Kedigdayaan Bali United di Liga 1 2022/2023 tampaknya sudah mulai surut. Kekalahan yang jarang didapat nampaknya berbeda di musim ini.
Sebagai juara bertahan, Bali United sejauh ini sudah mengalami kekalahan sebanyak delapan kali. Padahal Bali United saat ini masih menyisakan sembilan laga.
Berbeda dengan musim-musim sebelumnya di mana pada Liga 1 2021/2022 mereka hanya kalah lima kali saja sepanjang musim. Di musim 2017 & 2019, mereka kalah sebanyak delapan kali sepanjang musim.
Catatan terburuk Bali United sepanjang Liga 1 bergulir ada di musim 2018, di mana mereka menelan kekalahan sebanyak 13 kali. Akibatnya pada saat itu mereka bertengger di peringkat 11 pada akhir musim.
Kehebatan Bali United sejauh in tak lepas dari kecerdikan pelatih mereka, Stefano Cugurra dalam meracik strategi. Sejak dinahkodai oleh Teco panggilan dari Stefano Cugurra, Bali United berubah menjadi tim yang cukup disegani dan ditakuti.
Tepatnya pada tahun 2019, selepas dirinya membawa Persija Jakarta juara Liga 1 2018. Saat itu dirinya memilih mundur dari Persija Jakarta dan bergabung dengan Bali United.
Sejak saat itulah Bali United bertransformasi menjadi klub yang jauh lebih baik lagi. Torehannya pun sangat luar biasa, mereka berhasil back to back champions Liga 1 2019/2020 dan 2021/2022.
Meski begitu, sebetulnya Teco harus mengarungi jalan yang cukup terjal. Pasalnya tak jarang justru para pendukung tim yang ia nahkodai meminta dirinya mundur.
Pada musim 2017, Teco betul-betul didesak untuk mundur dari Persija Jakarta karena hasil yang mengecewakan. Dengan nama besar Persija Jakarta tentu The Jakmania tak rela jika tim kebanggaannya berada di papan bawah.
Sejak pekan kelima sampai ke-10, Persija Jakarta berada di peringkat ke-15. Kemarau kemenangan menjadi alasan The Jakmania ingin Teco mundur. Seruan #TecoOut pun sudah mulai terdengar dari para The Jakmania.
Meski pada akhirnya Teco berhasil menjawab kritikan yang dituju kepadanya setelah finish di peringkat empat di Liga 1 2017.
Begitu pula saat membawa Persija Jakarta pada juara Liga 2018. Saat itu The Jakmania, meminta Teco mundur karena Persija Jakarta paceklik kemenangan.
Pada putaran pertama Liga 1 2017 saja Persija Jakarta hanya menang tujuh kali dari 17 pertandingan. Alhasil mereka menempati peringkat keenam dengan raihan 25 poin, hasil dari tujuh kali menang, empat imbang dan enam kali kalah.
Namun nyatanya kembali, Teco berhasil menjawab kritikan menjadi prestasi. Di Akhir musim, Teco berhasil meraih banyak kemenangan. Dengan hasil itu membuat Persija Jakarta buka puasa gelar liga usai 17 tahun lamanya.
Berbeda di musim pertamanya bersama Bali United. Teco betul-betul tancap gas tanpa halangan. Sejak pekan kedua Bali United sudah berada di peringkat tiga besar.
Bahkan sejak pekan ke-14, Bali United menempati peringkat satu dan bertahan hingga akhir musim. Sepanjang musim mereka meraih 19 kemenangan yang membuatnya tak terkejar oleh tim lain.
Pada musim Liga 1 2022/2023, Teco kembali mendapatkan tekanan dari para pendukung Bali United. Tekanan tersebut berupa seruan #TecoOut yang terdengar cukup kencang.
Pasang surut Bali United di musim ini membuat Semeton tak puas dengan hasil yang ada. Selain itu faktor pemilihan pemain menjadi penyebab Semeton mengamuk di sosial media.
Beberapa suporter menyebut sosok Privat Mbarga, ILija Spasojevic dan Novri Setiawan lebih suka pamer skill individu, daripada memberi kesempatan pemain lainnya untuk bisa mencetak peluang dan berbuah gol untuk Bali United.
“Saya tahu banyak kritikan daripada pujian di media sosial. Terus mungkin ada komentar-komentar dari akun palsu.
“Saya tidak mau melihatnya dan terlalu fokus dengan komentar tersebut. Bagi saya hal tersebut bisa mengganggu,” kata Teco seperti dikutip JebreeetMedia dari Bolacom, Senin (27/2/2023).
Akibat dari hal itu, Teco justru enggan membaca tulisan-tulisan miring tentangnya media sosial. Menurutnya terlalu banyak akun palsu yang hanya ditunjukkan kepadanya untuk sekedar memberikan kritikan.
“Saya tidak mau untuk terlalu melihat media sosial. Kalau wartawan yang mengkritik, saya tentu respect.
Mereka tahu kondisi tim dan bisa melakukan evaluasi. Tapi orang lain tidak bisa. Di media sosial, ada juga akun-akun palsu.
“Apakah mereka benar dari Bali atau dari klub lain yang ingin mencari masalah. Maaf, saya tidak terlalu senang membaca komentar-komentar itu,” tutup Teco.
Dengan tren yang pernah terjadi di Persija Jakarta, tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk Teco. Apakah Teco bisa menjawab kembali kritikan kepadanya menjadi sebuah prestasi, atau justru saat ini membuat Teco tertekan dan tak berkembang?
Bagaimanapun, Teco merupakan salah satu terbaik pelatih terbaik yang pernah ada di Liga Indonesia. Raihan juara tiga musim secara beruntun di dua klub berbeda menjadi bukti nyata kualitas Teco sejauh ini.
Untuk itu patut ditunggu kejutan apa yang akan diberikan oleh Teco kepada Semeton. Apakah akan gaungan #TecoOut akan berbuah prestasi atau berbuah pergantian kepelatihan.