Tema leg kedua di perempat final Liga Champion pada Selasa (18/4) ini masih sama dengan yang pertama. Langkah Real Madrid akan dipermudah kehadiran Frank Lampard di kursi pelatih Chelsea. Stamford Bridge hanya akan menyajikan riak-riak kecil buat Madrid.
Keraguan itu semakin kental. Lampard, kendati hanya sampai akhir musim, dinilai sebagai pilihan keliru lagi yang dibuat pihak klub Chelsea. Bila pencapaian di liga sudah sulit ke empat besar, pertaruhan di Liga Champion terlalu besar untuk dikorbankan.
Selain nama besar dengan pengalaman sebagai gelandang berkemampuan hebat, Lampard tidak punya modal lain dalam hal manajemen. Ia tidak memiliki gagasan yang jelas dalam membentuk tim yang tangguh. Berbeda dengan keganasan saat bermain, pemahaman teknisnya dari mata seorang pelatih masih meragukan.
Maka, tak mengherankan bila Everton sekalipun tidak cukup sabar menunggu Lampard bisa menularkan kemahirannya sebelum gantung sepatu. Lamps sudah dua kali mengalami pemecatan.
Tanda-tanda kontrak kali kedua Lamps di Chelsea ini tidak berjalan lancar diperkuat dengan keputusan Todd Boehly bicara dengan para pemain di kamar ganti usai kalah dari BHA. Sang pemilik yang sudah mengeluarkan dana besar untuk membeli pemain tampak gerah juga dengan performa Blues yang mengkhawatirkan. Betapapun Lampard mendukung langkah Boehly itu, pengaruh keberadaannya sebagai manajer semakin memudar.
Hanya ada sejumput tanda menjanjikan dari tiga laga yang sudah dilakoni Chelsea bersama Lamps. Namun, levelnya baru sebatas mengancam, atau hanya gol pembuka melawan tim seperti Brighton yang “menyumbangkan” Graham Potter dan Marc Cucurella, untuk akhirnya kalah di Stamford Bridge pada akhir pekan lalu.
The Blues tinggal berharap pada tuah Stamford Bridge saat menjamu Madrid nanti. Mereka berharap bisa membalikkan ketertinggalan menjadi kemenangan plus kelolosan seperti di 16 besar menghadapi Borussia Dortmund. Hanya, Madrid jauh lebih berat dari klub Jerman itu.
“Kami akan tampil habis-habisan. Setiap laga yang dimainkan untuk Chelsea merupakan sebuah kesempatan untuk membuktikan diri,” ucap Lampard dikutip AP.
Di sisi sana, Madrid seperti memiliki segalanya yang didambakan Chelsea musim ini. Ketangguhan semua lini teruji, terutama ketika melakoni laga Liga Champion. Antonio Rudiger semakin mapan setelah pindah dari Stamford Bridge ke Santiago Bernabeu. Carlo Ancelotti juga cukup memahami karakter The Blues seturut pengalaman dua tahun melatih di sana.
Hasil di La Liga pekan lalu juga ikut menyokong kepercayaan diri Madrid. Ancelotti melakukan rotasi pada sebagian andalannya. Madrid bisa menang 2-0 di kandang Cadiz. Ancelotti malah dipusingkan pemilihan pemain karena beberapa pelapis tampil bagus di liga.
El Real juga sudah menunjukkan kekuatan mental mereka menghadapi tekanan di luar rumah di Liga Champion. Mereka bisa menang di Anfield, bahkan menggelontorkan lima gol ke gawang Liverpool di rumah keramatnya itu setelah tertinggal dua gol lebih dulu.
Stamford Bridge berpotensi besar menghadirkan tekanan masif khas tuan rumah laga kedua yang mesti menang untuk membalikkan keadaan. Chelsea juga bisa mengandalkan catatan bagus menghadapi Los Blancos di sana. Hanya, masa kini yang muram akan mencegah Bridge mengeluarkan maginya.