Ada 331 atlet Indonesia yang pernah manggung di Olimpiade. Ada total 37 medali, terdiri dari 8 medali emas, 14 perak, dan 15 perunggu yang pernah dikalungkan ke putra-putri Indonesia. Ini fakta sejarah yang harusnya dikenang untuk selamannya.
Olympian. Itulah istilah untuk menyebut para atlet yang pernah tampil di Olimpiade. Khusus di Indonesia, jumlahnya ada 331 atlet.
Perjuangan untuk mengibarkan Merah-Putih di tingkat tertinggi bukanlah perkara mudah. Momen di mana ribuan atlet dari seluruh penjuru dunia bermisikan satu hal: Menjadi yang terbaik dari yang terbaik.
Mereka, para Olympian, tak cuma berpeluh keringat, tapi juga berkorban banyak hal. Mulai dari waktu hingga materi. Terkadang bahkan, harga diri jadi taruhannya.
Di Indonesia, para Olympian ini bernaung di bawah Indonesia Olympians Association (IOA). Mantan ratu tenis Indonesia, Yayuk Basuki, menjabat sebagai ketua. Ia didampingi Taufik Hidayat, legenda bulutangkis yang menyabet medali emas tunggal putra di Olimpiade Athena 2004.
Ling Ling Agustin menjabat sebagai bendahara. Ia merupakan salah satu petenis meja putri terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Selain tampil di Olimpiade Barcelona 1992, ada tujuh medali emas SEA Games yang pernah diborongnya.
Dalam sesi JEBREEETalks, ada banyak kisah yang dibagikan Ling Ling. Salah satunya soal komparasi tingkat apresiasi untuk para olympian. Menurutnya, para Olympian, dari manapun asalnya, sangat dihargai di luar negeri.
“Di setiap Olimpiade itu ada House of Oly. Di situ disediakan makanan gratis. Ini untuk yang purna (pensiun) loh. Kami juga mendapat potongan harga 50% untuk Akomodasi di AirBnB,” ujar Ling Ling.
“Pengalaman lain, saya dan Rosssy Pratiwi (eks atlet tenis meja putri seangkatannya) pernah jalan ke satu stasiun untuk melihat hal-hal lain selain venue pertandingan Olimpiade. Ternyata kita dijagain (dikawal) pihak keamanan. Satu orang, satu polisi. Mereka mengawasi dari jauh. Kami ini dianggap duta bangsa,” lanjut Ling Ling.
Bagaimana dengan di Indonesia? Harus diakui bahwa tingkat apresiasi kepada para atlet, khususnya Olympian Indonesia, masih minim. Bisa ditakar dengan hanya sebagian kecil dari 331 nama yang mungkin akrab di telinga publik.
Belum lagi beragam fakta mengejutkan lain terkait mirisnya kondisi hari tua beberapa para Olympian Indonesia.
“Masih ada para Olympian Indonesia yang belum punya rumah. Ada lagi yang bahkan kesulitan untuk beli obat darah tinggi,” ujar Ling Ling.
Nasib hari tua para atlet memang tak sepenuhnya tunggung jawab negara. Namun, bentuk perhatian dan apresiasi pemerintah kepada mereka adalah sesuatu yang didambakan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kemenpora sudah berupaya melibatkan para Olympian Indonesia untuk kemajuan prestasi. Hanya, program itu kerap timbul tenggelam.
“Saat era Menteri Imam Nahrawi, kami dibentuk sebagai tim untuk mentoring dan evaluasi. Kami coba menginspirasi atlet-atlet yang akan berangkat ke Olimpiade. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Baru-baru ini, ada semacam Forum Group Discussion dan kami minta lagi ke Kemenpora. Tapi ya tergantung, masa ada team review, ada juga tim mentoring. Nanti kesannya tumpang tindih. Tapi ya kita ngikut aja,” lanjut Ling Ling.
Bentuk apresiasi kepada Ling Ling dan ratusan Olympian Indonesia setidaknya bisa tumbuh dari semaraknya pertandingan-pertandingan atau turnamen-turnamen eksebisi yang belakangan ini dihelat para publik figur dan selebritas. Apalagi, atensinya juga tinggi.
Turnamen tenis The Juara yang digagas Jebreeetmedia merupakan salah satunya. Alih-alih hanya menjadi sekedar hiburan semata, ajang ini juga mengedepankan sisi charity agar menghadirkan makna lebih di tengah masyarakat.
Dengan menggandeng Combiphar sebagai sponsor, turnamen tenis The Juara bakal mengalokasikan sebagian pemasukan untuk diberikan kepada para Olympian Indonesia yang tergabung di IOA.
“Sejauh ini sudah ada satu sponsor, Combiphar, yang akan mendukung charity ini. Lalu rencananya, dari setiap tiket juga akan kami sisihkan untuk IOA. Nanti, saat live juga akan ada barcode, sehingga bagi masyarakat yang menonton di televisi, bisa ikut langsung menyumbang. Kesemuanya akan kita kumpulkan dan serahkan untuk mendukung IOA,” ujar CEO Jebreeetmedia, Valentino Simanjuntak.
“Ajang ini tidak ada hubungannya dengan pesta politik, sama sekali tidak. Kita juga tidak punya misi-misi tertentu. Kami murni peduli dengan olah raga dan keadaan para atlet. Jadi, mudah-mudahan tidak sekali gong ini saja,” lanjut Valentino.
Turnamen tenis THe juaRA juara bakal berlangsung Rabu, 29 November, dengan mempertemukan Taufik Hidayat versus Raffi Ahmad. Selain laga puncak tersebut, ada pula beberapa laga lain semisal Happy Family Match yang akan mempertemukan pasangan suami istri Ibnu Jamil dan Ririn Ekawati versus Judika Sihotang dan Duma Riris Silalalhi.
Ada pula laga Charity Match antara Michael Wanandi dan Gading Marten versus Wandi Wanandi dan Valentino Jebreeet. Michael dan Wandi adalah pengusaha terkemuka Tanah Air yang masih memiliki hubungan sepupu. Sementara Gading Marten dan Valentino Jebreeet, kini dikenal sebagai publik figur yang memiliki dua kanal digital raksasa Indonesia di platform Youtube yakni Kuy Entertainment dan JebreeetMedia.