Ia bahkan hanya sedikit lebih unggul dibanding bomber Manchester United yang juga tengah menjalani periode buruk, Marcus Rahsford.
Akhir pekan lalu, Real Madrid takluk 1-3 kala bertandang ke rival sekota mereka, Atletico Madrid. Tiga gol tuan rumah yang masing-masing dicetak Alvaro Morata (4’ & 46’) dan Antoine Griezmann (18’), cuma bisa dibalas satu gol Toni Kross (35’).
Tumpulnya lini depan El Real ditenggarai sebagai salah satu penyebab kekalahan tersebut. Berkaca dari data statistik Flashscore, Madrid sebenarnya melepaskan jumlah tembakan yang jauh lebih banyak dibanding Atletico, yakni 20 berbanding 10. Persis dua kali lipat.
Akan tetapi, keunggulan tersebut menjadi sia-sia karena Madrid pada akhirnya cuma bisa membuat satu gol. Dari 20 tembakan itu, hanya lima yang berujung shot on target. Bandingkan dengan Atletico yang masih bisa melepaskan empat shot on target.
Tumpuan utama Madrid di lini depan, Rodrygo, layak dijadikan kambing hitam. Berkaca dari situs Whoscored, bomber asal Brasil itu sebenarnya tercatat sebagai pemain dengan jumlah tembakan terbanyak di laga itu. Bersama Kroos, keduanya mengkreasi empat tembakan.
Kalau Kroos akhirnya masih bisa mencetak gol, seluruh upaya Rodrygo justru mentah. Tak satupun tembakannya yang berhasil mengancam gawang lawan. Rinciannya, dua tembakan melebar dan dua tembakan lainnya diblok pemain lawan.
Menurut Opta, Rodrygo sejauh ini bahkan baru berhasil melesakkan satu gol dari total 25 tembakan. Dengan demikian, persentase jumlah tembakannya berujung gol berarti hanya 4%.
Angka itu menjadikannya sebagai pemain dengan persentase konversi gol terendah ketiga dalam jajaran bomber-bomber andalan di lima liga top Eropa yang baru mengoleksi satu gol.
Ia hanya sedikit lebih unggul dibanding Marcus Rashford (Manchester United) dan Eberchi Eze (Crystal Palace). Persentase konversi gol keduanya baru mencapai angka 3,9% atau 0,1% lebih buruk dibanding Rodyrigo.
Masalahnya, kalau di United dan Palace, keberadaan Rashford dan Eze masih bisa dilapis pemain-pemain lain, maka di Madrid, peran Rodyrigo sebenarnya lebih vital. Hal itu lantaran Rodrygo tengah menjadi harapan akibat cedera panjang sang bomber utama, Vinicius Junior.
Skuat Carlo Ancelotti masih termasuk beruntung karena saat Rodrygo tumpul, kehadiran bintang anyar, Jude Bellingham, menjadi berkah lantaran gelandang asal Inggris itu langsung mencuat dengan koleksi enam gol.
Rodyrigo bahkan juga masih kalah mentereng dibanding Joselu, striker kawakan berusia 33 tahun yang justru didatangkan dengan status pemain pinjaman di bursa transfer musim lalu. Joselu sudah mengoleksi dua gol.