Pihak-pihak pengincar Liga Champion mesti mewaspadai Barcelona kembali. Kemenangan di Estadio do Dragao pada Rabu (4/10) pada tampak mengarah kepada kesiapan Barca melesat lebih jauh setelah dua musim melempem di fase grup.
Sebuah gol ke gawang Porto cukup untuk memupus tekanan besar sebelum laga ke-100 Barcelona di bawah asuhan Xavi Hernandez. Selain gol sebiji itu, ada tiga alasan lain kembalinya kefavoritan Barca.
Bayang-bayang buruk 2 tahun
Sebelum matchday 2 Grup H ini, Barcelona mencatat hasil buruk kala bertandang di dua tahun terakhir. Imbasnya, mereka gagal lolos ke fase gugur selama dua musim. Hasil di Porto mengembalikan Barca ke posisi favorit seperti yang lama mereka rasakan.
Blaugrana tidak menang secara mudah, bahkan diwarnai tanda potensi nasib buruk muncul lagi. Yang pertama, ujung tombak asal Polandia, Robert Lewandowski, mesti ditarik keluar karena mengalami cedera engkel pada menit ke-34.
Mereka juga bisa melewati insiden aneh pada menit ke-71. Barcelona mesti bermain dengan 10 orang setelah Lamine Yamal menghilang dari lapangan. Penyerang yang menjadi starter termuda di UCL pada sia 16 tahun 83 hari di laga ini tersebut mesti ke toilet.
Yamal tidak kunjung kembali selama sembilan menit hingga diganti Marcos Alonso. Belakangan Yamal disebut mengalami sakit perut sehingga tidak dapat kembali bermain.
Pilihan Xavi
Ferran Torres masuk menggantikan Lewandowski. Penggantian ini berbuah manis di pengujung babak pertama. Penyerang berusia 23 tahun itu membayar lunas kepercayaan tersebut.
Memasuki injury time paruh pertama, Ilkay Gundogan menguasai bola setelah kesalahan lini tengah Porto. Pemain Jerman itu mengirim operan yang ditembakkan masuk oleh sesama eks Man. City, Torres. Gol ini menjadi gol semata wayang di laga ini.
Hoki plus Ter Stegen
Beberapa hari sebelum lawatan ke Portugal ini, Xavi masih menyorot permainan bertahan kubunya. Laga ini tampak bisa sedikit mengurangi kegusaran eks playmaker hebat itu. Hanya, Xavi mesti bersyukur juga ada Marc-Andre ter Stegen di bawah mistar gawang Barca.
Seturut nafsu Porto untuk membuat gol balasan, Ter Stegen mesti melakukan sejumlah penyelamatan apik. Kiper Jerman itu berhasil menangkal tembakan bek kiri, Wendell, dan menepis tembakan melengkung yang dilepaskan sayap kiri, Wenderson Galeno.
Tak mengherankan bila sang kiper adalah salah satu dari tiga pemain yang dipertahankan Xavi sejak memutuskan menangani klub kesayangannya ini. Dua lainnya adalah Frenkie de Jong, yang absen di laga ini, dan Gavi.
Di sisi lain, Barcelona cukup beruntung di partai ini. Porto racikan Sergio Conceicao sempat mendapat hadiah penalti di menit ke-84, tapi kemudian dibatalkan setelah pemeriksaan VAR.
Kerja keras di dalam pakem
Kerja keras menjadi gambaran utama Barcelona di laga ini. Meski mesti berjibaku, Si Biru Merah tetap pada karakter asli mereka. Jules Kounde dkk. masih merupakan tim dengan penguasaan bola yang dominan. Barca mampu mencatat 60 persen penguasaan bola.
Kerja keras terlihat pula dari jumlah kartu yang didapatkan Barca. Klub Catalan ini menerima delapan kartu kuning, dua di antaranya untuk Gavi sehingga sang gelandang mesti keluar saat injury time.
“Ini Liga Champion. Ini Eropa, tandang ke Porto. Jelas berat. Setiap pemain bekerja keras. Kami harus, dan akan, meningkat. Bagaimanapun ini tiga angka emas. Ada pembicaraan sebelum laga soal hantu di ajang ini dan kami bisa mengusir sebagian dengan memukul tim besar Eropa di rumahnya,” ucap Xavi dikutip ESPN.