Mungkin masih banyak yang mengingat momen di mana Timnas U-22 Indonesia untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun mendapatkan kembali medali emas di ajang SEA Games 2023 di Kamboja beberapa waktu lalu. Saat itu timnas U-22 Indonesia bermain sangat luar biasa dan mencatatkan tidak pernah terkalahkan di ajang tersebut.
Medali emas di SEA Games 2023 merupakan yang pertama kali setelah 32 tahun lamanya. Terakhir kali Indonesia meraih medali emas cabor sepak bola adalah pada tahun 1991.
Uniknya keberhasilan timnas U-22 Indonesia meraih medali emas SEA Games didapat dari lawan yang sama. Saat tahun 1991 Indonesia mengalahkan Thailand lewat adu penalti. Pada tahun 2023 Indonesia menang setelah mengalahkan Thailand dengan skor 5-2.
Suksesnya timnas U-22 Indonesia di SEA Games tak lepas dari tangan dingin sang pelatih, Indra Sjafri. Pria yang kaya akan prestasi saat menangani timnas kelompok umur itu berhasil menambah pundi prestasinya.
Jauh sebelum medali emas SEA Games 2023, Indra Sjafri pernah membawa timnas u-19 Indonesia menjuarai Piala AFF U-19 di tahun 2013. Lalu ia juga pernah menjuarai Piala AFF U-23 tahun 2019.
Catatan prestasinya yang membawa Indonesia juara di beberapa ajang internasional menjadi salah satu alasan seorang Indra Sjafri menjadi pembicara di Acara Juara Bicara yang diselenggarakan Santini Jebreeetmedia di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (19/7).
KUMPULKAN PELATIH
Pada Acara Juara Bicara, Indra Sjafri menceritakan proses pembentukan tim sampai akhirnya menggondol medali emas di Kamboja. Pria kelahiran Padang itu mengatakan jika awal mula yang dilakukannya adalah mengumpulkan pelatih yang pernah bekerja dengannya.
Setidaknya ada empat pelatih yang ia panggil untuk bekerja sama dengannya. Keempat pelatih itu adalah Kurniawan Dwi Yulianto, Bima Sakti, Sahari Gultom dan Alex Aldha Yudi.
“Waktu pendek membuat saya harus mencari pelatih yang sudah pernah bekerja dengan saya dan pastinya harus lebih hebat dari saya,” kata Indra Sjafri.
PERTANDINGAN
Memasuki waktu pertandingan, timnas U-22 Indonesia tidak mendapatkan perlawanan yang berarti dari para lawannya. Saat itu timnas U-22 Indonesia tergabung di Grup A bersama Kamboja, Filipina, Myanmar, dan Timor Leste.
Beckham Putra dan kawan-kawan berhasil menang saat melawan Filipina dengan skor 3-0. Lalu melawan Myanmar menang 5-0, lawan Timor Leste menang 3-0 dan terakhir Kamboja menang 2-1. Catatan tersebut membawa timnas U-22 Indonesia keluar sebagai juara grup.
Menurut Indra Sjafri, pada saat fase grup sebetulnya ada permintaan dari pelatih fisik timnas U-22 Indonesia Alex Aldha Yudi. Sang pelatih fisik meminta untuk melakukan rotasi di saat timnas U-22 Indonesia melawan Timor Leste. Akan tetapi, permintaan tersebut ditolak Indra Sjafri.
Indra Sjafri justru memainkan pemain intinya karena khawatir dengan kekuatan Timor Leste yang dinilainya cukup mumpuni. Rotasi baru dilakukan Indra Sjafri pada pertandingan mengahdapi Kamboja di pertandingan terakhir fase grup.
“Baru pertandingan keempat hampir 80 persen pemain kami ganti. Kamboja terakhir main. Lawan Kamboja kita rotasi dan akhirnya kita kebobolan satu gol, tetapi Kamboja tetap tidak masuk,” jelasnya.
Memasuki semifinal, timnas U-22 Indonesia bertemu dengan Vietnam. Tim asuhan Phillipe Troussier betul-betul membuat tim Garuda Muda kewalahan.
Pertandingan sama kuat 2-2 hingga memasuki menit 85. Phillipe Troussier sempat memasukan dua pemainnya untuk menopang permainan menekan timnya. Pada delapan menit terakhir, Indra Sjafri baru memasukan satu nama yang berhasil menjadi pembeda.
Indra Sjafri memasukan Taufany Muslihuddin untuk menggantikan Ananda Raehan. Benar saja, Taufany Muslihuddin mencetak gol pada menit 90+6 yang akhirnya membuat Indonesia keluar sebagai pemenang.
Namun cerita menarik bukan pada Taufany Muslihuddin, tetapi perbedaaan pilihan antara Indra Sjafri dan Bima Sakti. Pada momen Ananda Raehan akan digantikan, Indra Sjafri sempat bertanya siapa pemain yang bagus untuk menggantikan Ananda Raehan.
Bima Sakti menyarankan nama Beckham Putra, tetapi justru Indra Sjafri menolaknya. Akhirnya setelah perbedaan pendapat, ditunjuklah Taufany Muslihuddin. Sampai akhirnya pilihan Indra Sjafri tepat sasaran.
“Pertandingan sisa delapan menit ingin menggantikan Ananda Raehan. Coach Bima bilang Beckham, dan saya sebagai pelatih dan orang yang bertanggung jawab harus berani berbeda dan bertanggung jawab. Beckham bagus tetapi saya pilih Taufany,” ungkapnya.
PRANK
Salah satu momen yang paling tidak bisa dilupakan adalah di mana publik Indonesia diprank oleh peluit wasit yang banyak mengira pertandingan berakhir, padahal wasit meniup menandakan adanya pelanggaran.
Saat itu timnas U-22 Indonesia sedang unggul 2-1 dan pertandingan sudah memasuki detik akhir. Peluit dibunyikan, semuanya tumpah ruah di dalam lapangan. Namun ternyata wasit menyuruh pertandingan segera dilanjut kembali.
Kebahagiaan Indonesia pun berubah menjadi sebuah kepanikan saat Thailand berhasil mencetak gol tak lama dari peluit dibunyikan. Akibat hal itu, pertandingan pun berlanjut ke extra time.
“Alfeandra Dewangga yakin itu adalah peluit pertandingan berakhir, dia akhirnya melompat dan memeluk saya. Saya ikut larut bahwasannya itu kita sudah juara. Datang lagi sekretaris saya menimpa. Gak tahunya itu belum habis.
“Bayangkan bagaimana saya waktu itu, saya langsung pikiran dan berprasangka ini kita kebobolan. Untuk itu jangan pernah berprasangka jelek, karena hasilnya jelek. Hitungan detik betul saja Indonesia bobol.
“Bisa bayangkan bagaimana presure untuk saya ketika batal juara,” jelas Indra Sjafri.
JUARA
Memasuki masa extra time, Indra Sjafri pun melakukan pergantian. Akhirnya memasukan Irfan Jauhari menggantikan Ramadhan Sananta. Irfan Jauhari ditugaskan Indra Sjafri untuk mencetak gol dan membuat pemain belakang Thailand mendapatkan kartu merah.
Mendengar tugas yang dilayangkan Indra Sjafri, Irfan Jauhari menjalankannya dengan baik. Akhirnya ia berhasil membuat pemain belakang Thailand terkena kartu merah. Dua menit berselang Irfan Jauhari mencetak gol.
“Setelah kena prank timnas Indonesia mencetak gol 3-2, saya masih belum yakin akan medali emas. Sisa 28 menit rasanya seperti 20 tahun bagi saya. Tak tahunya beberapa menit setelah itu Fajar Fatturahman mencetak gol menjadi 4-2.
“Setelah gol saya masih belum yakin akan menang karena kejadian sebelumnya, mental saya juga sudah kena. Masuk Beckham dan cetak gol menjadi 5-2. Setelah itu seperti yang linglung, tidak yakin kita menang.
“Saya ditarik Bima Sakti, coach ayo kita bersyukur sudah medali emas. Baru saya sujud syukur. Itu adalah situasi yang tidak akan saya lupakan. Bukan 32 tahunnya, tetapi Indonesia karena Indonesia menjadi juara,” ungkapnya.
TAYANGAN LENGKAP
Bagi JebreeetTeam yang ingin menyaksikan tayangan lengkapnya bisa pantengin terus Kanal Youtube Jebreeetmedia TV. Pasalnya, dalam waktu dekat tayangan tersebut akan segera mengudara.
View this post on Instagram