Arsenal gagal menang di tiga pertandingan terakhir. Gelagat mereka mulai kerepotan menghadapi tekanan ini akan semakin jelas saat keduanya bertemu di rumah Manchester City pada Rabu (26/4).
Hasil 3-3 pada Sabtu (22/4) melawan Southampton menjadi hasil imbang ketiga Arsenal beruntun di tiga pertandingan terakhir. Setelah laga setengah lusin gol itu, The Gunner masih berada di puncak klasemen. Namun, meski masih unggul lima angka dari City, sang rival masih menyimpan dua pertandingan.
Jadi, laga di Etihad nanti bakal sangat krusial bagi kedua tim. Hanya, kecenderungannya mengarah kepada tergulingnya Arsenal dari puncak klasemen. Berikut ini enam kecenderungan itu.
Sepoin, Rumah, Juru Kunci
Satu poin Arsenal di Emirates Stadium bisa dianggap berharga bila melihat Southampton unggul 0-2 dan kemudian 1-3 sampai menit ke-66. Dua gol di pengujung laga dapat dinilai sebagai determinasi tinggi Si Gudang Peluru di kandangnya.
Namun, dari sisi lain, sepoin itu bisa dimaknai kehilangan angka. Kegagalan mengambil angka penuh di kandang, meladeni klub juru kunci klasemen, dapat berharga mahal bagi ambisi Arsenal meraih gelar liga pertama sejak 2004.
2 Kali Unggul 2 Gol, Jadinya 2 Poin Saja
Hasil melawan Soton menjadi skor imbang ketiga berturut-turut yang dihasilkan Arsenal. Dua hasil seri sebelum melawan Southampton lebih terasa sebagai kehilangan poin. Di kedua laga, Gunner unggul dua gol lebih dulu.
Satu poin di Liverpool pada 9 April lalu masih dapat dimaklumi. Seperti yang kerap terjadi, atmosfer Anfield membangkitkan The Reds untuk menyamakan kedudukan.
Hasil di London Stadium, rumah West Ham, sepekan kemudian, menunjukkan kegamangan Arsenal yang lebih nyata. Si Gudang Peluru memimpin dua gol dalam tiga menit sampai menit ke-10 melalui Gabriel Jesus dan Martin Odegaard. Said Benrahma mempersempit jarak dengan gol penalti pada menit ke-33. Dua menit setelah penalti Bukayo Saka gagal memperbesar keunggulan Arsenal, Jarrod Bowen mencetak gol kedua The Hammers.
Salah Pemain
Usai laga di West Ham, Mikel Arteta, bos Arsenal, menyatakan bahwa timnya berhenti menyerang setelah memimpin dua gol. Mantan gelandang Gunners ini menuding para pemainnya telah lengah.
Walau pandangannya terhadap jalannya duel tidak keliru, kritik Arteta dianggap bisa berbalik merugikan Arsenal. Eks penyerang yang kini menjadi komentator, Chris Sutton, berpendapat bahwa Arteta bisa menggerus mental pasukannya. Menurut Sutton, hal seperti itu tidak pernah dilakukan Sir Alex Ferguson di Man. United. Fergie akan menyalahkan banyak pihak, dari lawan sampai wasit, tapi bukan skuadnya.
Keanehan Trossard
Pembelian Leandro Trossard dari Brighton pada bursa musim dingin sempat mengundang tanda tanya. Saat itu, Arsenal ditengarai lebih membutuhkan striker untuk mengisi absensi Gabriel Jesus.
Perekrutan itu pada akhirnya terbukti yahud. Trossard memang tidak produktif dalam gol, tapi subur soal membuat assist. Sayap asal Belgia ini telah menorehkan tujuh assist buat rekan-rekannya di Arsenal.
Assist terakhir ia bukukan saat kemenangan terakhir Arsenal di liga, yakni 4-1 atas Leeds di Emirates. Saat itu, Trossard tampil penuh.
Sepekan berikutnya, Arteta memilih mencadangkannya saat melawat ke Anfield. Sang pemain hanya tampil di 10 menit terakhir duel. Padahal, rekam jejak Trossard sangat bagus saat menantang Liverpool. Ia mencetak hattrick di Anfield saat masih memperkuat Brighton. Kejadiannya masih musim ini. Trossard juga hanya turun sebagai pemain pengganti di dua laga hasil seri terakhir.
Menang Fokus, Kalah Momentum
Nah, sekarang mulai menyinggung pesaing utama, Manchester City. Bahasan perbandingan akan semakin ramai jelang duel di Etihad Stadium pada tengah pekan yang akan menentukan kampiun musim ini.
Arsenal terbilang unggul soal fokus. Klub London Utara ini tinggal berkonsentrasi di Premier League. City masih berkiprah di tiga kompetisi.
Namun, The Cityzens boleh jadi justru mengambil faedah dari konsentrasi di tiga ajang. Manchester Biru terus menjaga kecepatan tinggi di semua arena. Guardiola mengaku menikmati perjalanan mereka musim ini.
Enggak Cuma Etihad
Terakhir, rekor pertemuan belakangan ini tampak memihak Cityzens.
Arsenal pernah mendominasi City. Pada rentang September 1992 sampai 2006, Gunners tidak pernah kalah saat meladeni Citeh. Pada rentang Maret 2014 hingga April 2017, Si Gudang Peluru hanya kalah sekali dari sembilan pertemuan. Setelah itu, City ganti jadi yang lebih superior. Perlu disimak bahwa Guardiola datang ke Etihad Stadium per 1 Juli 2016.
Di 15 pertemuan terakhir pada rentang November 2017 hingga menang dalam jamuan Arsenal di liga musim ini pada 15 Februari lalu, Cityzens hanya sekali kalah dari Arsenal. Momok Arsenal bukan hanya Etihad Stadium pada tengah pekan nanti.