Rasisme yang menimpa Vinicius Junior di Mestalla minggu lalu masih ramai diperbincangkan. La Liga berniat menekan jumlah kasus serupa dalam setengah tahun. Namun, dengan syarat.
Vinicius Jr. mengalami sejumlah diskriminasi rasial musim ini. Puncaknya terjadi di Mestalla akhir pekan silam. Valencia mendapat sanksi dari La Liga. Namun, pihak pengelola liga menyatakan tidak bisa menghukum pelaku, hanya mengirimkan keluhan kepada otoritas. Presiden La Liga, Javier Tebas, menyatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan keluhan terkait pelecehan rasis kepada sayap Madrid itu.
La Liga kemudian menyodorkan kemungkinan mengenakan sanksi bagi pelaku. Kemungkinan itu bisa terjadi kalau permintaan mereka dikabulkan legislatif.
“Kami yakin, bila memiliki kewenangan, dalam hitungan bulan kami akan menyelesaikan masalah ini. Setidaknya, kami akan membaik secara umum, terutama dalam kasus Vinicius. Kalau tidak mempunyai kekuasaan itu, yang bisa kami lakukan cuma melayangkan keluhan,” ucap Tebas dikutip BBC.
“Kami ingin kekuatan hukum. Kami tidak ingin menyembunyikan isu hinaan rasis. Tidak cukup melayangkan keluhan. Kami ingin dapat menghukum siapa pun yang menghina secara rasis,” lanjut Tebas.
Sang presiden mengaku bahwa menghilangkan masalah rasisme itu tidak akan bisa sampai 100%. Menekannya masih mungkin. “Jika diberikan kuasa yang dibutuhkan, dalam enam atau tujuh bulan kami dapat bilang bahwa kami tidak memiliki masalah rasisme,” ucap Tebas.
La Liga telah membuat permohonan resmi kepada pemerintah Spanyol. Dua undang-undang akan memberikan La Liga kewenangan untuk memberikan hukuman seperti laga tanpa sebagian atau seluruh penonton di stadion, hukuman larangan datang ke stasion kepada suporter pelaku, dan sanksi finansial.
Saat ini, La Liga mengirimkan surat per minggu kepada komisi kompetisi RFEF (PSSI-nya Spanyol) dan Komisi Negara untuk Kekerasan, Rasisme, Xenophobia, dan Intoleransi dalam Olah Raga. Isinya berupa laporan mengenai setiap ucapan atau nyanyian dalam pertandingan yang menyiratkan kekerasan dan hinaan.
Bila hinaan bernada kebencian, La Liga juga melaporkannya kepada Kantor Penuntut Kebencian. Kasus Vini termasuk salah satunya.
Setelah laga di Mestalla, Tebas dan Vini Jr. sempat terlibat perselisihan di media sosial setelah pemain asal Brasil itu melabeli Spanyol sebagai “negeri rasis” dan La Liga “milik rasis”.
Tebas merespons dengan menyatakan bahwa sang pemain tidak datang dalam beberapa dengar pendapat untuk mendiskusikan masalah rasisme. Tebas juga menambahkan bahwa Vini perlu mendapatkan informasi sebelum mengkritik La Liga.
Sang presiden liga kemudian meminta maaf untuk responsnya itu. “Saya tidak ingin menyerang Vinicius. Momennya tidak ideal saat itu. Saya merasa pesannya tidak disusun secara memadai,” ucapnya.
Ia juga menepis anggapan bahwa Spanyol dan La Liga membiarkan rasisme. “Saya tidak bilang bahwa tidak ada kejadian rasisme. Namun, secara umum, liga, para pemainnya, dan para fan bukanlah rasis,” lanjutnya.
Vini sendiri mendapat simpati dari banyak pihak. Sebelum laga Real Madrid menjamu Rayo Vallecano pada Rabu (24/5), pengisi skuad El Real menunjukkan dukungan dengan mengenakan kostum bernomor punggung 20. Sehari sebelumnya, Real Valladolid dan tamunya Barcelona membentangkan spanduk antirasisme. “Rasisme mesti keluar dari sepak bola,” begitu pesannya.
View this post on Instagram