Mantan penyerang PSM Makassar asal Belanda, Anco Jansen, membagikan pengalamannya bermain di Indonesia dalam podcast Voetbalpraat. Podcast tersebut bertajuk “Jansen tidak terkesan dengan Emegha: Menurut saya, dia masih sangat jauh dari tim nasional Belanda – S08E122”.
Episode tersebut tayang pada 26 Maret 2025 ini turut membahas performa timnas Indonesia setelah menaklukkan Bahrain 1-0 di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Bersama Wouter Bouwman, Danny Koevermans, dan Kees Kwakman, Anco Jansen berdiskusi tentang sepak bola Indonesia. Pemain yang pernah membela PSM di Liga 1 2021/2022 itu mengungkap kesan unik selama berkarier di Tanah Air.
“Di sana, kamu bisa melihat bagaimana mereka merasakan sepak bola. Itu luar biasa. Saya harus bilang, gaya bermain di sana juga ikut terpengaruh. Rasanya seperti semuanya mengikuti arus emosi dari tribun penonton,” ujar Jansen.
Ia mengungkap betapa kuatnya pengaruh media sosial di Indonesia. Menurutnya, kritik berlebihan dari netizen kerap menjadi tantangan bagi pemain.
“Ini juga banyak dipengaruhi oleh media sosial. Saya berada di sana saat pandemi Covid-19, jadi saya tidak benar-benar bermain di stadion yang penuh,” tutur pemain yang mencetak lima gol dan satu assist dari 20 penampilan itu.
“Negaranya memang miskin, tapi semua orang punya smartphone. Instagram di sana besar sekali. Kalau kamu gagal mencetak gol dari peluang emas, biasanya orang-orang akan bilang, ‘bro, jangan buka HP dua hari ke depan, kalau enggak tiket pulang ke Belanda sudah siap’,” candanya.
“Saya juga pernah gagal memanfaatkan peluang, dan orang-orang langsung bercanda seolah-olah tiket saya sudah dipesan.”
INFRASTRUKTUR
Jansen juga menyoroti keterbatasan infrastruktur sepak bola Indonesia. Menurutnya, meski bermain untuk tim besar di Indonesia, infrastruktur yang ada justru jauh dari bayangannya.
“Sepak bola di sana benar-benar oportunistis, dan peluangnya tidak begitu besar. Dari segi fasilitas, akademi muda, pelatih, segalanya masih sangat terbatas,” tuturnya.
Ia bahkan mengalami culture shock saat pertama kali bergabung dengan PSM. Salah satu momen yang paling diingatnya adalah ketiadaan ruang ganti pemain di tempat latihan.
“Saya bermain di satu di antara klub terbesar di Indonesia, dan ketika pertama kali datang ke lapangan latihan, saya pikir akan ada ruang ganti. Ternyata tidak ada,” imbuh Jansen.
“Saya tanya, ‘saya harus ganti baju di mana?’ mereka bilang, ‘ya, duduk saja di batu itu.’ Lalu ada mobil kecil yang datang, bagasi dibuka, dan keluar satu set pakaian. ‘Nah, ini dia, silakan ganti baju di sini.’ Saya bilang, ‘saya juga harus pakai tape untuk pergelangan kaki.’
“Lalu mereka jawab, ‘ya, tiduran saja di belakang mobil, nanti kami tape di situ.’ Dan ini satu di antara klub terbesar di Indonesia! Itu menunjukkan betapa jauhnya perbedaannya dengan sepak bola di sini,” kisahnya.
Meski mengkritik sejumlah aspek, Jansen mengakui keunikan atmosfer sepak bola Indonesia yang sarat emosi dan antusiasme fans. Pengalamannya di PSM Makassar jelas meninggalkan kesan mendalam baginya.
View this post on Instagram