AC Milan meraih kemenangan dramatis 3-2 kala menjamu Parma, MInggu (26/1). Skuat Milan Merah tertinggal lebih dulu lewat gol Matteo Cancellieri (menit 24’). Milan lalu menyamakan kedudukan lewat gol penalti Christian Pulisic (38’). Gol itu merupakan gol ke-11 Pulisic di semua ajang musim ini, sekaligus memantapkan statusnya sebagai pencetak gol terbanyak Milan (11 gol).
Skor imbang 1-1 bertahan hingga turun minum. Di babak kedua, Milan kembali tertinggal lewat gol Enrico Del Prato (80’). Setelah itu, barulah laga disuguhi aksi comeback dramatis.
Diawali gol Starhinja Pavlovic yang dianulir VAR karena offside (88’), publik San Siro mulai bergemuruh saat Tijani Reijnders menyamakan kedudukan menjadi 2-2 di menit 90+2.
Gol tersebut merupakan gol ke-10 Reijnders. Dengan kata lain, gelandang Belanda yang memiliki darah Indonesia itu cuma berselisih satu gol dengan Pulisic selaku top skor.
Kejutan tak berhenti sampai di situ. Di saat lima menit waktu tambahan akan berakhir, Milan justru sukses membalikkan keadaan menjadi unggul 3-2 berkat gol pemain pengganti, Samuel Chukwuezev(90+5). Gol itu bahkan lahir dari sepakan terakhir dan menjadi catatan bersejarah tersendiri.
Dilansir Opta, ini merupakan pertama kali dalam sejarah di mana Milan berhasil menang come-back lewat dua gol yang mereka ciptakan di atas menit 90.
Catatan positif lainnya adalah soal bagaimana performa Milan makin positif semenjak ditangani pelatih anyar, Sergio Conceicao. Di bawah komando pelatih asal Portugal tersebut, Rossoneri mendulang lima kemenangan di tujuh laga.
Berkat catatan positif itu, Milan kini mulai bersaing di posisi enam besar demi memperebutkan satu tiket ke Eropa.
Hanya saja, kemenangan comeback ini sedikit ternoda karena insiden yang melibatkan Conceicao dengan Davide Calabria, tak lama setelah wasit meniup peluit akhir.
Dari tayangan kamera, Conceicao sempat berlari ke arah Calabria dan meneriaki sang pemain. Youssof Fofana selaku salah satu gelandang Milan yang berada di dekat insiden tersebut berupaya menghalau sang pelatih. Sementara itu, beberapa pemain lain “mengamankan” Calabria.
Belum jelas apa motif atau penyebab di balik lahirnya friksi tersebut.