Calvin Verdonk telah menjelma menjadi salah satu idola baru bagi pendukung timnas Indonesia. Bek kiri andalan timnas Indonesia ini memainkan peran penting dalam perjalanan tim nasional menuju Piala Dunia 2026.
Saat ini, Indonesia berada di posisi keempat Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, dengan peluang lolos baik secara langsung maupun melalui babak play-off.
Sejak resmi memegang pasport Indonesia pada 4 Juni 2024, Verdonk langsung menjadi pilihan utama baik di era Shin Tae-yong maupun Patrick Kluivert. Dalam waktu kurang dari setahun, ia telah mengoleksi sembilan caps untuk timnas Indonesia.
Kehidupan Verdonk diakuinya berubah drastis sejak memutuskan untuk membela Indonesia. Di negeri ini, ia merasakan atmosfer sepak bola yang jauh berbeda dari Belanda. Antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sepak bola membuatnya merasa seperti seorang superstar.
“Anda akan dihentikan di setiap sudut. Itu sangat menyenangkan pada awalnya dan tetap seperti itu. Ini sangat berbeda dengan Belanda, sangat melelahkan,” tutur Verdonk.
“Saya semacam superstar. Saya pernah bertemu seorang teman untuk minum kopi di pusat perbelanjaan. Itu hanya lima menit jalan kaki, tetapi dalam perjalanan ke sana kami butuh waktu 45 menit. Itu gila,” lanjutnya.
Popularitas Verdonk di Indonesia bahkan berdampak pada klubnya di Belanda, NEC Nijmegen. Akun media sosial klub tersebut kerap dipenuhi dukungan dari fans Indonesia, sementara akun Instagram pribadinya kini telah memiliki lebih dari dua juta pengikut. Angka tersebut jauh lebih banyak daripada rekan setimnya, Lasse Schöne, yang hanya memiliki 276 ribu pengikut.
BACA JUGA: Tiga Pemain yang Pernah Juara Bersama Stefano Cugurra di Persija Jakarta dan Bali United
KEPUTUSAN MEMBELA INDONESIA
Keputusan Verdonk untuk membela Timnas Indonesia tidak lepas dari akar keturunannya. Ayahnya lahir di Meulaboh, Aceh, membuatnya memiliki ikatan emosional dengan tanah air.
“Ayah saya lahir di sana, jadi begitulah awalnya. Saya mulai semakin sering menerima pesan di media sosial. Lalu saya mulai memikirkannya,” ungkap Verdonk.
“Anda juga melihat semakin banyak pemain muda Belanda pergi ke sana. Saya melihat bahwa mereka juga akan bermain untuk sesuatu dan itu juga sangat penting. Aneh sekali di sana. Orang-orang itu benar-benar tergila-gila pada sepak bola. Ada banyak orang yang tinggal di sana, hampir 300 juta,” tambahnya.
LIGA INGGRIS
Meski masih terikat kontrak dengan NEC Nijmegen hingga 2028, Verdonk tidak menutup kemungkinan untuk pindah ke liga lain. Namun, ia mengaku tidak tertarik bermain di Inggris atau Portugal.
“Saya tidak punya istilah pilihan impian, tetapi mungkin lebih ke finansial. Saat ini saya sudah mulai cukup tua sebagai pesepakbola,” ujarnya.
“Saya penasaran untuk melihat apakah saya bisa bertahan di kompetisi lima besar Eropa. [Tetapi] Saya rasa saya tidak sanggup bermain Liga Primer. Semuanya berjalan begitu cepat dan sangat membutuhkan fisik dengan banyak pertandingan. Mungkin di Bundesliga.”
Verdonk juga menyebut Serie A dan La Liga sebagai opsi, meski mengakui bahwa pemain Belanda jarang bermain di Spanyol. Sementara itu, pengalaman kurang menyenangkan saat membela Famalicão di Portugal membuatnya enggan kembali ke liga tersebut.
“Ada banyak orang dari Amerika Selatan yang hampir tidak bisa berbahasa Inggris. Itu membuat saya sulit beradaptasi. Saya merindukan suasana rumah,” kenangnya.
Dengan dedikasinya untuk Timnas Indonesia dan performa konsisten di klub, Calvin Verdonk terus menorehkan sejarah baru dalam kariernya. Ia bukan hanya pemain, tetapi juga simbol persatuan antara dua budaya—Belanda dan Indonesia—melalui sepak bola.
View this post on Instagram