Pertemuan antara PSIS Semarang melawan PSS Sleman di Stadion Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (2/4) tampaknya menyisakan luka. Pertandingan yang dimenangkan oleh PSIS Semarang dengan skor 5-2 itu tercoreng karena adanya kericuhan antar supporter.
Kericuhan terjadi antara suporter PSS Sleman di tribun timur dan suporter PSIS Semarang, Snex di Tribun Utara. Benturan kedua supporter tersebut diawali dari saling adu yel-yel suporter, akhirnya mulai memanas dengan saling lempar.
Bentrokan tak terhindarkan, bahkan suporter PSIS Semarang, Snex sampai turun ke lapangan dan keluar dari tribun utara untuk menyelamatkan diri. Kejadiannya terjadi menjelang babak pertama berakhir.
Pertandingan pun sempat terhenti beberapa menit akibat bentrok dua supporter.
Diketahui banyak yang terluka karena bentrokan tersebut
Tak hanya di dalam stadion, di luar stadion pun dikabarkan terjadi bentrokan. Banyak pendukung tuan rumah yang mencoba menaiki pagar stadion untuk bisa masuk ke dalam.
Lemparan supporter dari luar stadion semakin menambah susana menjadi lebih mencekam.
Beruntung bentrokan tak terjadi begitu lama sehingga pertandingan bisa dilanjutkan. Meski begitu tentu saja patut disayangkan.
Kejadian Kanjuruhan yang terjadi pada Oktober 2022 lalu nyatanya tidak membuat para supporter belajar. Tragedi yang memakan korban sekitar 135 jiwa seakan bukan sebuah patokan untuk menjadi lebih baik lagi.
Padahal banyak dari supporter yang sebelumnya berselisih, tetapi karena kejadian tersebut (Tragedi Kanjuruhan) akhirnya berkomitmen untuk menjalin hubungan menjadi lebih positif.
Lihat saja saat Persija Jakarta menghadapi Persib Bandung beberapa waktu lalu. Jika sebelumnya para supporter memberikan tekanan kepada para pemain dengan melempari kendaraan dan sebagainya, justru sekarang sebaliknya.
Para pemain Persib Bandung dikawal oleh para supporter Persija Jakarta sampai hotel. Nyanyian yang mengandung perselisihan pun sudah tidak terdengar lagi.
Begitu pun sebaliknya saat Persija Jakarta bermain di Bandung. Memang sepatutnya jika sebuah tragedi dapat menjadikan pembelajaran agar lebih baik lagi ke depannya.
Walaupun Tragedi Kanjuruhan bukan disebabkan antara kericuhan supporter, tetapi pembelajaran harus tetap bisa dipetik.
Untuk itu, semoga kericuhan atau bentrokan antar supporter dapat disudahi agar tak terjadi lagi hal yang tidak diinginkan.
TRAGEDI KANJURUHAN
Seperti diketahui, Tragedi Kanjuruhan terjadi saat laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya beberapa waktu lalu. Tragedi Kanjuruhan menjadi salah satu kejadian paling suram yang ada di sepak bola Indonesia.
Dalam kerusuhan tersebut, terdapat lebih kurangnya 135 orang tewas dan ratusan orang lainnya luka-luka akibat dari penembakkan gas air mata ke tribun penonton oleh kepolisian.
Akibatnya, Liga 1 2022/2023 sempat dihentikan. Begitu juga dengan Liga 2 dan Liga 3 yang turut terhenti, bahkan sampai terhenti secara total.
Selain itu, pertandingan yang sejatinya bisa disaksikan oleh penonton, mulai dibatasi pasca Tragedi Kanjuruhan. PSSI dan PT LIB mulai menerapkan sistem bubble di Liga 1 2022/2023.
Sejak saat itu pengamanan pun dibenahi dan peraturan demi peraturan baru diterapkan oleh klub demi tak terjadi lagi hal serupa. Sampai akhirnya pada putaran kedua Liga 1 2022/2023 penonton sudah mulai boleh menonton langsung kembali di stadion.
BERHARAP TAK DIHUKUM PSSI
CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi berharap jika timnya tidak dihukum oleh PSSI. Hal tersebut tentu saja buntut dari kerusuhan yang terjadi di kandang mereka saat menjamu PSS Sleman.
Ia menyatakan bahwa pihaknya sangat terpukul atas terjadinya keributan antar supporter. Padahal ia menganggap bahwa selama ini Stadion Jatidiri selalu bersahabat bagi siapapun tamunya.
Untuk itu, ia akan lakukan perbaikan agar tidak ada lagi kejadian yang sama.
“Sangat disayangkan terjadi keributan, tentu ini akan menjadi evaluasi bagi kami, mudah-mudahan tidak ada hukuman dari PSSI,” jelasnya.
Meski begitu, Yoyok Sukawi tak menampik jika timnya sedang dibayang-bayangi hukuman dari PSSI. Untuk itu ia berkeinginan jika hukuman dari PSSI tidak memberatkan timnya.
“Mudah-mudahan dihukum ringan oleh Komdis, tapi saya harap ini jadi bahan evaluasi dan ke depan saya tidak mau lagi seperti itu,” ungkapnya.
KEMENANGAN PERTAMA PSIS SEMARANG
Pertandingan yang berkesudahan dengan skor 5-2, menjadi momen cukup spesial untuk PSIS Semarang. Tim asuhan dari Gilbert Agius itu mencatatkan kemenangan pertamanya dari sembilan laga yang dijalani.
Dalam laga itu, kelima gol PSIS masing-masing dicetak oleh Septian David Maulana (8′), Wawan Febrianto (35′), Tausei Marukawa (52′), Vitinho (68′) dan Carlos Fortes (88′). Sedangkan dua gol PSS disarangkan oleh Ricky Cawor (25′) dan Riki Saputro (32′).
“Akhirnya hal yang sangat membahagiakan hadir dalam tim ini. Ini semua berkat kerja keras semua pemain, staff dan seluruh elemen tim.
“Ditambah para suporter yang tetap memberikan dukungan selama jalannya pertandingan,”ujar Agius saat jumpa pers usai pertandingan.
Menurut Gilbert Agius, permainan anak asuhnya cukup baik selama jalannya pertandingan. Hal itulah yang membuat PSIS Semarang bisa mencetak lima gol dalam satu pertandingan.
“Ini yang saya harapkan yakni kolektif permainan. Kerja keras para pemain wajib diapresiasi,” pungkasnya.
View this post on Instagram