Kejadian kelam di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) seperti tamparan keras bagi semua pelaku sepak bola di Indonesia. Pertandingan sepak bola yang seharusnya penuh suka cita justru berubah menjadi tragedi.
Pertandingan antara Persib Bandung melawan Persebaya Surabaya harus memakan korban. Disebutkan bahwa dua suporter Persib Bandung meregang nyawa di stadion akibat berdesakan sehingga kehabisan oksigen.
Hal tersebut terjadi karena masa yang membludak di stadion. Panitia pelaksana yang hanya menyediakan 15.000 tiket justru tak digubris oleh para penonton, sehingga stadion pun menjadi full kapasitas.
Penyediaan 15.000 tiket sendiri bukan tanpa alasan. Menurut Eko Maung yang juga pengamat sekaligus pandit di JebreeetMedia, infrastruktur yang tidak memadai membuat panitia pelaksana hanya menyediakan tiket kurang dari 50% kapasitas stadion.
“Jadi agak berbeda di Bandung ini selain karema PPKM ini juga pembatasan dilakukan karena infrastruktur. Jadi GBLA ini ada beberapa struktur yang tidak ideal,” katanya.
Pasalnya dirinya menilai sangat berbahaya jika stadion dipaksakan full kapasitas. Apalagi banyaknya tembok yang retak dan miring, yaƱg membuat lebih berbahaya dari sebelumnya.
Atas dasr itu Eko Maung mendukung panitia pelaksana yang hanya menyediakan 15.000 tiket saja.
“Ada yang retak-retak dan tembok miring-miring. Makannya dari kapasitas 38.000 hanya 15.000 yang dijual, artinya bagus panpel tidak menyiapkan kurang dari 50%. Tapi apa yang terjadi, di dua pertandingan tribun atas full,” jelasnya.
Melihat kuota tiket dan penuhnya stadion membuat dirinya yakin penonton yang tidak punya tiket justru lebih banyak daripada yang punya tiket. Pasalnya kuota tiket awalnya berada di bawah 50% dari kapasitas stadion.
“Ini artinya memang banyak sekali penonton yang tidak bertiket. Bahkan penonton yang tidak memiliki tiket lebih banyak dibandingkan yang punya tiket. Justru yang di luar kebanyakan yg punya tiket,” tutupnya.