AC Milan punya DNA kental di Liga Champions. Itu yang diklaim para penggemarnya. Namun, Inter dengan mudahnya mematahkan klaim tersebut berkat pilar-pilar senior mereka.
Inter mengamankan satu kaki mereka ke final Liga Champions 2022/23 usai menekuk AC Milan 2-0 di leg pertama semifinal, Kamis (11/5).
Inisiatif skuat Nerazzurri untuk langsung menekan sejak menit awal berujung manis. Mereka sudah bisa unggul dua gol hanya dalam tempo 11 menit berkat gol Edin Dzeko dan Henrikh Mkhitaryan.
Keunggulan dua gol tersebut cukup mengguncang Milan yang tampak gagap. Lewat label kentalnya DNA Milan di Liga Champions, para penggemar Rossoneri seakan lupa bahwa ini merupakan semifinal pertama mereka dalam kurun 16 tahun.
Terakhir kali Milan lolos empat besar hingga akhirnya juara adalah di musim 2006/07, di mana Derbi della Madonnina juga tersaji di babak semifinal. Sejak itu, cuma tujuh kali mereka bisa lolos fase grup (dari delapan musim keikutsertaan) dan baru di musim ini bisa sampai di semifinal.
Pada rentang waktu serupa, Inter lebih kenyang pengalaman. Dari 11 musim keikutsertaan, Inter tujuh kali lolos ke fase gugur, di mana salah satunya juga berakhir manis lewat gelar juara musim 2009/10.
Kembali ke jalannya laga. Unggul dua gol membuat Inter tampil makin pede untuk terus menekan sang rival sekota, setidaknya hingga turun minum.
Data statistik Flashscore menunjukkan bahwa Dzeko dkk. meraih lebih banyak peluang lewat keunggulan jumlah tembakan (13 berbanding 4) dan jumlah shot on target (3 berbanding 0)
Upaya Milan untuk mengejar ketertinggalan juga tak terlalu kentara di babak kedua. Absennya Rafael Leao yang biasanya menjadi andalan membuat lima pergantian pemain yang dilakukan pelatih Stefano Pioli terasa hambar.
Sebaliknya, lima pergantian pemain Inter yang dilakukan pelatih Simeone Inzaghi di pertengahan babak kedua, justru membuat Inter makin solid menjaga keungulan.
Skor 2-0 bertahan hingga akhir dan kredit layak diberikan kepada pilar-pilar tua Inter yang begitu berperan dalam kemenangan tersebut.
Nama yang layak disebut pertama adalah Dzeko selaku pencetak gol pembuka. Berusia 37 tahun, ia resmi menjadi pencetak gol tertua di Liga Champions musim ini bersama Luka Modrid (Madrid vs Celtic).
Menurut Squawka, Dzeko juga masuk dalam daftar tujuh pemain yang mengoleksi 20+ gol di Liga Champions setelah melewati usia 30 tahun. Enam pemain lainnya adalar Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Robert Lewandowski, Karim Benzema, dan Didier Drogba.
Sosok senior lain di Inter yang tampil bagus adalah Henrikh Mkhitaryan. Ia tak hanya mencetak gol kedua lewat akselerasi keren, tapi juga menyabet gelar pemain terbaik laga.
Situs Whoscored memberikan nilai 8,0 untuk rating penampilan bintang asal Armenia tersebut. Nilai yang sama juga disematkan untuk Dzeko. Ingat, usia Mkhitaryan sudah memasuki 34 tahun.
Nama uzur lain yang juga layak dikedepankan adalah Francesco Acerbi. Berbekal pengalamannya, pemain berusia 35 tahun itu mampu mengatur dengan sangat cakap dua rekannya di lini pertahanan, yakni Matteo Darmian dan Alessandro Bastoni.
Acerbi juga sukses membuat Olivier Giroud mati kutu selaku satu-satunya tumpuan gol Milan. Dalam beberapa kesempatan, Acerbi setidaknya mampu memenangi duel bola atas dengan Giroud.
Menurut Whoscored, Acerbi, bersama Dzeko, mencatatkan jumlah menang duel udara terbanyak (4 kali). Selain itu, ia juga pengoleksi jumlah clearances terbanyak (6 kali).
Jika secara rating penampilan, Dzeko dan Mkhitaryan meraih nilai tertinggi, maka rating penampilan Acerbi (7,3) cuma kalah bagus dari Lautaro Martinez (7,7), Hakan Calhanoglu (7,7) dan Bastoni (7,4).
Sebaliknya, dua sosok uzur di kubu Milan, yakni Giroud (36 tahun) dan Simon Kjaer (34 tahun), justru tampil melempem, setidaknya jika mengacu pada rating penampilan versi Whoscored.
Kjaer cuma mendapat nilai 5,9 untuk penampilannya. Nilai itu merupakan yang terendah dari nilai seluruh 32 pemain kedua tim yang merumput semalam. Sementara itu, Giroud cuma mendapat nilai 6,2 atau yang terendah keempat, khusus di antara pemain-pemain Milan.