Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Akhmad Hadian Lukita terang-terangan saat berkunjung ke JebreeetMedia untuk menjadi narasumber. Orang nomor satu di balik kompetisi sepak bola Indonesia itu membeberkan bahwa dirinya mendapatkan banyak masukan dari para pendahulunya.
Bahkan orang-orang yang memberikan masukan itu adalah orang yang sudah lama berkecimpung di sepak bola Indonesia. Menurut Akhmad Hadian Lukita, nasihat yang didapatnya adalah untuk terus bergerak dan berinovasi serta menghiraukan komentar negatif yang dituju kepadanya.
Alasannya sendiri karena tidak semua orang akan suka dengan kinerja kita. Terlebih jika dibandingkan antara yang suka dan tidak suka seimbang, maka kinerja kita bisa dibilang sudah sangat bagu.
“Saya dapat nasihat dari orang-orang bola, 50% yang suka sama anda, bekerja saja sudah bagus. Jadi yang setengah ga suka dan setengah suka itu bagus banget,” katanya kepada JebreeetMedia.
Meski begitu, bukan berarti harus menghiraukan orang yang tidak suka. Sang pemberi nasihat meminta kepada Akhmad Hadian Lukita untuk bisa merebut hatinya agar menjadi suka.
Namun tentu saja bukan hal yang mudah, terlebih Akhmad Hadian Lukita mengibaratkan bahwa sepak bola di Indonesia itu layaknya mobil butut. Artinya bahwa di sepak bola Indonesia ini terlalu banyak yang ingin memimpin sehingga perbedaan pendapat tak jarang terjadi.
Hal itu lah yang membuat gesekan-gesekan di sepak bola Indonesia bisa terjadi.
“Gimana sih geser dari yang tidak suka jadi suka. Ini ibarat, mohon maaf, saya sebut sepak bola kita seperti mobil butut, bobrok.
“Karena semua pengen jadi supir, tukang ban, ini itu dan lain-lain, tapi mobilnya sendiri lagi ancur-ancuran. Bisa jalan sudah bagus, kalau digeber banget mungkin ambrol, jadi pelan-pelan saja,” jelasnya.
Untuk itu saat ini dirinya bersyukur kompetisi bisa tetap berjalan di tengah banyaknya pergunjingan di sepak bola Indonesia. Meski tujuannya memajukan sepak bola Indonesia, tetapi pihaknya tidak bisa terlalu kencang dalam bergerak.
Pasalnya terlalu banyak yang harus diperbaiki sehingga pihaknya hanya bisa bergerak secara perlahan dalam memajukan sepak bola Indonesia.
“Kalau sekarang mobilnya sudah bisa jalan tapi belum bisa kenceng,” tutupnya.