La Remontada alias the comeback. Sebuah istilah yang tersemat pada keberhasilan Barcelona mengejar ketertinggalan agregat dari Paris Saint-Germain di babak 16 besar, Liga Champions 2016/17.
Barca kalah 0-4 kala bertamu ke Paris di leg pertama. Namun, Lionel Messi dkk. sukses membalikkan keadaan berkat kemenangan 6-1 (agregat 6-5) kala ganti menjamu PSG di leg kedua.
Yang terjadi tadi malam di Nou Camp, Rabu (17/4) mirip-mirip. Hanya saja, gantian PSG yang kali ini keluar sebagai pemenang. Dramanya memang tak segila 2016/17, tapi tetap mencengangkan. La Remontad kawe dua kira-kira. Kalah 2-3 di kandang sendiri pada leg pertama, PSG bangkit dan balik menaklukkan Barca 4-1 dini hari tadi.
Masalahnya, PSG sempat tertinggal lebih dulu lewat gol Rapinha (menit 12’). Akan tetapi, skuat asuhan Luis Enrique tersebut sukses membalas dengan empat gol beruntun lewat Ousmane Dembele (40’), Vitinha (54’), Kylian Mbappe (61’ & 89’).
Kubu tuan rumah meradang atas hasil buruk ini. Xavi, selaku nahkoda tim, protes keras soal wasit. Sang pengadil adalah Istvan Kovac, wasit yang masih berusia 39 tahun asal Romania.
Hukuman kartu merah untuk bek Ronald Araujo (29’), jadi pemicu. Faktanya, empat gol PSG memang lahir setelah Araujo keluar lapangan.
“Kami sungguh kecewa. Insiden kartu merah untuk Araujo sangat menentukan. Padahal, sebelum kartu merah itu, kami tampil sangat terorganisir. Keputusan itu benar-benar mempengaruhi jalannya laga,” ujar Xavi usai laga dilansir Diario AS.
View this post on Instagram
Kemarahan Xavi benar-benar tumpah kala Kovacs juga mengganjarnya dengan kartu merah pada menit 56’. Playmaker legendaris Barca itu tertangkap kamera mengumpat ke arah Kovacs.
“Kerja keras kami sepanjang musim ini justru dihancurkan oleh wasit. Saya katakan padanya bahwa ia adalah bencana, sangat buruk. Ia bahkan tak mengerti pertandingan,” lanjut Xavi.
Namun, terlepas dari keputusan kontroversial Kovacs, PSG benar-benar sukses memanfaatkan momentum. Selain mencetak empat gol balasan, skuat Les Parisien juga begitu mendominasi laga. Persentase penguasaan bola mereka mencapai 67,3% berbanding 32,7%.
View this post on Instagram
Menurut data Opta, persentase penguasaan bola Barca tersebut merupakan yang terendah sejak musim 2013/14 di semua ajang. Barca tampil jauh dari gaya permainan asli mereka.
Selain lebih menguasai laga, PSG juga lebih banyak menciptakan peluang. Kylian Mbappe dkk. melepaskan 21 tembakan (sembilan on-target), sementara Barca cuma bisa melepaskan delapan tembakan (empat on-target).
Ujung-ujungnya, nama Mbappe yang mencuat lantaran berhasil mengemas dua gol. Tambahan dua gol itu mengantarnya memuncaki daftar pencetak gol terbanyak sementara lewat torehan delapan gol. Ia unggul dari Harry Kane (7 gol/Bayern), Antoine Griezmann (6 gol/Atletico), dan Erling Haaland (6 gol/Man. City).
Mbappe juga menjadi pemain tersering kedua yang menjebol gawang Barca lewat koleksi enam gol. Ia cuma kalah dari bintang kawakan Bayern, Thomas Mueller (8 gol).
Dilansir Squawka, Mbappe kini juga sudah mengoleksi 48 gol Liga Champions. Koleksi itu membuatnya sejajar dengan Zlatan Ibrahimovic dan Andriy Shevchenko. Cuma ada delapan nama lain yang mengoleksi gol lebih banyak dari ketiganya di kasta tertinggi Eropa tersebut.
Secara keseluruhan, Mbappe kini juga menjadi pemain tersubur di antara lima liga top Eropa berkat torehan 40 gol-nya di semua ajang musim ini.