Manchester City akhirnya sukses menjuarai Premier League 2023/24 usai menang 3-1 atas tamunya, West Ham, di Etihad Stadium, Minggu (19/4). Gol cepat Phil Foden yang lahir saat laga baru berjalan dua menit, berperan besar dalam memuluskan jalan ke tangga juara.
Di satu sisi, gol tersebut membuat pasukan Pep Guardiola makin nyaman menguasai laga. Terbukti, hanya berselang sekitar 16 menit kemudian, skuat Manchester Biru sukses memperbesar keunggulan menjadi 2-0 berkat gol kedua Foden.
Di sisi lain, gol cepat Foden menggoyang mental tim pesaing mereka, Arsenal. Menjamu Everton di Emirates Stadium, para pemain The Gunners kurang efektif memanfaatkan peluang.
Perbandingan itu cukup kentara jika mengacu pada data statistik Squawka. The Citizens mampu melepaskan 10 tembakan on-target ke gawang West Ham di sepanjang babak pertama. Jumlah tersebut bahkan menjadi jumlah tembakan on-target terbanyak yang harus diterima The Hammes (khusus di 45 menit awal) sepanjang sejarah. Meski jelang turun minum, West Ham sempat memperkecil ketertinggalan menjadi 1-2 lewat gol Mohammed Kudus.
Sebaliknya, dalam periode serupa, Arsenal cuma mampu mencatatkan tiga tembakan on-target ke gawang Everton, dari total 12 tembakan yang mereka buat. Sebuah perbandingan yang cukup signifikan.
Kondisi itu berlanjut ke babak kedua. Jika City dengan cepat mampu menambah keunggulan mereka menjadi 3-1 berkat gol Rodri (59’), maka Arsenal harus menunggu hingga menit-menit akhir untuk bisa mencetak gol penentu kemenangan lewat Kai Havertz (89’).
Skor kedua laga tak berubah hingga usai. City pun resmi menjadi juara Premier League 2023/24 lewat keunggulan dua poin dari sang pesaing.
Suasana di Etihad Stadium dan Emirates Stadium juga begitu kontras. Di Etihad Stadium, para penggemar City langsung larut dalam euforia begitu wasit John Brooks meniupkan peluit akhir. Mereka berhamburan ke dalam lapangan. Kondisi itu memaksa sebagian besar para pemain City untuk kembali ke ruang ganti.
Sementara itu, di Emirates Stadium, para penggemar Arsenal cuma bisa terpaku di bangkunya masing-masing. Sebagian berusaha menghibur diri dengan tetap memberikan applause ke para pemain.
Di lapangan, Arteta dan pasukannya juga berupaya tetap tegar. Havertz merupakan salah satu dari sedikit pemain Arsenal yang tampak cukup terpukul dan beberapa kali menyeka air matanya.
*Rekor vs rekor
Yang pasti, skuat London Merah sudah menyuguhkan perjuangan terbaik mereka dalam persaingan gelar juara versus City.
Lewat perolehan akhir 89 poin, Arsenal menjadi tim runner-up terbaik ketiga sepanjang sejarah Premier League setelah Liverpool 2018/19 (97 poin) dan Liverpool 2021/22 (92 poin).
Koleksi 89 poin tersebut juga menjadi torehan akhir terbaik kedua Arsenal setelah sukses The Invicibles (90 poin) yang mereka ukir di musim 2003/04.
Selain itu, koleksi 89 poin bahkan juga masih lebih bagus dibanding kala mereka menjadi juara Premier League 2001/02 (87 poin).
Di sisi lain, City juga tak ketinggalan mencatatkan rekor. Mereka resmi menjadi satu-satunya tim di sepanjang sejarah Premier League, yang mampu menjadi juara dalam empat musim terakhir (sejak 2020/21) secara beruntun!
Yang tak kalah menarik, pekan penutup musim ini tak cuma menyajikan drama persaingan juara antara City dan Arsenal, tapi juga melahirkan 37 gol dari 10 laga yang digelar.
Dari 37 gol tersebut, sebanyak 19 gol di antaranya lahir di babak pertama. Menurut Opta, jumlah 19 gol yang lahir di 45 menit awal tersebut merupakan jumlah gol yang paling banyak tercipta sejak Oktober 1992.
Benar-benar pekan penutup yang cukup menghibur bagi semua pemerhati Liga Inggris. Sampai jumpa lagi musim depan!