Kebijakan larangan suporter untuk tandang atau away di kompetisi sepak bola Indonesia masih terus diberlakukan. Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyatakan bahwa aturan ini belum akan dicabut dalam waktu dekat, mengingat potensi kericuhan masih menjadi ancaman serius.
Larangan ini telah berjalan sejak tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022, yang memaksa PSSI mengambil langkah tegas untuk mencegah terulangnya insiden serupa. PSSI menyebut bahwa kebijakan ini sejalan dengan rekomendasi FIFA, yang mendorong transformasi sepak bola Indonesia agar lebih aman dan terstruktur.
“FIFA bersama PSSI melihat masih banyak kejadian, home dan away ini tentu tingkat kritikalnya masih tinggi. Jadi saya tentu begini, bila terjadi ada hal-hal di sebuah Liga, itu yang bertanggung jawab penuh siapa? Kok PSSI semua? Jadi Liga (PT LIB) diberikan wewenang oleh PSSI untuk mengeluarkan Liga,” kata Erick Thohir.
Lebih lanjut, Thohir menjelaskan bahwa PT LIB, sebagai operator kompetisi, memiliki kendali penuh atas penyelenggaraan liga. PSSI hanya memegang satu persen saham, sementara 99 persen dimiliki oleh klub-klub peserta.
“Dan kepemilikan Liga (PT LIB) itu 99 persen dimiliki klub-klub. PSSI hanya 1 persen. PSSI berkewajiban menjaga liga tidak ada match-fixing. Kalau ada, kami tangkap. Apalagi sudah punya Satgas bersama Kepolisian dan Kejaksaan,” tambahnya.
TANGGUNG JAWAB
Erick Thohir juga menekankan bahwa penerapan aturan, termasuk larangan suporter tandang, merupakan tanggung jawab PT LIB dan klub. Sementara itu, PSSI fokus pada sinkronisasi jadwal kompetisi dengan agenda tim nasional untuk menghindari benturan seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
“Liga (PT LIB) punya independensi yang luar biasa. Artinya apa? Penyelenggaraan liga itu tentu tanggung jawab Liga (PT LIB). Sepakat dulu ya. Dan tentu kompetisi tanggung jawab Liga (PT LIB).
“Klub bertanggung jawab dengan pertandingannya. Artinya, kalau ada peristiwa kerusuhan-kerusuhan yang mengakibatkan korban jiwa, Liga dan klub bertanggung jawab sepenuhnya,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa meskipun PSSI dan FIFA menilai kehadiran suporter tandang masih berisiko tinggi, keputusan akhir tetap berada di tangan PT LIB dan klub.
“Artinya apa? Kami sebagai PSSI dan FIFA menjaga dan menilai bahwa konteks home and away supporter ini masih rawan. Tetapi kalau Liga (PT LIB) dan klub ingin melakukan, silahkan bertanggung jawab.
“Kalau nanti ada peristiwa seperti Kanjuruhan lagi, jangan sampai nanti bolanya dilempar sana-sini tidak punya rasa tanggung jawab. Nah itu saja kalau saya,” pungkasnya.
Dengan demikian, kebijakan larangan suporter tandang masih akan terus diterapkan hingga ada jaminan keamanan yang lebih kuat dari seluruh pemangku kepentingan sepak bola nasional.
View this post on Instagram