El Derby Madrileno pada Sabtu (25/2) ini patut dinikmati karena sebuah alasan. Derbi ibu kota ini boleh jadi akan menjadi yang terakhir dilakoni Diego Simeone di kursi pelatih Atletico.
Sebulan lalu, kekalahan di Santiago Bernabeu di ajang Copa del Rey praktis menutup kans Atletico meraih trofi. Segeralah merebak isu hengkangnya Simeone pada akhir musim ini beserta bunga-bunganya, termasuk perkiraan apa yang akan terjadi dengan Atleti sepeninggal pelatih penuh semangat yang tampak selalu menuntut perjuangan keras timnya ini.
Tidak berlebihan bila mengatakan, seperti yang dinyatakan oleh ESPN, bahwa Simeone praktis memberikan kestabilan buat Atletico. Mantan gelandang yang kerap dijuluki El Cholo ini telah menangani Atleti selama lebih dari satu dekade. Selama dasawarsa sebelumnya, klub itu diwarnai 11 pelatih.
Dalam 11 musim, El Cholo memberikan dua gelar La Liga, sebuah Copa del Rey, dan dua Liga Europa. Trofi lainnya adalah Piala Super Spanyol dan Piala Super Eropa. Prestasinya, walau berakhir dengan kemasygulan, bisa ditambahkan dua final Liga Champion.
Catatan apik itu ia sajikan di tengah dominasi dua raksasa, Barcelona dan Madrid. Khusus meladeni Los Blancos, Simeone akan dikenang sebagai sosok yang menghidupkan derbi ibu kota.
Ancelotti akan menjadi pelatih keenam Madrid yang dihadapi Simeone selama meracik Atleti. Atau, bisa juga dikatakan yang kedelapan, yakni Jose Mourinho, Rafael Benitez, Zinedine Zidane, Julen Lopetegui, Santi Solari, Zidane lagi, dan Ancelotti kembali.
Don Carletto telah 13 kali menghadapi Simeone dalam dua tahun keberadaan pertamanya di Madrid. Salah satunya adalah final Liga Champion 2016. Saat Ancelotti kembali ke Bernabeu usai berkiprah di Munchen, Napoli, dan Everton, Simeone masih berkeliaran di ibu kota.
“Apa yang Simeone telah lakukan di Atletico, membangun sesuatu yang penting, menempatkan klub di antara yang terbaik di Eropa, bertarung setiap tahun, meraih sejumlah gelar, dan masih melakukannya dengan sikap yang luar biasa, adalah sesuatu yang semua pelatih inginkan. Semua pelatih memimpikan keberadaan di klub untuk waktu yang lama dan meninggalkan jejak istimewa,” ucap Ancelotti.
Sebelum Simeone datang kemenangan Atletico di derbi ini terjadi pada 1999, dan terdegradasi di akhir musim. Di 25 laga setelah kembali ke Primera Division, Indios tidak pernah menang.
Atleti seperti minder saat melawan Madrid. Keunggulan bisa batal hingga malah berakhir dengan kekalahan. Hingga Simeone datang, dan bisa mematahkan rekor buruk itu. Kemenangan setelah 14 tahun itu terjadi di final Copa del Rey, di Bernabeu pula, dan lewat waktu tambahan.
Simeone memang tak terlalu berhasil membawa Atletico superior saat derbi Madrid. Namun, perannya terlalu krusial buat Atleti. Juga buat mengangkat atmosfer derbi.