Inter Milan mengukir pencapaian tersendiri di Supercoppa Italiana, lebih khusus lagi buat Simone Inzaghi. Di final yang digelar di Riyadh, Arab Saudi, pada Senin (22/1), I Nerazzurri mengalahkan juara liga, Napoli.
Inter tak meraih Piala Super Italia pertama dengan format empat klub ini dengan mudah. Drama kartu merah dan gol di pengujung duel mewarnai laga puncak ini. Penutupannya adalah kritik dari Napoli.
Inter kuasai paruh pertama
Napoli nyaris tidak berkutik di babak pertama. Inter membuat banyak peluang di paruh pertama ini. Di menit ke-15, voli Federico Dimarco masih melebar.
Tembakan Hakan Calhanoglu dan Henrikh Mkhitaryan masih belum menemui sasaran. Lautaro Martinez bisa menggetarkan jala Napoli, tapi dianulir karena off-side dalam prosesnya.
Kartu merah Simeone
Khvicha Kvaratskhelia akhirnya bisa membuat peluang bagus buat Napoli di awal babak kedua. Pemain Georgia itu membuat kiper Yann Sommer melakukan penyelamatan gemilang.
Petaka buat Napoli muncul pada menit ke-60. Wasit Rapuano memberikan kartu kuning kedua untuk Giovanni Simeone karena menginjak kaki Francesco Acerbi.
Meski Napoli bermain dengan 10 pemain, Inter tetap sulit menembus pertahanan Partenopei. Marcus Thuram meluputkan peluang di dekat gawang Napoli.
Penentuan di ujung
Memasuki menit ke-81, pelatih Inter, Simone Inzaghi, memasukkan dua pemain menyerang, Marko Arnautovic dan Alexis Sanchez. Kerja sama keduanya hampir berbuah gol, tapi tembakan Arnautovic masih bisa ditangkal Pierluigi Gollini.
Saat duel sepertinya akan ditentukan lewat adu penalti, Inter akhirnya bisa menjebol gawang Napoli. Semenit memasuki injury time, Lautaro Martinez menyambar operan tarik Pavard dari sisi kanan.
Gol sang kapten memastikan Supercoppa Italiana ketiga beruntun buat La Beneamata. Tiga trofi Piala Super berturut-turut ini mengikuti jejak AC Milan pada 1992-94.
Total koleksi Inter adalah delapan trofi ajang ini sejak 1988. Si Hitam Biru melewati rival sekota, AC Milan, dan tinggal satu lagi dari Juventus.
View this post on Instagram
Rekor Simone
Bagi Inzaghi, trofi ini menjadi Supercoppa yang kelima dari lima musim termasuk saat melatih Lazio. Koleksi ini menjadi yang terbanyak, melewati empat buah oleh Marcello Lippi dan Fabio Capello.
“Pujian buat Napoli untuk performa bagus. Mereka bertahan dengan sangat baik dan bertarung kayak singa. Kalah di menit ke-90 selalu menyakitkan. Saya juga ingin memberi ucapan selamat untuk pemain-pemain saya. Final 60 jam setelah semifinal adalah hal baru bagi semuanya. Kami terimbas kelelahan, tapi para pemain tetap berfokus,” ucap Inzaghi dikutip Football Italia.
Mengenang Riva
Babak kedua final di King Saud University Stadium di Riyadh ini diawali dengan mengheningkan cipta untuk mengenang Luigi “Gigi” Riva. Tiga kali top-scorer Serie A saat memperkuat Cagliari ini membawa Azzurri kampiun Euro 1968. Penyerang legendaris itu meninggal dunia di usia 79 tahun.
Kabar mangkatnya Riva baru sampai ke telinga kedua tim saat turun minum. “Kabar yang menyedihkan, dan kami baru tahu di kamar ganti. Saya cukup beruntung bisa bertemu dengannya. Sosok, pemain, dan ikon yang hebat,” tutur Inzaghi.
Mazzarri boikot, presiden sindir
Drama berlanjut setelah laga usai. Walter Mazzarri, allenatore Napoli, memilih tidak mengikuti seremoni puncak. Bos anyar menggantikan Rudi Garcia ini terlihat berteriak “Memalukan!” saat kartu merah Simeone.
Kegusaran kubu Partenopei ditambah anggapan bahwa Calhanoglu baru diganjar kartu kuning setelah tiga pelanggaran keras.
Mazzarri segera memasuki lorong ke kamar ganti begitu peluit akhir laga berbunyi. Presiden klub, Aurelio De Laurentiis, yang memimpin Napoli dalam penyerahan medali.
Sang presiden mengungkapkan keresahan dengan menyindir ketua wasit Italia, Gianluca Rocchi. “Saya merasakan kesedihan Rocchi yang mengalami mimpi buruk. Kelemahan para wasit musim ini, bukan hanya terhadap Napoli, tapi juga terhadap semua tim, jelas terlihat,” kata ADL.