Video Assistant Referee atau yabg biasa disebut dengan VAR saat ini sedang menjadi buah bibir di dunia persepakbolaan Indonesia. Janji Ketua Umum PSSI yang baru, Erick Thohir mengatakan bahwa dirinya ingin menerapkan VAR di Indonesia.
Namun tak lama Wakil Ketua Umum PSSI yang baru, Ratu Tisha menyebutkan bahwa penerapan VAR di Indonesia masih sulit diimplementasikan. Pasalnya sumber daya manusia yang ada masih belum memenuhi kriteria.
Dalam acara Depdagri yang berlangsung Selasa (21/2/2023), dikatakan oleh Yusuf Kurniawan bahwa memang betul VAR tidak soal harga, tetapi juga SDM. Alasannya karena ada aturan-aturan yang harus dipenuhi jika ingin menggunakan VAR.
Prosedur itulah yang sebelumnya harus dipenuhi sebelum akhirnya VAR diterapkan di sebuah kompetisi.
“Kalau terkait wasit dan VAR sebetulnya itu sama, jadi di SDM. Pak Erick Thohir pasti tahu untuk mengimplementasikan VAR itu tidak mudah karena VAR itu propertinya FIFA.
“Ketika sebuah organisasi atau liga melaksanakan VAR maka prosedurnya harus mengikuti acuan dari FIFA,” katanya
Terlebih prosedur yang ada cukup memakan waktu yang ada. Pasalnya wasit yang bertugas di balik VAR harus mempunyai/memenuhi kompetensi dari FIFA.
Untuk itu, VAR tidak melulu soal harga yang mahal, tetapi juga sumber daya manusia yang masih belum terpenuhi.
“Wasit-wasitnya pun harus wasit FIFA, yang di panel, yang di bawah yang di monitor itu semuanya harus wasit FIFA. Dan juga itu tuh harus dilatih, kalau namanya beli pake uang itu bisa dicari, tapi SDM itu harus kursus,” jelasnya.
Atas dasar itu Yusuf Kurniawan menyebutkan bahwa butuh waktu yang lama jika Indonesia ingin menggunakan VAR. Para wasit pun harus mengikuti kursus dari FIFA dan memenuhi standarisasi dari FIFA untuk bisa menerapkan VAR di Indonesia.
“Itulah yang tidak mungkin dalam waktu dekat bisa dilaksanakan. Bukan tidak mampu, tapi kompetensi SDM kita yang belum mumpuni,” ungkapnya.