Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) yang baru, Dito Ariotedjo menghadiri acara serah terima jabatan Menpora di Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Selasa (4/4) siang. Acara tersebut dihadiri pula oleh plt Menpora, Muhadjir Effendy, Sekjen PSSI, Yunus Nusi, Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali dan beberapa tokoh lainnya.
Dalam kesempatannya, Dito Ariotedjo menjelaskan soal perkembangan sepak bola di Indonesia, khususnya terkait sanksi yang sedang membayangi. Diketahui saat ini Ketua Umum PSSI, Erick Thohir tengah dalam perjalanan untuk menemui Presiden FIFA, Gianni Infantino.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk membicarakan terkait sanksi yang akan diberikan FIFA kepada Indonesia. Erick Thohir berharap agar FIFA tidak memberikan sanksi berat untuk Indonesia.
“Malam ini (4/4) saya berangkat ke Eropa untuk negosiasi. Kami akan bicara ke FIFA, Garuda mendunia. Ini peta birunya. Nah di sinilah kenapa saya terima kasih Pak Bas (Basuki Hadimuljono) mau datang. Supaya kita bicara bukan persepsi. Kita bicara proses,” ucap Erick Thohir.
“Bismillah, semoga Indonesia dapat keluar dari ancaman sanksi. Saya akan bawa peta ‘Garuda Mendunia’ kepada FIFA. Semoga ada kabar baik,” ucap Erick.
Untuk itu, saat ini Dito Ariotedjo tengah menunggu hasil dari pertemuan Erick Thohir dengan Gianni Infantino. Menurutnya, apapun hasilnya nanti Kemenpora siap mendukung penuh PSSI ke depannya, sekali pun itu sanksi yang berat yang diterima oleh Indonesia.
“Untuk sepak bola kita pasti akan mendorong Ketua Umum PSSI apa yang sudah dicanangkan. Ketua Umum PSSI saat ini sedang di jalan ke Eropa untuk bertemu dengan FIFA, jadi kita akan menunggu keputusannya.
“Apapun hasilnya kami akan tetap mendukung. Kita yakin di bawah kuasa Pak Erick Thohir transformasi bola bisa tercapai,” jelasnya kepada wartawan termasuk JebreeetMedia di Auditorium Kemenpora.
PENGAJUAN PIALA DUNIA U-17
Batalnya Peru menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 tampaknya sedikit mencuri perhatian Menpora baru, Dito Ariotedjo. Ia tak menampik jika hasil dari pertemuan PSSI dengan FIFA berakhir dengan manis.
Jika nantinya Indonesia hanya menerima hukuman yang ringan, bukan tidak mungkin Indonesia mengajukan tuan rumah untuk Piala Dunia U-17. Sebaliknya, jika hukumannya berat maka sulit untuk Indonesia mengajukan tuan rumah Piala Dunia U-17.
Begitu pula dengan status stadion para klub yang digunakan untuk Piala Dunia U-20 sebelumnya. Dito Ariotedjo menegaskan bahwa pihaknya akan menunggu keputusan hasil pertemuan antara PSSI dengan FIFA.
“Itu nanti kita tunggu hasil pertemuan Pak Erick Thohir dengan FIFA, begitu juga dengan stadion bisa atau tidak digunakan oleh klub,” ucapnya.
PIALA DUNIA U-17 BATAL DI PERU
Soal kesempatan pengajuan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 tak lepas dari batalnya Peru menjadi tuan rumah. Dalam rilisan resmi terbaru FIFA, pembatalan tersebut dikarenakan pemerintah Peru harus mengalokasikan dana yang sebelumnya untuk Piala Dunia U-17 menjadi ke penataan kembali daerah yang terdampak bencana alam.
Akibatnya FIFA mau tidak mau harus mencabut hak tuan rumah Peru di Piala Dunia U-17. Hal tersebut juga sudah disampaikan kepada federasi sepak bola Peru atau FPF.
“FIFA dengan menyesal telah mencabut hak tuan rumah Peru untuk FIFA U-17 World Cup 2023 setelah diskusi ekstensif antara FIFA dan Federasi Sepak Bola Peru (FPF),” tulis FIFA.
Meski begitu, FIFA akan tetap menggelar Piala Dunia U-17 sesuai jadwal yang telah dibuat. Saat ini mereka akan segera mencari kandidat baru untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17.
“Turnamen tetap dijadwalkan berlangsung dari 10 November hingga 2 Desember 2023, tetapi Biro Dewan FIFA sekarang akan menunjuk tuan rumah baru pada waktunya,” kata FIFA.
Adapun alasan lain FIFA membatalkan Peru sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 adalah karena infrastruktur yang masih belum rampung hingga saat ini. Padahal FIFA sudah memberikan tenggat waktu untuk Peru menyelesaikan infrastruktur yang akan digunakan.
“Langkah itu dilakukan mengingat ketidakmampuan negara tuan rumah memenuhi komitmennya untuk melengkapi infrastruktur yang dibutuhkan untuk menggelar turnamen.”
“Meskipun hubungan kerja yang sangat positif antara FIFA dan FPF, telah ditentukan bahwa sekarang tidak ada cukup waktu untuk mengamankan investasi yang diperlukan dan menyelesaikan pekerjaan yang diperlukan dengan pemerintah Peru sebelum tanggal dimulainya turnamen.”
“FIFA ingin mengucapkan terima kasih kepada FPF atas upaya mereka,” tutup FIFA, Senin (3/4).
View this post on Instagram