Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Ferry Paulus meminta kepada suporter tim tamu untuk tidak memaksakan diri pergi ke stadion. Permintaan tersebut Ferry Paulus tujukan ke seluruh suporter karena hingga saat ini masih ada suporter yang membandel datang ke stadion.
Padahal sebelumnya PSSI dan PT LIB sudah melarang penonton tim tamu untuk tidak datang ke stadion tempat digelarnya pertandingan. Dilarangnya tersebut atas dasar sepak bola Indonesia sedang dalam masa transformasi.
Baik PSSI dan PT LIB enggan terjadi sesuatu yang dapat menyebabkan kompetisi terhenti. Demi terciptanya suasana yang kondusif, akhirnya PSSI dan PT LIB memberlakukan peraturan suporter tim tamu dilarang hadir di stadion.
“Memang tidak mudah, kan harus ada kemauan baik semua termasuk klub. Kemudian harus juga reinforcement kepada suporter bahwa kalau kalian cinta terhadap klub, janganlah memaksakan diri untuk hadir.
“Itu yang harus kita lakukan terus,” ujar Ferry Paulus kepada awak media, di Hotel Shalva, Jakarta Pusat, Jumat (7/7).
PERSETUJUAN POLISI
Menurut Ferry Paulus, ia khawatir kepolisian memutus perizinan pertandingan Liga 1 2023/24. Pasalnya peraturan terkait dilarangnya suporter tim tamu ke stadion merupakan kesepakatan antara PSS, PT LIB dan Kepolisian.
“Kami juga sudah kasih penjelasan, sanksi dan sebagainya supaya semuanya ini jalan di tempat yang benar. Itu kita lakukan, selain baru baru ini kita membuat video zoom meeting.”
“Ini akan terus kita lakukan agar bisa terimplementasi dengan baik seperti apa yang kami ingin rasakan izin dari kepolisian,” ucapnya.
KLUB DIRUGIKAN
Ferry Paulus juga memastikan jika para suporter masih terus membandel, bukan tidak mungkin pihaknya akan memberikan hukuman kepada klub terkait. Pasalnya Komisi Disiplin memiliki regulasi soal suporter yang melanggar hukum.
“Di Komisi Disiplin kan ada. Sama seperti sanksi-sanksi yang lain, itu ada tingkatannya. Yang pasti ada.
“Iya karena dalam regulasi yang disubmit kepada klub-klub itu memuat untuk kompetisi kali ini ada larangan suporter tandang,” tuturnya.
HUKUM PELAKU RASISME
Selain itu, Ferry Paulus sempat menyinggung perihal adanya tindakan rasisme yang ditujukan ke beberapa pemain PSM Makassar. Hal tersebut terjadi usai pertandingan antara Persija Jakarta menghadapi PSM Makassar.
Tindakan rasisme yang dilakukan oknum suporter itu terjadi di media sosial. Tindakan rasial tersebut ditujukan kepada tiga pemain PSM Makassar, Yance Sayuri, Yuran Fernandes, dan Erwin Gutawa.
“Sebenarnya gini ya, ketika kita mulai kompetisi itu ada namanya regulasi kompetisi, di dalam regulasi kompetisi itu ada ketentuan rasis, termasuk juga jenis rasisnya seperti apa. Misalnya ujaran kebencian, spanduk dan sebagainya.
“Kemudian berdasarkan regulasi ini lah ketika ada yang melakukan hal-hal tidak terpuji itu dibawa ke Komdis,” kata Ferry Paulus.
Ferry Paulus memastikan jika kasus rasisme yang terjadi belakangan ini, tidak akan ia lepas begitu saja. Ia menyatakan akan membawa kasus rasisme tersebut ke Komisi Disiplin dan akan ditindak tegas.
“Di dalam hukum kode disiplin kita itu juga tertuang bukan hanya menyanyi saja, tapi juga poster, poster yang seperti di sosial media juga ada bahwa itu ujaran kebencian dalam bentuk lain.
“Pasti nanti ada tindakan, tapi tindakanya itu kan enggak bisa (kejadian) hari ini, hari ini juga ditindak. Komdisnya baru dibentuk, kemudian komdis juga baru akan bersidang dalam waktu dekat ini,” tutup Ferry Paulus.