Nama Julian Schwarzer saat ini mulai dikenal oleh banyak orang Indonesia setelah dirinya bergabung bersama Arema FC. Debutnya bersama Arema FC pun sangatlah luar biasa.
Kiper berusia 23 tahun ini mencatatkan debutnya dengan melakukan 10 saves bersama Arema FC. Catatan tersebut terbilang sangat luar biasa karena penjaga gawang lainnya bisa menyentuh angka tersebut dari dua atau tiga pertandingan.
Melihat performanya, saat itu Julian Schwarzer pun disebut-sebut memiliki permainan yang sama seperti sang ayah. Diketahui jika Julian Schwarzer merupakan anak dari penjaga gawang legenda dunia, Mark Schwarzer.
Bagi yang tidak tahu, Mark Schwarzer adalah kiper yang bermain untuk timnas Australia. Selama kariernya ia memperkuat banyak tim Inggris seperti Middlesbrough, Fulham, Chelsea sampai Leicester City.
Mark Schwarzer juga yang menjadi sosok bagi Julian Schwarzer bisa bermain untuk Arema FC. Sang ayah yang mendorongnya bermain untuk Arema FC. Selama ini Julian Schwarzer menyebutkan jika ayahnya selalu mendukung dirinya dalam karier sepak bolanya.
Luar biasanya, sebagai salah satu bentuk dukungan untuk Julian Schwarzer, Mark Schwarzer akan datang ke Indonesia. Sang kiper yang memulai karier di Marconi Stallions itu akan menonton sang anak saat Arema FC bertemu Persikabo 1973 di Bali, Minggu (27/8).
“Dia akan berada di Bali untuk melihat saya bermain. Kalau ibu bersama istri saya sudah di Indonesia. Mereka berada di Malang dan akan terbang ke Jakarta untuk melihat saya bermain melawan Persija,” sebut Julian Schwarzer seperti dikutip dari akun Youtube pundit Jebreeetmedia.com, Alvino Hanafi, Sabtu (19/8).
LEBIH BESAR
Dalam kariernya selama ini, Julian Schwarzer disebut selalu dalam bayang-bayang nama sang ayah. Dikatakan jika sang ayah memiliki nama besar dibandingkan dirinya.
Julian Schwarzer menyebutkan kalau hal tersebut bisa terjadi karena selama kariernya sang ayah bermain di klub dan kompetisi besar dunia. Bahkan, ayahnya sudah bermain di satu lebih edisi Piala Dunia bersama timnas Australia.
“Normal. Sepanjang hidup saya, nama dia selalu lebih besar dari pada saya. Sekarang pun tetap sama tidak berubah. Mungkin beberapa orang di Indonesia tahu saya, tetapi di belahan dunia lain lebih tahu dia (Mark Schwarzer).
“Ayah saya bermain di dua Piala Dunia, Liga Champions Eropa, Liga Europa. Itu yang membuat orang-orang lebih tahu dia tentunya,” jelas Julian Schwarzer.
PASCAL ZUBERBUHLER
Sebagai anak dari pesepakbola dunia, Julian Schwarzer mengatakan banyak bertemu dengan pemain kelas dunia semasa kecil. Akan tetapi, tidak banyak pemnain yang mempunyai hubungan baik dengannya sampai saat ini.
Ia hanya menyebutkan satu pemain yang hingga saat ini masih melakukan komunikasi baik dengannya. Sosok tersebut adalah mantan penjaga gawang timnas Swiss di Piala Dunia 2006, Pascal Zuberbuhler.
“Untuk pemain Chelsea tidak terlalu. Ada satu pemain, dia seorang kiper yang sangat luar biasa, Pascal Zuberbuhler. Dia bermain di Piala Dunia 2006 bersama Swiss.
“Dia teman baik dari ayah saya. Mereka berdua masih berkomunikasi hingga saat ini. Jika saya bermain bagus dia selalu mengirimkan pesan dan memberikan tanggapannya di Instagram,” katanya.
PENYERANG
Julian Schwarzer ternyata memiliki karier sepak bola yang cukup menarik. Pemain yang mengawali karier di Akademi Fulham itu ternyata seorang penyerang pada awalnya.
Saat beranjak besar, melihat ayahnya yang merupakan penjaga gawang dunia, ia terbersit untuk merubah posisinya. Akhirnya saat berusia 17 tahun ia bertransformasi menjadi seorang penjaga gawang.
“Saya memulai karier saya di Akademi Fulham sebagai sayap kiri. Saya melakukan kontrak di sana sejak usia sembilan sampai 16 sebagai penyerang, kadang gelandang.
“Tetapi ketika melewati umur 16 saya terpikirkan ide gila untuk merubah posisi saya sebagai penjaga gawang sampai hari ini,” ungkap Julian Schwarzer.
THE AZKALS
Melihat sang ayah yang bermain untuk timnas Australia ternyata tak membuat Julian Schwarzer mengikuti jejaknya. Julian Schwarzer justru lebih memilih bermain untuk timnas Filipina.
Bukan tanpa alasan, sosok kakek dari ibunya membuat ia lebih ingin berbaju timnas Filipina. Rasa cintanya kepada sang kakek akhirnya membuat Julian Schwarzer lebih memilih negara sang kakek.
“Kakek saya merupakan sosok idola bagi saya. Dia mencintai sepak bola. Dia lah yang menjadi alasan saya bermain untuk Filipina,” sebutnya.
“Filipina memberikan kesempatan yang sangat bagus kepada karier saya di Asia. Tidak ada timnas yang memberikannya seperti timnas Filipina. Karier saya pun berjalan baik di Filipina.
“Saya sangat mencintai makanan Filipina. Kapanpun ketika nanti saya kembali (ke Filipina) mungkin saya akan makan makanan Filipina,” tutupnya.
View this post on Instagram