Kesuksesan Timnas U-16 Indonesia di turnamen Piala AFF U-16 (2024 ASEAN U-16 Boys Championship) baru-baru ini telah membawa kebahagiaan dan kebanggaan bagi para pemain, pelatih, dan keluarga mereka. Dengan keberhasilan tim asuhan Nova Arianto yang berhasil finis di peringkat ketiga setelah mengalahkan Vietnam dengan skor 5-0 di Stadion Manahan, Solo, pada tanggal 3 Juli 2024, banyak cerita inspiratif yang mencuat ke permukaan. Salah satu faktor yang membuat mereka sangat bangga adalah karena para komentator televisi menyebut latar belakang para pemain.
Yoyo S. Adireja (Direktur Akademi Persib) Menurut Yoyo S. Adireja, visi dan misi yang jelas dalam membina anak-anak di akademi sepak bola adalah hal yang utama. Bagi Yoyo, kebanggaan yang dirasakan ketika nama akademi disebut oleh komentator adalah kompensasi positif yang tak ternilai. “Untuk membina anak ini visi misi yang jelas itu karena tidak bisa diukur dan berorientasi kepada finansial. Jadi satu-satunya harapan kita adalah berkontribusi, sehingga kompensasi untuk kita itu kebanggaan. Keluarganya pasti bangga. Sudah cukup bagi kita kalau disebut. Di satu sisi menginspirasi dan memotivasi juga akademi lain,” ungkapnya. Yoyo juga menekankan bahwa apresiasi tersebut tidak boleh membuat para pelatih menjadi jumawa.
Iskandar Makmur (Pelatih Asiana Soccer School) Iskadar Makmur, pelatih dari Asiana Soccer School, merasa sangat senang dan bangga melihat hasil didikan mereka sukses di level nasional. Contohnya adalah Mirza, yang meskipun berasal dari SSB Saint Prima, telah dirawat dan dijaga oleh Asiana sejak usia 10 tahun. Iskadar selalu memposting pencapaian mereka di media sosial sebagai bentuk kebanggaannya. “Saya ingatkan juga mereka harus konsisten hingga level senior,” kata Iskandar. Bagi Iskandar, kebanggaan tersebut melebihi sekadar menjadi juara.
Erick Ibrahim (Ayah Tristan Ibrahim) Erick Ibrahim, ayah dari Tristan Ibrahim, mengaku bangga meskipun anaknya tidak sering menjadi pemain starting eleven. “Jelas bangga banget, walaupun masih istilahnya belum jadi pemain starting eleven, tapi bangga banget. Semoga ke depannya lebih baik,” ujar Erick. Ia juga bersyukur tidak ada komentar negatif tentang anaknya yang bermain di timnas.
Taufik Firmansyah (Ayah Mierza Firjatullah) Bagi Taufik Firmansyah, melihat perjuangan anaknya, Mierza, disebut oleh komentator adalah seperti mimpi yang menjadi kenyataan. “Saya terharu dengar itu, kalau disebut komentator tentang latar belakang, teringat perjuangan dahulu yang penonton tidak banyak tahu,” kata Taufik. Ia juga merasa bangga ketika nama Ciparay, tempat asal ibunya Mierza, disebut oleh komentator, yang membuat seluruh kecamatan turut bangga. “Kalau disebutkan latar belakang, jadi teringat perjuangan yang penonton banyak tidak tahu. Perjuangan yang mengantarkan ke titik saat ini,” kata Taufik.
Made Swantika (Ayah Putu Panji) Made Swantika, ayah dari Putu Panji, merasakan kebanggaan dan harapan agar anaknya terus dipanggil untuk memperkuat Timnas. “Senang sekali dan terima kasih juga buat Indosiar. Keluarga semuanya senang. Ini di desanya nonton bareng terus,” katanya. Bahkan, di desa mereka selalu mengadakan acara nonton bareng dengan layar lebar setiap kali Panji bertanding. “Di Banjar (desa) ikut nonton bareng semua, setiap bertanding pasti nonton bareng ada layar lebar. Ibu-ibu yang nggak senang bola jadi senang nonton kalau Panji main. Orang-orang dan ibu-ibu yang tidak tahu bola jadi bangga dan mau tahu sepak bola,” ujar Made Swantika.
Kisah-kisah ini menggambarkan betapa pentingnya peran keluarga dan pelatih dalam perjalanan karir para pemain muda. Keberhasilan Timnas U-16 Indonesia bukan hanya milik para pemain dan tim, tetapi juga kebanggaan bagi seluruh komunitas yang mendukung mereka. Penyebutan latar belakang oleh komentator di televisi telah memberikan rasa bangga yang mendalam dan motivasi tambahan bagi mereka semua.