Derbi Manchester mencetak sejarah di final Piala FA pada Sabtu (25/5) nanti dengan ulangan tahun lalu. Kecenderungannya masih sama seperti laga puncak sebelumnya.
Partai puncak ini menciptakan sejarah tersendiri. Final ini baru yang kedua yang mempertemukan dua tim yang sama dua tahun berturut-turut sejak digelar pada 1871-72. Sebelumnya adalah Blackburn Rovers kontra Queen’s Park pada 1983-84 dan 1984-85.
Tahun lalu, City langsung menuai hasil dari gebrakan awal. Baru 13 detik, Ilkay Gundogan membuka dominasi Cityzens untuk trofi kedua dari treble bersejarah yang sebelumnya juga dicatat United. Terkait trigelar semusim itu, Iblis Merah tidak cukup termotivasi untuk menahan laju tetangganya yang sempat mereka sebut berisik itu.
Manchester, di Wembley, tahun ini masih condong berwarna biru. Cityzens menggoreskan enam kemenangan beruntun atas tetangganya sebelum tampil di stadion keramat Inggris itu.
Bahkan, dapat dikatakan tendensi itu lebih besar daripada tahun silam. Premier League musim ini menggarisbawahi dominasi Cityzens. Pasukan Pep Guardiola menghasilkan empat gelar liga berturut-turut yang lagi-lagi merupakan sejarah pertama di tanah Inggris.
Di Wembley, City mengincar sejarah baru lagi. Jika berhasil juara Piala FA kembali, Si Anak Kota akan menjadi klub pertama yang meraih dua gelar utama di Inggris dua tahun beruntun.
City favorit seiring kiprah tangguh domestik mereka. Sejak pertengahan Desember, City tak terkalahkan dalam 90 menit permainan di 36 pertandingan konsekutif, 29 di antaranya berujung kemenangan Erling Haaland cs.
Kans kecil United bisa digali dari catatan mereka 12 pertandingan beruntun tak terkalahkan selama 90 menit di periode yang sama. Di samping itu, Iblis Merah juga mengemban misi pribadi yang besar.
Duel derbi ini akan menjadi arena pembuktian Erik ten Hag untuk memperbesar peluang mempertahankan kursinya. Bos asal Belanda itu tengah berada dalam tekanan besar setelah United menggoreskan finis terburuk di liga, kedelapan, sejak 1989-90. Walau musim itu menelurkan Red Devils sebagai juara Piala FA, kebetulan semacam itu sulit terulang.
View this post on Instagram
Motivasi United boleh jadi dipertebal pencapaian yang berefek pada musim depan. Hanya dengan menjadi kampiun Piala FA ini United bisa merasakan kompetisi antarklub Eropa.
Hanya, selain grafik permainan yang jeblok sepanjang musim, ditandai dengan selisih gol minus satu di liga, kiprah United di Piala FA belakangan juga tidak menggembirakan.
The Red Devils baru sekali mengangkat trofi kompetisi tertua ini sejak 2004. Sejak gelar terakhir itu, United kalah empat kali di final, kesemuanya dari kubu yang dianggap sebagai enam besar di Inggris.
Perjalanan United di ajang piala ini terbilang naik turun pula. Mereka bisa menyingkirkan Liverpool secara dramatis di Old Trafford, tapi lalu mesti bersusah payah plus beruntung saat menepis klub Championship Division, Coventry City, di semifinal.
Red Devils pun tidak dapat menampilkan kekuatan terbaik mereka. Harry Maguire, Luke Shaw, Mason Mount, dan Tyrell Malacia masih berkutat dengan cedera. Ketersediaan Viktor Lindelof dan Anthony Martial masih tanda tanya.
City akan tampil tanpa kiper utama, Ederson, yang mengalami cedera mata. Namun, pilihan kedua, Stefan Ortega, tampil bagus saat dipercaya melapis.
Selain Ederson, City tidak mempunyai masalah absensi pemain. Guardiola bisa menampilkan skuad terbaiknya di partai pamungkas musim ini.
Gundogan, pencetak dua gol tahun silam, sudah pindah. Namun, Citeh masih memiliki segudang amunisi mumpuni. Phil Foden praktis akan menjadi sosok yang berpotensi besar memastikan lanjutan kemalangan United. Gelandang-penyerang yang pekan lalu terpilih sebagai pemain terbaik Premier League itu membukukan enam gol di empat startnya meladeni Iblis Merah.
Di tepi lapangan, Guardiola masih merupakan momok besar buat Red Devils. Pria Spanyol itu sudah 15 kali membawa tim racikannya mengalahkan United dari 25 kesempatan dengan tujuh kekalahan. Jumlah 15 kemenangan itu hanya kalah sedikit daripada meladeni Burnley (17 kali) dan Arsenal (20).
Manchester masih akan biru selepas final ini. United bakal cuma bisa termangu melihat tim-tim lain tampil di Eropa.