Kees Kwakman, analis sepak bola dari ESPN, menyatakan penolakannya terhadap format baru Piala Dunia 2026 yang akan diikuti 48 tim. Mantan pemain NAC Breda ini secara khusus menyoroti kemungkinan partisipasi tim-tim seperti Indonesia dan Sudan yang dinilainya belum memenuhi standar kompetitif turnamen elite.
Kritikannya ini ia sampaikan ketika mengulas perkembangan kualifikasi Piala Dunia zona Asia, termasuk kemenangan Indonesia atas Bahrain.
Kees Kwakman mengungkapkan kekecewaannya saat menyaksikan langsung pertandingan timnas Indonesia melawan Bahrain pada Selasa (25/3) lalu. Padahal, laga tersebut berhasil dimenangi Garuda dengan skor 1-0, sekaligus menjadi modal penting dalam perjuangan menuju Piala Dunia 2026.
Dalam program analisis Voetbalpraat, Kwakman bahkan mengaku lebih memilih menghabiskan waktu bermain Rummikub bersama putrinya daripada menonton pertandingan yang ia nilai tidak menarik. Pernyataan kontroversial ini langsung memicu reaksi dari rekan-rekan sesama panelis.
“Selama menonton pertandingan itu, saya sama sekali tidak menikmatinya,” ujar Kwakman dengan blak-blakan. “Saya justru berharap putri saya mengajak main Rummikub saja. Tentu saya menghargai perjuangan para pemain itu, tapi level permainannya jauh dari standar Piala Dunia.”
MENGURANGI EKLSKLUSIFITAS
Kwakman menyoroti bahwa perluasan slot Piala Dunia justru mengurangi eksklusifitas turnamen yang selama ini menjadi ajang bergengsi. Meski mengakui niat baik FIFA untuk lebih inklusif, ia khawatir kebijakan ini akan menurunkan kualitas pertandingan secara keseluruhan.
“Selandia Baru harus mengalahkan negara-negara seperti Fiji dan Samoa, yang lolos setiap tahun mulai sekarang. Hal yang istimewa tentang Piala Dunia adalah tidak semuanya berpartisipasi,” tegas Kwakman mengutip contoh dari kualifikasi zona Oseania.
Mantan gelandang FC Groningen ini juga memberikan pandangan keras tentang performa Timnas Indonesia. “Pemain-pemain itu semua mengalami kram dan tergeletak di tanah. Tidak ada kecepatan sama sekali. Dengan format baru, kita akan melihat lebih banyak pertandingan seperti ini,” ujarnya.
Kwakman menambahkan: “Saya mendoakan yang terbaik untuk mereka yang mengejar impian. Tapi jika nanti harus menonton Romeny melawan Sudan di Piala Dunia, saya lebih memilih bekerja saja.”
Meski bersikap kritis, Kwakman mengakui semangat para pemain yang berjuang untuk lolos ke Piala Dunia. Namun ia tetap pada pendirian bahwa perluasan peserta justru mengorbankan kualitas kompetisi.
Sementara itu, kemenangan atas Bahrain tetap menjadi angin segar bagi Indonesia yang saat ini berada di posisi keempat Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Dua laga tersisa melawan Tiongkok dan Jepang pada Juni mendatang akan menentukan nasib tim besutan Patrick Kluivert ini.
Perdebatan tentang perluasan Piala Dunia memang terus mengemuka di kalangan pengamat sepak bola. Di satu sisi, kebijakan ini memberi kesempatan bagi negara berkembang seperti Indonesia. Di sisi lain, muncul kekhawatiran akan penurunan kualitas seperti yang disampaikan Kwakman.
View this post on Instagram