Rian Putra, mantan mahasiswa kedokteran gigi dan mantan pengurus PSIM Yogyakarta, membagikan kisahnya tentang bagaimana kebetulan membawanya ke dunia sepakbola dan korfball. Keterkaitan keluarganya dengan PSIM, yang dipegang oleh bapaknya, menjadi landasan perjalanan Rian dalam sepakbola. Di tengah kesibukan kuliah, PSIM memberikan mandat tak terduga yang mendorongnya terlibat lebih dalam dalam manajemen klub.
Perjalanan dari Bintaro ke Kiai Tapa menjadi bagian penting dari kisahnya dengan PSIM. Keterlibatannya dalam manajemen klub sepakbola ini tidak hanya sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebagai ladang penyaluran minatnya. Rian menemukan tantangan besar dalam mengelola suporter di klub sepakbola, namun pengalaman ini memberikan kesan mendalam baginya dalam mendukung klub, terutama dalam memanajemen untuk fans dan supporter PSIM.
Perjalanan karier Rian Putra yang juga seorang dosen di Universitas Indonesia (UI), penuh dengan keputusan-keputusan yang membawanya pada arah yang tak terduga. Sebagai lulusan Sarjana Kedokteran Gigi dari Trisakti, awalnya keputusan ini lebih dipengaruhi oleh dorongan orang tua daripada hasratnya sendiri. Setelah menyelesaikan tahun koas, Rian akhirnya keluar dari dunia kedokteran. Langkah berikutnya, Rian melanjutkan pendidikan di Prasetiya Mulia untuk mengambil gelar magister, Magister Manajemen, setelah merasa malu dengan status Sarjana Kedokteran Gigi yang dianggapnyaā€¯nggak jelas”.
Namun, perubahan terbesar dalam hidupnya terjadi ketika Rian terlibat dalam dunia media dengan mendirikan Win News. Media ini membuka jalan baginya ke UI, di mana Rian ditawari menjadi dosen di Prodi yang fokus pada produksi media. Awalnya hanya sebagai dosen tamu, namun keberhasilan Rian dalam bidang media dan pendidikan akhirnya membuatnya diakui sebagai dosen tetap di UI, berkat keberadaan titel S2-nya yang dimilikinya. Dari perjalanan yang belibet, keputusan yang diambil dengan penghormatan kepada orang tua, hingga langkah dalam dunia media yang membuka jalan ke dunia pendidikan, kini Rian menemukan jalannya sebagai seorang dosen yang diakui di UI.
Sosok yang baru mengenal korfball atau bola keranjang
Pada suatu kebetulan, Rian menemukan dunia olahraga baru yang menarik baginya, yaitu Korfball. Awalnya mengetahui olahraga asal Belanda ini ketika ayahnya sedang main bulutangkis dengan rekan-rekannya, namun saat teman-temannya bercerita tentang Korfball, Rian mulai penasaran. “Kata teman saya, ada olahraga seru namanya Korfball,” ujar Rian di JebreeeTalks bersama CEO JebreeetMedia, Valentino Simanjuntak. Ia pun mulai mencari informasi lebih lanjut tentang permainan ini, menonton video di YouTube, dan membaca artikel. Semakin ia memahami Korfball, semakin tertarik ia untuk terlibat lebih jauh.
Suatu hari, akhirnya, Rian mendapat tawaran untuk bergabung dengan Federasi Olahraga Korfball Indonesia. Salah satu teman ayahnya menyarankan, “Eh, Rian, kenapa nggak coba jadi bagian dari Federasi Olahraga Korfball Indonesia? Mereka lagi mencari orang baru untuk menjadi ketua umum, siapa tahu kamu cocok!”
Saat menyaksikan pertandingan Korfball di GOR, Rian semakin terkesima dengan dinamika permainannya. “Gerakannya begitu seru, terutama karena ada aturan yang membuatnya unik,” kata Rian. Ia pun yakin bahwa Korfball memiliki potensi besar di Indonesia. Setelah pertandingan, Rian berdiskusi dengan pasangannya dan teman-temannya. Mereka sepakat bahwa Korfball bisa menjadi olahraga yang menarik dan membangun komunitas solid di Indonesia. “Kami punya visi untuk mengaktifkan komunitas Korfball di Indonesia, dan saya merasa memiliki kesempatan untuk mewujudkannya,” tutur Rian penuh semangat.
Ketua Umum PP PKSI
Dengan semangat yang membara, Rian mengikuti proses seleksi untuk menjadi calon ketua umum PKSI (Persatuan Korfball Seluruh Indonesia). Berkat pengalaman dan pengetahuannya yang terus bertambah, Rian berhasil terpilih sebagai pemimpin baru kepengurusan tersebut. “Saya sangat bersyukur atas dukungan dari teman-teman dan komunitas Korfball. Bersama-sama, kita akan memperkenalkan olahraga ini kepada lebih banyak orang dan mengembangkan bakat-bakat baru di Indonesia,” ucap Rian.
Keterpilihannya sebagai ketua umum PKSI menjadi hasil dari kerja keras dan upaya sosialisasi yang dilakukannya. “Mungkin setelah itu saya baru tentukan, oke, boleh deh kita coba untuk ikut dalam kontestasi pemilihan ini. Ya udah, pada akhirnya ada Munas di bulan Desember lalu, kebetulan ya saya terpilih,” ungkap Rian menambahkan, “Kebetulan lagi, sedikit kerja keras yang mungkin lebih ke arah sosialisasi aja lah. Ya, puji Tuhan, usahanya berbuah hasil yang baik, mungkin untuk Korfball lah ke depannya.”
Bukan orang korfball tapi jadi ketua umum PP PKSI
Rian, yang jujur mengakui bahwa ia baru mengenal dunia Korfball pada Agustus lalu, memiliki visi yang luar biasa untuk olahraga ini. Meski baru terjun, ia telah menempatkan harapan dan cita-cita besar pada perannya sebagai Ketua Umum Persatuan Korfball Seluruh Indonesia. “Saya enggak bisa bilang saya orang Korfball karena udah jelas saya aja baru tahu olahraganya Agustus kemarin,” ujar Rian. Bagi Rian, prestasi tidak hanya sebatas medali atau penghargaan, tapi juga membawa perubahan dari ketidaktahuan menjadi pemahaman tentang Korfball. “Prestasi itu mungkin, menurut saya, enggak perlu harus dalam bentuk itu (medali). Mungkin sekedar perubahan dari orang yang tidak tahu olahraga ini menjadi tahu, itu juga udah merupakan sebuah prestasi sebenarnya,” paparnya.
Rian melihat potensi besar dalam Korfball, terutama dalam hal popularitas di Indonesia. “Karena kalau misalnya kita lihat dari olahraga ini secara internasional aja, followernya aja sama lu lebih banyak lu (Valentino Simanjuntak). Di sini gua melihat ada peluang sebenarnya,” jelasnya. Indonesia, menurut Rian, memiliki keunggulan dalam mempopulerkan olahraga ini. “Karena di Indonesia itu kalau kita lihat, ngeviralin sesuatu lebih gampang daripada negara lain. Secara cost lebih murah, secara teknologinya pun juga sebenarnya cukup menggunakan social media dan komunitas,” tambahnya. Rian melihat Korfball sebagai wadah untuk menciptakan sesuatu yang ramai dan meriah. “Orang kita ini senang sesuatu yang ramai-ramai,” ujarnya penuh keyakinan. “Gua lihat di sini kayaknya ada chance lah, ditambah juga mungkin support dari teman-teman juga. Paling enggak, kita bisa menjadi kiblatnya korfball internasional, buat saya itu udah menjadi sebuah prestasi lah.”
Jangan-jangan korball dari Indonesia?
Sebagai Ketua Umum Persatuan Korfball Seluruh Indonesia, Rian memiliki visi untuk memajukan olahraga ini di tanah air serta berbagi cerita menarik seputar sejarah dan potensi besar Korfball.
Menurut Rian, Korfball lahir di Belanda pada tahun 1928. “Mereka ini dari Belanda. (Secara resmi) lahirnya tahun 1928,” ujarnya sambil menjelaskan asal-usul olahraga ini. Di Belanda, Korfball menjadi olahraga yang sangat populer. “Kata teman gue yang di Belanda, sih, yang main ramai banget,” tambahnya.
Keunikan Korfball di Indonesia terungkap melalui foto-foto dari salah satu sesepuh olahraga ini. “Lucunya kita lihat ada foto gua dikirimin sama salah satu sesepuh juga lah, kita bilang senior banget, ya, di Korfball,” paparnya.
Sejak zaman penjajahan Belanda, Korfball sudah dimainkan di Indonesia. “Dan pada saat itu, keranjangnya pakai rotan. Jadi kita juga menimbulkan pertanyaan, ini olahraga yang lahir dari Belanda, atau jangan-jangan ini olahraga yang lahir karena pada saat itu Belanda masih menjajah Indonesia, main di sini, karena rotan baru dibawa ke Belanda,” ungkap Rian.
Rian berharap bahwa Indonesia memiliki andil dalam perkembangan olahraga ini. “Jangan-jangan Indonesia ada andil nih sebenarnya di olahraga ini, dan cita-citanya sih, ingin kayak kriket,” tuturnya.
Korfball di ajang olahraga prestise
Tentang upaya Korfball untuk masuk ke kancah olahraga internasional, Rian menjelaskan, “Mereka (Federasi Korfball Internasional) lagi mencoba untuk masuk ke dalam Olimpik. Jadi di sana, secara olimpik, ini udah masuk, udah Olympic recognized, jadi exhibition udah ada.”
PKSI berharap agar Korfball dapat dipertandingkan dalam event olahraga besar seperti SEA Games. “Tahun depan, lagi mencoba supaya bisa masuk ke SEA Games, harapannya sih,” tambahnya.
Rian juga merasa bangga terhadap perkembangan Korfball di berbagai daerah di Indonesia. “DKI Jakarta kemarin termasuk salah satu yang paling kuat,” ujarnya.
Namun, yang menarik adalah fakta bahwa Korfball justru berkembang pesat di Kalimantan. “Tapi uniknya nih, olahraga ini malah paling berkembangnya di Kalimantan,” paparnya.
Dengan sejarah yang kaya dan potensi besar untuk tumbuh di Indonesia, Korfball menjadi olahraga yang menarik untuk diperkenalkan dan dikembangkan. Rian berharap, “Mengungkap sejarah dan potensi Korfball di Indonesia, sebuah perjalanan yang penuh harapan dan prestasi.”