak, sih?