Mulai dari periode kelam tanpa kemenangan, lini serang yang tumpul, sosok pelatih yang masih berharap, hingga potensi degradasi.
Chelsea sedang tidak baik-baik saja. Performa mereka jeblok di beberapa laga terakhir. Apalagi, jika berkaca pada pembelian jor-joran di bursa transfer musim dingin lalu.
Di bawah komando pemilik baru, Todd Boehly, Chelsea menghabiskan sekitar 329 juta Euro tau setara Rp 5,3 triliun. Jumlah fantastis itu di antaranya mereka kucurkan guna meminang Enzo Fernandez (121 juta), Mykhaylo Mudryk (70 juta), Benoit Badiashile (28 juta), hingga peminjaman Joao Felix (11 juta Euro).
Hasilnya? Tampak jauh dari harapan. Berikut fakta-fakta mengkhawatirkan tentang kondisi terkini skuat London Biru.
Periode Kelam Sejak Tahun Baru
Kekalahan teranyar 0-2 kala bertandang ke Tottenham Hotspur akhir pekan lalu, ibarat melanjutkan kiprah buruk mereka di tahun 2023.
Jika dihitung dari kontra Nottingham Forest di laga pembuka tahun (1/1) hingga laga teranyar kontra Spurs, The Blues cuma bisa memenangi 1 satu laga dari total 11 laga yang telah mereka jalani.
Apalagi jika dihitung sejak penutupan bursa musim dingin. Alih-alih mendulang poin berkat kehadiran pemain-pemain anyar, performa Chelsea justru tetap jeblok lantaran mereka belum sekali pun meraih kemenangan di lima laga terakhir.
Jika dikerucutkan lagi ke 10 hari terakhir, Mason Mount dkk. selalu kalah di tiga laga yang mereka jalani yakni 0-1 vs Borussia Dortmund (16/2), 0-1 vs Southampton (18/2), dan 0-2 vs Spurs (26/2).
2. Harapan Nyeleneh
Usai takluk 0-2 dari Spurs, pelatih Graham Potter, mengakui bahwa hasil-hasil buruk yang diraih Chelsea belakangan ini murni tunggung jawabnya.
Akan tetapi, ada semacam harapan tersirat dari keterangan sang pelatih di sesi jumpa pers usai laga kontra Spurs.
Potter mengutarakan bahwa dirinya butuh waktu untuk membuat Chelsea kembali ditakuti. Ia bahkan tak segan untuk membuat perbandingan soal masa-masa sulit yang juga pernah menimpa pelatih Arsenal, Mikel Arteta.
Menurut Potter, hal tersebut bahkan sudah ia utarakan langsung kepada Boehly selaku pemilik baru klub.
“Kami sempat berbicara soal dokumenter All or Nothing and Arsenal, terutama di masa dua tahun awal kepelatihan Arteta yang kala itu hampir dipecat dan para fan ingin agar dirinya kelar dari tim. Sekarang, semuanya berubah,” ujar Potter
“Bandingkan juga dengan situasi yang tengah dihadapi Klopp. Mereka tak kunjung meraih hasil-hasil baik belakangan ini dan tiba-tiba banyak orang yang mengingkannya dipecat. Namun, begitulah sepak bola,” lanjut Potter.
Potter boleh saja berharap agar dirinya tak dipecat dalam waktu dekat. Akan tetapi, pelatih berusia 47 tahun itu juga wajib berkaca dengan pengalaman masa lalu.
Kekalahan teranyar dari Spurs menandai lima laga tanpa kemenangan Chelsea khusus di ajang Premier League. Rangkaian hasil buruk itu sudah mendekati periode serupa pada Oktober-Desember 2012 di mana Chelsea sempat menjalani tujuh laga beruntun tanpa kemenangan.
Yang sedikit berbeda, Chelsea musim itu masih sempat meraih empat kemenangan beruntun, baik sesudah maupun sebelum, periode tujuh laga tanpa kemenangan itu berlangsung.
Itu pun tak bisa mengelakkan Roberto Di Matteo untuk dipecat dan akhirnya digantikan Rafael Benitez. Jadi, permintaan Potter agar para fan dan direksi klub untuk bersabar rasanya terbilang cukup nyeleneh.
3. Raihan Poin Akhir Terburuk Sepanjang Sejarah
Chelsea baru mengoleksi 31 poin dari 24 laga yang telah merken jalani. Jika dirata-rata, mereka berarti hanya mampu meraih 1,29 poin per laga.
Jika angka rata-rata dipakai untuk menghitung raihan poin akhir di pengujung musim, maka Chelsea hanya akan mengumpulkan 49 poin.
Jumlah itu bakal menjadi poin pencapaian akhir terburuk Chelsea di sepanjang era Premier League. Jika gagal kembali ke trek yang tepat dalam jangka waktu dekat, ancaman degradasi bisa saja mengancam. Hal yang mungkin tak pernah dibayangkan para penggemar The Blues sebelumnya.
Pasalnya, menurut Goal, Chelsea memang termasuk salah satu dari enam tim yang tak pernah terdegradasi sesak Liga Inggris bertransformasi menjadi Premier League. Lima klub lainnya adalah Manchester United, Arsenal, Spurs, Liverpool, dan Everton.
Terakhir kali Chelsea gagal meraih total 50 musim di pengujung musim adalah kala mereka finis di peringkat 11 musim 1990/91.
4. Tumpulnya Lini Serang
Jika bicara hal teknis, yang wajib menjadi perhatian khusus Potter adalah soal tumpulnya lini sepang.
Chelsea saat ini menjadi tim dengan koleksi gol paling sedikit (23 gol) jika dibanding dengan sembilan tim lain yang tengah menempati top half.
Koleksi 23 gol Chelsea itu bahkan masih kalah produktif dengan koleksi gol beberapa tim di bawah mereka seperti Aston Villa (30 gol – peringkat 11), Leicester (36 gol – peringkat 14), dan Leeds (29 gol – peringkat 17). Koleksi 23 gol Chelsea bahkan masih kalah dibanding torehan pribadi bomber Manchester City, Erling Haaland (27 gol).
Minimnya torehan gol Chelsea bak seirama dengan beragam data statistik terkait produktivitas mereka.
Menurut Opta, ada sekitar 31 peluang bersih yang gagal dijadikan gol oleh Kai Havertz dkk.
Selain itu, mereka juga hanya menempati peringkat 13 untuk koleksi gol sejauh ini, peringkat ke 10 untuk jumlah tembakan (11,7), peringkat ke-12 untuk jumlah tembakan on-target (3,75) dan peringkat ke-14 soal persentase tembakan mengarah ke sasaran (32%).
Dari rangkaian data statistik di atas, produktivitas lini serang rasanya layak menjadi prioritas utama untuk perbaikan.