Setelah nirgelar di ajang French Open pekan lalu, tim bulutangkis Indonesia sudah bergeser ke Inggris, awal pekan ini. Fokus Hendra Setiawan dkk. langsung dialihkan ke All England yang berlangsung 12-17 Maret.
Skuat Cipayung tiba di Birmingham, Minggu malam (10/3) waktu setempat dan langsung menjajal venue, Utilita Arena, Senin pagi (11/3). Mereka melahap latihan sekitar 90 menit.
Selain mengasah teknis dan mengoptimalkan kondisi fisik, faktor lain yang jadi bahan evaluasi dari kegagalan di French Open adalah perkara mental. Hal itu menjadi tugas utama dari Koordinator Psikolog tim Ad Hoc Olimpiade Paris 2024, Lilik Sudarwati.
“Memang seperti yang disampaikan Kabid Binpres, Ricky Soebagdja bahwa daya juang anak-anak harus ditingkatkan. Di dalam pertandingan pasti ada menang dan kalah, itu pasti, tapi kita harus punya prinsip yaitu kita main harus siap capek dan kalaupun harus kalah, lawan tidak boleh menang dengan mudah. Tidak memberikan poin-poin yang gampang,” ujar Lilik di situs resmi PBSI.
Berhubung tekanan yang dihadapi para pemain bakal berlipat di turnamen sebergengsi All England, maka mental pemain harus tetap terjaga di tengah laga. Saat strategi tak berjalan dengan baik, pemain disarankan mengambil jeda.
““Memang mengambil jeda itu penting ketika apa yang kita inginkan tidak berjalan. Ini yang kadang-kadang anak-anak lupa. Mengambil jeda itu bisa membalikkan fokus dan ketenangan. Caranya bermacam-macam tergantung situasi dan kondisi di lapangan. Ini yang saya ingatkan juga, baik kepada pemain maupun pelatih,” lanjut Lilik.
*Juara bertahan
Pasangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian menjadi salah satu tumpuan untuk meraih gelar. Hal itu bukannya tanpa alasan. Keduanya berstatus juara bertahan.
Apalagi, Indonesia tengah mendambakan raihan gelar setelah periode paceklik di tahun 2024 ini. Dari tujuh ajang BWF World Tour yang sudah dihelat sejak pergantian tahun, Indonesia baru mampu meraih satu gelar lewat keberhasilan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin di Indonesia Masters.
Fajar/Rian diharapkan mengakhiri masa paceklik tersebut. Namun, keduanya tak ingin menjadikan hal itu sebagai beban. Mereka bakal lebih berupaya fokus dari satu pertandingan ke pertandingan berikutnya.
“Tidak ada beban yang terlalu tinggi (menjadi juara bertahan). Kami mau fokus untuk all-out di setiap pertandingan,” ujar Fajar.
Di ajang All England tahun lalu, Fajar/Rian keluar sebagai juara usai menyisihkan senior mereka, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan lewat dua gim langsung 21-17 dan 21-14.