Dalam menyiapkan kompetisi musim depan, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) tengah menyusun rencana guna mematangkan penggunaan Video Assistant Referee (VAR). Sebelumnya Ketua Umum PSSI, Erick Thohir memang berupaya menggunakan VAR untuk Liga 1 2023/24.
Langkah awal yang diambil PSSI dan PT LIB, memutuskan untuk belajar dari Thailand dan Singapura dalam penggunaan VAR. Baik Thailand maupun Singapura sebelumnya sudah lebih dulu menerapkan VAR pada kompetisinya masing-masing.
Meski demikian, VAR sendiri tidak akan diterapkan dalam waktu dekat. Ada beberapa tahapan yang harus dilewati oleh PSSI, sehingga FIFA benar-benar merestui pengunaan VAR di Kompetisi Liga 1 2023/24.
“Bismillah, hari ini kami telah berkirim surat kepada FIFA terkait rencana untuk kembali melanjutkan proses penerapan VAR di Indonesia.
“Sesuai dengan panduan dari FIFA, kami melampirkan pula beberapa tahapan awal yang harus dipenuhi seperti membentuk VAR Project Team, menetapkan timeline program, kepastian sumber pendanaan dan provider teknologi yang dipilih,” jelas Ketum PSSI, Erick Thohir, Kamis (25/5).
SETIAP STADION HARUS MEMILIKI WIFI
Dalam pengoperasian VAR, ternyata ada penunjang lain yang wajib dipenuhi agar VAR dapat berjalan dengan baik. Penunjang tersebut adalah pengadaan Wifi di setiap stadion yang digunakan.
“Salah satu masalah teknologi ini menurut saya adalah WiFi. Menurut saya WiFi adalah kuncinya,” ucap Erick Thohir yang juga menteri BUMN ini.
Kepastian tersebut didapat Erick Thohir saat bertemu dengan pihak distributor VAR asal Singapura. Pihak distributor pun mengakui bahwa seluruh stadion harus memiliki WiFi agar VAR bisa bekerja maksimal.
“Seluruh stadion harus memiliki WiFi. Kami punya protokol khusus untuk ketika koneksi WiFi terputus,” ucap pihak distributor VAR.
Sebelumnya PSSI juga sudah memberikan sejumlah syarat kepada klub-klub peserta Liga 1 agar VAR bisa berjalan dengan baik. Misalnya saja, kekuatan pencahayaan stadion menjadi minimal 1.200 Lux.
Selain itu, klub perlu memperbaharui teknologi pencahayaan dengan lampu jenis LED. Terakhir, klub perlu menggunakan LED board dalam implementasi komersial di perimeter stadion.
MEMBENTUK DEPARTEMEN VAR
Demi melancarkan penerapan VAR, PSSI mendelegasikan PT LIB sebagai penanggungjawab dalam proses pemenuhan implementasi VAR, termasuk dalam persiapan teknologi yang akan digunakan.
Sesuai dengan panduan dari FIFA, setiap pihak yang akan menggunakan VAR harus melengkapi seluruh proses yang dinamakan Implementation Assistance and Approval Programme (IAAP). Ada 5 tahapan dalam IAAP, yakni Innitial Consideration, VAR Declaration, Preparation & Training, Approval Process, dan Monitoring.
“Benar kami telah ditunjuk PSSI untuk menjalankan misi yang tentunya diidamkan oleh pecinta sepak bola Indonesia ini. Tapi perlu saya tegaskan, ini bukan pekerjaan baru atau kemarin sore.
“Kami telah melakukan kajian dan riset cukup panjang, kolaborasi dengan negara tetangga yang telah lebih dahulu menerapkan VAR, seperti Thailand dan Singapura, hingga menetapkan Selected Technology Provider (STP) dari beberapa kandidat yang ada,” kata Ferry Paulus.
Dari kelima tahapan yang ada, salah satu alasan VAR tidak dapat diterapkan dalam waktu dekat adalah preparation & training. Nantinya akan ada pelatihan untuk para wasit sebelum menjadi petugas VAR.
Mereka akan diberikan waktu pelatihan sampai berbulan-bulan. Maka dari itu, VAR kemungkinan baru bisa digunakan untuk Liga 1 2023/24 pada pertengahan musim.
“Proses pelatihan wasit untuk lisensi VAR, paling cepat bisa dilakukan dalam 6-7 bulan, dan semoga bisa tercapai dengan baik, tentunya kita mengedepankan aspek kualitas, sehingga untuk tahap awal ini Komite Wasit bisa menyiapkan 30 wasit VAR, 30 Asisten VAR dan 27 Replay Operator,” tambah Ferry.
“Tentu kami juga harus menyipakan strategi pendanaannya, dan harapannya kita bisa jalankan dengan lancar, dan ada akselerasi hingga rencana VAR mulai diterapkan pada awal tahun 2024, yang sudah masuk putaran kedua Liga 1 2023/24,” tambahnya.
Sebagai langkah awal, Ferry Paulus menunjuk Deputy Director of Competition LIB, Asep Saputra, sebagai Project Leader dalam VAR Project Team ini untuk mengurusi semua hal komunikasi dan pemenuhan syarat dari FIFA serta instalasi teknologi VAR.
Selain itu, MoU antara PSSI dan JFA (federasi sepak bola Jepang) juga menjadi sangat produktif dengan menyertakan instruktur wasit VAR dari JFA dalam proses training dan lisensi VAR bagi wasit Indonesia.
“Tetap menjadi sinergi yang positif dan harmonis antara LIB dan PSSI. Terobosan inovatif dari PSSI di bawah bapak Erick Thohir dalam Referee Development harus kita imbangi dengan akselerasi program sesuai proporsi kita,” jelas Ferry Paulus.
Terkait sistem sentralisasi atau desentalisasi VAR yang akan digunakan, LIB memutuskan untuk melakukan desentralisasi. Itu artinya, VAR Room akan dipasang di setiap stadion pertandingan BRI Liga 1 2023/24.
Sebagai referensi, Thailand dan Singapura menerapkan sentralisasi, sehingga VAR Room mereka tidak ditempatkan di stadion, namun terpusat di satu area. Sesuai dengan kajian dan perhitungan yang dilakukan LIB, model sentralisasi ini agak sulit dijalankan di Liga Indonesia karena ada tantangan faktor geografis dan infrastruktur jaringan.