Dalam sepekan terakhir, setidaknya sudah ada dua figur penting di Manchester City yang menyatakan bahwa peluang mereka untuk menjuarai Premier League 2024/25 sudah benar-benar tertutup.
Yang pertama adalah sang pelatih, Pep Guardiola, dan yang kedua adalah gelandang sentral, Bernardo Silva.
Guardiola mengungkapkan pesimisme itu usai timnya menang tandang 2-0 atas Leicester di laga penutup tahun, Minggu (29/12). Dua gol kemenangan dicetak Erling Haaland dan Phil Foden.
Hasil itu sebenarnya mengakhiri rentetan empat laga The Citizens sebelumnya tanpa kemenangan. Namun, mereka masih terpaut 14 poin dari Liverpool selaku pemuncak klasemen.
“Kami terima sudah tak ada peluang juara, tapi masih ada yang bisa diperjuangkan: Piala FA, finis di empat besar klasemen akhir dan kemenangan ini cukup membantu,” ujar Guardiola.
Setelah Guardiola, Silva menghembuskan pesimisme serupa jelang laga kontra West Ham akhir pekan ini. Menurutnya, sudah terlalu sulit untuk bisa mengejar Liverpool dan Arsenal di papan atas.
“Kini segalanya tentang menerima kenyataan. Liverpool di luar jangkauan kami. Memang, untuk menjadi juara Premier League bukan hal yang mustahil karena dalam sepak bola tak ada yang mustahil, ujar Silva.
“Namun, untuk saat ini, kami benar-benar terdepak dari perburuan gelar juara. Semuanya sudah terlambat buat kami,” lanjut Silva.
Tak ada yang salah dari pernyataan normatif Silva tersebut. Secara hitungan matematis, peluang City masih ada meskipun kecil.
Namun, tidak demikian jika berkaca pada fakta sejarah, terutama jika mengacu pada selisih 14 poin City dengan Liverpool. Pasalnya, tak pernah ada tim yang berhasil keluar sebagai juara setelah ketinggalan 14 poin dari tim pemuncak klasemen.
Menurut Opta Analyst, selisih terjauh yang pernah berhasil dipangkas untuk akhirnya bisa keluar sebagai juara adalah 13 poin.
Fenomena itu dipamerkan Arsenal saat menjuarai musim 1997/98. Pada musim tersebut, The Gunners untuk pertama kalinya ditangani pelatih Arsene Wenger dalam semusim penuh.
Manajemen skuat Meriam London juga lumayan jor-joran belanja pemain dengan mendatangkan Marc Overmars, Emmanuel Petit, Luis Boa Morte dan Alex Manninger.
Hanya saja, segalanya tak langsung berjalan mulus. Hingga periode jelang Natal, mereka cuma berada di peringkat 6.
Peluang menjuarai liga bahkan terasa makin berat kala mereka tertinggal 12 poin dari Manchester United selaku pemuncak klasemen di akhir Feburari.
Nah, barulah drama sensasional tersaji. Skuat London Merah mendulang 10 kemenangan beruntun dari periode awal Maret hingga awal Mei.
Berkat tren bagus itu, Arsenal bahkan tetap bisa menjuarai liga meski menelan kekalahan beruntun di dua pekan terakhir (0-4 vs Liverpool dan 0-1 vs Aston Villa). Wenger dan pasukan tetap menjadi kampiun dengan keunggulan hanya satu poin dari Manchester United.
View this post on Instagram