Sulit disangkal bahwa porsi ingar-bingar final Liga Champion pada Sabtu (10/6) lebih besar tertuju kepada Manchester City. Pasalnya, kemenangan di akan mematri treble winner. Selain itu, The Cityzens mampu melakukannya. Dan akan melakukannya.
Cityzens sudah mengantungi dua gelar domestik. Terakhir, yang juga merupakan ujian bagus sebelum final di Ataturk Olympic Stadium, Istanbul, nanti adalah trofi Piala FA mengalahkan Man. United. Sebagai catatan, United bernafsu menghentikan klub sekota mereka itu seturut status United sebagai peraih treble di Inggris. United gagal menuntaskan niat mereka itu.
Internazionale berpotensi mengganjal ambisi besar Cityzens. Inter Milan juga merupakan salah satu dari sedikit pencatat treble di Eropa.
Liga Champion menyisakan rasa penasaraan besar bagi Cityzens. Sejak kehadiran pemilik dari Abu Dhabi per 2008, fokus besar City terarah kepada trofi tertinggi di Eropa itu. Jarak terdekat mereka sebelumnya adalah final 2021. Chelsea menekuk City di laga puncak itu.
Sandaran besar City akan terletak pada Pep Guardiola. Final.ini merupakan duel puncak keempat Pep. Sebelum kekalahan dari Chelsea dua tahun lalu, pelatih asal Spanyol itu sudah merasakan dua gelar Liga Champion bersama Barcelona, yakni pada 2009 dan 2011.
Hanya Carlo Ancelotti yang lebih sering mencapai final daripada Pep dengan lima final. Pelatih yang lebih sering membawa timnya juara daripada Pep adalah Ancelotti dan Zinedine Zidane, masing-masing dengan empat dan tiga gelar.
Tak berlebihan juga menyebut bahwa modal terdepan City kali ini ada pada bentuk permainan mereka sepanjang musim. Torehan 12 kemenangan beruntun menjadi lesatan yang menekan Arsenal sehingga akhirnya lengser dari puncak klasemen Premier League.
Kiprah tangguh di liga, final Piala FA, dan fase gugur terutama di semifinal dengan menyingkirkan juara bertahan yang mengempaskan mereka musim lalu, Real Madrid, akan meroketkan kepercayaan diri City.
Lesatan mengesankan juga dibuat Inter.
Nerazzurri dapat menorehkan 11 kemenangan dari 12 laga terrakhir di semua kompetisi, termasuk di final Coppa Italia mengalahkan Fiorentina. Inter mampu finis di peringkat ketiga Serie A musim ini. Kemenangan di dua laga derby della Madonnina di semifinal Liga Champion memperlihatkan pula kesiapan Inter di pengujung musim.
Namun, secara keseluruhan, City lebih stabil daripada Inter sepanjang musim walau start mereka lambat. Nerazzurri sempat mengalami kemandekan di Serie A yang memberikan tekanan besar terutama buat pelatih Simone Inzaghi.
Si Hitam-Biru adalah tim keempat yang lolos ke final setelah kalah di laga pertama kompetisi. Tiga tim sebelumnya adalah Milan 1994/95, Bayern Munchen 1998/99, dan Tottenham 2018/19. Ketiganya kalah di final. Hanya, bukan karena itu Inter tidak diunggulkan juara.
Kiprah aktual akan menjadi modal Cityzens. Namun, tiga laga liga Cityzens yang kurang meyakinkan tidak dapat menjadi patokan karena Ilkay Gundogan cs. sudah memastikan gelar. Performa di final Piala FA menjadi bukti kekhawatiran itu tak beralasan.
Mengandalkan Erling Haaland yang sudah mengemas selusin gol di Liga Champion musim ini, City mencetak 31 gol musim gol. Pertahanan mereka juga tangguh seiring hanya lima kali kebobolan. Inter mencetak 19 gol dan kemasukan 10 gol.
Meski demikian, pertahanan La Beneamata akan menjadi tantangan tersendiri buat City. Inter mengukir 8 clean sheet musim ini, sebuah lebih banyak daripada Cityzens. Delapan kali tak kebobolan itu termasuk di lima dari enam laga fase grup.
Dengan tendensi itu, apakah Inter memaksa hasil imbang dan memaksa adu penalti? Kemungkinannya sangat gede. Namun, Man. City tampak memiliki banyak kiat membongkar pertahanan kuat lawan.
Nantikan duel sengit menarik di Istanbul nanti. Partai puncak ini akan menyajikan benturan dua gaya berbeda. City akan mendominasi penguasaan bola dan menekan sejak di daerah lawan seturut kecenderungan ofensif mereka. Operan menemui sasaran City sebesar 90,2%. Inter “hanya” 82,2%. Nerazzurri bakal condong bertahan dan mengandalkan serangan balik. Hanya Milan yang mencatatkan lebih banyak tembakan, 13 buah, dari serangan balik daripada Inter (12 buah).
Harapkan pula duel kekuatan penuh. Kedua kubu akan berkesempatan menurunkan komposisi terbaik mereka. Kyle Walker mengalami cedera kecil, tapi rasanya tetap dimainkan di final penting ini. Dari Inter, Henrikh Mkhitaryan dan Milan Skriniar juga diperkirakan bakal bugar saat duel final. Nerazzurri mungkin akan kehilangan Joaquin Correa karena cedera betis.