Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) siap pasang badan dalam kasus tunggakan gaji yang dialami oleh tim Kalteng Putra. Diketahui saat ini baik pemain, pelatih sampai staff Kalteng Putra belum juga dipenuhi haknya oleh pihak klub.
Mediasi yang dilakukan oleh para pemain pun masih belum juga mendapatkan hasil yang baik. Buntutnya, para pemain Kalteng Putra mogok bertanding saat menghadapi PSCS Cilacap pada 27 Januari lalu.
Akibat dari mogok bertanding, Kalteng Putra dipastikan telah terdegradasi ke Liga 3. Selain itu, para pemain Kalteng Putra juga dibayangi hukuman dilarang bermain selama 24 bulan dan denda Rp100 juta dari Komdis PSSI karena hal tersebut.
Presiden APPI, Andritany Ardhiyasa pun angkat bicara terkait masalah yang menimpa para pemain Kalteng Putra. Ia meminta kepada PSSI untuk bertindak tepat dan bijaksana dalam menangani kasus yang tengah menimpa pemain Kalteng Putra.
Menurutnya jika sampai pemain Kalteng Putra dihukum oleh Komdis PSSI, akan menjadi cerita yang sangat menyakitkan untuk sepakbola Indonesia. Pasalnya hukuman tersebut sangat jauh dari kata adil.
“APPI berharap kepada PSSI untuk bisa bertindak tepat dalam menyelesaikan masalah ini sehingga pemain tidak bernasib tragis, menjadi deretan korban malapetaka sepak bola Indonesia,” kata Presiden APPI, Andritany Ardhiyasa, dalam sesi konferensi pers di Jakarta, Jumat (2/2).
Tidak hanya itu saja, para pemain Kalteng Putra juga telah dilaporkan oleh manajemennya kepada kepolisian karena dianggap telah melakukan pencemaran nama baik. Selain dibayangi hukuman dari Komdis PSSI, mereka juga tengah dibayangi sanksi pidana.
“Jangan sampai para pemain tidak dibayar gajinya, malah justru dilaporkan ke polisi oleh klubnya, lalu disanksi PSSI. Saya rasa ini tidak baik untuk sepakbola kita,” lanjutnya.
Officer Legal APPI Riza Hufaida mengatakan bahwa sebenarnya masalah yang terjadi di Kalteng Putra ini sudah merupakan masalah yang sudah tidak asing di sepakbola Indonesia atau disebut masalah klasik. Untuk itu, APPI berharap PSSI bisa lebih tegas dan bijak lagi ke depannya, agar hal seperti ini tak terjadi lagi.
“Jelas ini kita sangat menyayangkan lagi-lagi penunggakan gaji. Ini pernah saya sampaikan kalau ini masalah klasik yang terus terulang, prinspinya PSSI dan PT LIB yang menjalankan kompetisi ini lebih serius dan lebih serius dan lebih ketat dalam memverifikasi klub ke depannya sehingga kasus gaji pemain ini tidak terjadi lagi,” kata Riza.
Riza Hufaida memberikan solusi untuk PSSI agar tidak terjadi lagi hal semacam itu. Ia meminta PSSI agar melakukan verifikasi ulang untuk para klub yang berpartisipasi di kompetisi naungan PT LIB.
“Ini kan sebenarnya berulang dan gampang untuk menyelesaikan dan menanggulanginya. Klub yang bermasalah, yang masih ada utang gaji sebelumnya atau masalah sebelumnya jangan dikasih izin untuk ikuti kompetisi, dan diharuskan beresin dulu permasalahannya. Sebenarnya sesimpel itu,” jelasnya.
Ia juga menyayangkan kejadian seperti ini masih terjadi sampai saat ini. Padahal kini prestasi timnas Indonesia sudah jauh lebih maju dari sebelumnya, tetapi masalah di kompetisi lokal masih belum maju.
“Kita sayangkan ini tahun 2024 kompetisi sudah bagus, prestasi timnas sudah bagus tapi masih diganggu kasus seperti ini, ini yang disayangkan,” tuturnya.
View this post on Instagram