Barcelona cuma bisa bermain imbang 2-2 kala menjamu Atalanta di ajang Liga Champions, Kamis (30/1). Dua kali unggul lewat gol Lamine Yamal (47’) dan Ronald Araujo (72’), skuat Blaugrana akhirnya harus puas dengan raihan satu poin lantaran dua kali pula Atalanta berhasil menyamakan kedudukan berkat gol Ederson (67’) dan Mario Pasalic (79’).
Hasil imbang ini memang tak membuat posisi Barca goyah di papan klasemen. Mereka tetap lolos ke fase knocok-out sebagai runner-up di bawah Liverpool.
Namun, jika mengingat performa hebat Barca di dua laga sebelumnya, hasil imbang versus Atalanta dirasa hambar bagi publik Catalan.
Masih segar dalam ingatan mereka bagaimana Yamal dkk. tampil begitu superior membantai Valencia 7-1 tiga hari sebelumnya, Senin ( 27/1) di ajang La Liga.
Lalu, mundur satu laga sebelumnya lagi, yaitu kala Hansi Flick dan anak-anak asuhnya meraih kemenangan comeback epik 5-4 di markas Benfica sepekan lalu, Rabu (22/1).
Kala itu, Robert Lewandowksi cs. sempat tertinggal 1-3 dan 2-4 sebelum akhirnya memborong tiga gol di 12 menit akhir laga guna membalikkan keadaan menjadi 5-4.
Lalu, mengapa Barca cuma bisa imbang versus Atalanta dini hari tadi? Berikut sedikit gambarannya dari perspektif data statistik.
*Penguasaan bola di bawah 70%
Sudah menjadi hal lumrah bagi Barca untuk mendominasi laga karena itu bagian dari DNA mereka. Begitu pun di laga dini hari tadi.
Menurut Flashscore, Lewandowski dkk. sebenarnya sudah cukup menguasai alur bola lewat keunggulan persentase 68% berbanding 32%.
Namun, catatan itu belum sepenuhnya seirama dengan saat mereka membantai Valencia ataupun Benfica. Di kedua laga tersebut, persentase penguasaan bola Barca berada di atas angka 70%, yakni 73% vs Valencia dan 72% vs Benfica.
*Gak lagi identik 22 tembakan
Penguasaan bola yang dominan biasanya bersinergi dengan jumlah serangan. Di laga ini, Lewandowski dkk. memang mampu melepaskan 16 tembakan, yang mana tujuh di antaranya on-target. Sedangkan Atalanta cuma bisa mengukir setengahnya (9 tembakan, 4 on-target).
Hanya saja, catatan 16 tembakan itu tak sebanyak dengan jumlah tembakan yang mereka buat kontra Valencia dan Benfica (sama-sama 22 kali tembakan).
Peluang-peluang yang dikreasikan Barca versus kedua laga tersebut juga lebih matang ketimbang vs Atalanta. Hal itu setidaknya tergambar lewat catatan 11 tembakan on-target vs Valencia dan 10 tembakan on-target vs Benfica.
*Dibendung penampilan bagus Carnesecchi (kiper)
Barca juga layak gigit jari lantaran beberapa peluang mereka digagalkan Marco Carnesecchi. Kiper Atalanta berusia 24 tahun itu mencatatkan lima penyelamatan gemilang.
Salah satu yang cukup krusial adalah kala ia menghalau tembakan Ferran Torren ke pojok gawang di detik-detik akhir (90+4). Carnesecchi juga menjadi salah satu pemain Atalanta yang mendapat nilai rating penampilan tertinggi 7,8.
Sebagai perbandingan, kiper Valencia, Giorgi Mamardashvili, dan kiper Benfica, Anatoli Trubinn, tampil tak sekokoh Carnesschi dalam membendung peluang-peluang Barca.
Mamardashvili cuma mampu melakukan satu penyelamatan, sedangkan Trubinn hanya mencatatkan tiga penyelamatan.
View this post on Instagram