Royal Antwerp bisa mengalihkan rasa malu mereka ke kubu yang tidak disangka-sangka. Di matchday terakhir pada Rabu (13/12), wakil Belgia itu bisa meraih tiga angka pertama mereka usai menggebuk tamunya, Barcelona.
Barca datang dengan status diunggulkan mengambil poin untuk mengukuhkan posisi puncak Grup H. Kemenangan terakhir Antwerp atas wakil Spanyol terjadi di ajang yang sudah mati cikal bakal Piala UEFA dan Liga Europa, Inter-Cities Fair, pada 1965-66. Akan tetapi, tuan rumah tampak siap mengulanginya dengan tekanan sejak awal duel.
Duel di Bosuilstadion baru memasuki menit kedua saat kiper Barca, Inaki Pena, membuat operan yang gagal dikuasai Oriol Romeu. Arthur Vermeeren mengambil keuntungan untuk membawa Antwerp unggul.
Barca baru bisa memberikan jawaban pada menit ke-35. Melalui serangan balik, Ferran Torres mengejar dan melanjutkan sodoran Lamine Yamal dengan tembakan first time.
Antwerp kembali bisa memapar kelemahan pertahanan Blaugrana di awal paruh kedua. Gol Vincent Janssen dianulir karena off-side. Barca sempat tertekan kala Sergi Roberto diganjar kartu merah usai tekel terhadap Mandela Keita. Namun, pemeriksaan VAR membatalkan kartu merah itu.
Pada menit ke-56, Janssen akhirnya bisa mencetak gol. Sang striker kembali membawa tuan rumah memimpin dengan memanfaatkan assist apik Alhassan Yusuf.
Barca boleh jadi sudah berpikir bisa menghindari kekecewaan di pengujung laga. Sensasi muda musim ini, Marc Guiu, menyamakan skor meneruskan assist tendangan bebas Ilkay Gundogan di menit pertama injury time.
Akan tetapi, Antwerp racikan Mark van Bommel dapat memanfaatkan kelengahan Barca segera setelah sepak mula usai gol klub Catalan itu. George Ilenikhena melanjutkan operan daerah Jelle Bataille.
Kemenangan ini memberikan poin pertama buat tuan rumah usai lima kekalahan. Kendati keok, Barca memuncaki Grup H usai Porto menang atas Shakhtar Donetsk. Porto menempati peringkat kedua klasemen akhir.
Kekalahan ini menjadi kedua beruntun yang diderita Barcelona setelah skor 2-4 di derbi Catalan kontra Girona pada akhir pekan. Tekanan di pundak Xavi Hernandez pun disebut menjadi yang terberat sejak menangani Barca. Pilihan pemainnya mendapat kritik deras.
Xavi mencoba mengambil hal positif berupa keberhasilan mereka lolos ke perdelapan final. Xavi lebih menyorot peran media dalam menaikkan tensi terhadap timnya.
“Kami harus kritis terhadap diri sendiri. Kami harus memperbaiki diri untuk bisa menang. Kami harus memenangkan hati para pendukung. Meski hadir tekanan yang tak seharusnya ada, tapi telah dibuat. Tekanan itu datang dari luar, bukan di dalam klub. Kami sudah berada di 16 besar. Kredit untuk klub dan tim. Saatnya menikmati, tapi kami harus ingat asal kami,” ucapnya kepada Marca seperti dikutip Football Espana.
Memakai media sosial Twitter, Ferran Torres juga mengkritik media. “Kita tahu seperti apa Barcelona dan suara-suara sumbang eksternal. Mereka mencoba menghancurkan kami dan membuat kami goyah,” tulisnya.