Kabar tidak mengenakkan diterima Barcelona pada Rabu(18/10) petang. Presiden klub, Joan Laporta, bersama dua presiden sebelumnya, didakwa telah melakukan praktik suap kepada wasit.
Laporta merupakan satu dari tujuh orang yang diperiksa terkait pembayaran 7,3 juta euro oleh Barcelona kepada eks wasit senior, Jose Maria Enriquez Negreira, pada 2018. Hakim Joaquin Aguirre Lopez juga memeriksa dua presiden Barca sebelum Laporta, Josep Maria Bartomeu dan Sandro Rosell.
Negreira, wakil presiden komisi wasit pada 1994-2018, dan putranya, Javier Enriquez Romero, juga diperiksa. Dua orang lagi adalah dua mantan eksekutif klub Catalan itu, Oscar Grau dan Albert Soler.
Pada Maret, UEFA telah menunjuk penyidik etis dan disipliner untuk menyelidiki kasus ini. Blaugrana diizinkan bermain di Liga Champion musim ini, tapi UEFA pada Juli menyatakan bahwa masih ada kemungkinan keputusan pelarangan.
Kesemua tertuduh itu menyangkal telah melakukan kesalahan. Bayaran itu ditujukan sebagai biaya konsultasi termasuk laporan perwasitan. Pada Kamis (19/10), Laporta mengutarakan pandangannya yang menyinggung peran musuh bebuyutan di balik tuduhan itu.
“Terdapat Madridismo sosiologis di pusat kekuasaan. Mereka memiliki kekuatan besar. Saya telah bersaing menghadapinya dan menang. Mereka takut apa yang terjadi dalam masa kepemimpinan pertama saya akan terulang. Kami memenangi banyak gelar dan itu membuat mereka sangat terpukul. Mereka sangat terluka,” ucap Laporta kepada Catalunya Radio seperti dikutip Football Espana.
Keyakinan itu, menurut Laporta, hanya akan mempertebal niatnya mengungguli Madrid.
“Saya membela kepentingan Barca. Semakin banyak kesulitan dan tantangan yang mereka berikan kepada saya, semakin saya mencintai Barcelona. Kami sudah terbiasa melawan. Madridismo ini ada dalam media, dalam olah raga. Kami harus menerimanya sebagai hal normal, tapi sebagai cules kita tahu harus melawannya,” lanjut Laporta.
Selain meyakinkan para pendukung Barca bahwa kasus ini tidak akan berlanjut lebih jauh, Laporta mengungkapkan kegeramannya atas perlakuan terhadap Barcelona dalam penyelidikan. Laporta mengaku santai menyikapi kasus Negreira.
“Kita lihat saja apakah sampai pengadilan. Saya seorang pengacara dan saya tenang karena hal ini tidak dapat dibuktikan. Kami memiliki tim hukum yang sangat bagus. Para fan Real Madrid mengambil keuntungan dari kasus Negreira untuk menjatuhkan nama dan sejarah Barca, menggoyang kita dan memegang kendali lagi,” tuturnya.
Masih berkaitan erat dengan sentimen Barcelona menghadapi El Real, Laporta menyatakan ingin agar Camp Nou menjadi tempat gelaran final Piala Dunia 2030. FIFA telah menunjuk Spanyol sebagai tuan rumah perhelatan akbar empat tahunan itu.
“Final? Saya rasa pusat kekuasaan akan ingin final di Bernabeu. Kami akan meminta karena Camp Nou layak. Namun, saya tak yakin akan dikabulkan. Semifinal sudah pasti. Bila tergantung kapasitas, kapasitas Camp Nou 105 ribu penonton,” ucapnya.
Kapasitas tersebut, setelah renovasi yang tengah berjalan, kira-kira 24 ribu penonton lebih banyak daripada yang bisa ditampung Santiago Bernabeu milik Madrid. Sambil menanti kelanjutan kasus Negreira, perlu dinanti pula apakah Camp Nou bisa mengalahkan Bernabeu.
Di luar kasus Negreira dan Camp Nou, Laporta menyebut kemungkinan transfer permanen dua pemain pinjaman yang bersinar bersama Barca saat ini. “Kalau Joao Cancelo dan Joao Felix terus bermain di level yang sama, kami akan berusaha mempertahankan mereka. Deco akan mengaturnya,” pungkasnya.