Sportcaster Liga 1 dan Liga 2, Labieb Sadat ternyata punya perjalanan karier yang cukup panjang. Dirinya menceritakan awal mula terjun di dunia sepak bola Indonesia.
Berangkat dari seorang suporter, Labieb Sadat selalu hadir ke stadion tempat sang klub tercinta bermain. Bahkan saat itu dirinya masih berusia tujuh tahun.
“Pertama kali itu saya memang fokus di sepak bola Indonesia. Pertama kali saya suka saat nonton Liga Bank Mandiri 2001 di umur 7 atau 8 tahun. Jadi nonton bola memang suka saya dari kecil sampai kuliah,” katanya kepada JebreeetMedia.
Kala memasuki bangku kuliah, Labieb Sadat menyalurkan hobby sepak bolanya ke hal lainnya, yakni menulis. Berangkat dari situ lah akhirnya ia bisa menciptakan media bolanya sendiri yang terkenal, yaitu Gara-gara Bola.
Diciptakannya Gara-gara Bola adalah untuk menyalurkan hobby menulisnya dan menambah wawasan sepak bola Indonesianya. Saking cintanya dengan sepak bola Indonesia, Labieb Sadat mengakui dirinya tak jarang mengejar timnas Indonesia dimana pun berada.
“Di kuliah saya mulai nulis-nulis, awalnya hobby dan ternyata di tahun 2014 saya mulai aktif di berbagai forum sepak bola. Akhirnya di 2017 saya membangun media komuniti sendiri namanya Gara-gara Bola,” jelasnya
“Awalnya cuma buat have fun aja karena ada media untuk mewadahi saya atau menyalurkan bakat saya di sepak bola Indonesia. Karena saya kan memang suka nonton sepak bola ke luar negeri, timnas Indonesia atau Sea Games, Piala AFF,” lanjutnya.
Usai berkembangnya Gara-gara Bola, akhirnya Labieb Sadat ditarik oleh salah atu kanal podcast terkenal di Indonesia, ialah Box to Box. Bermula dari bintang tamu, pengetahuannya soal sepak bola Indonesia membuatnya justru direkrut oleh Box to Box.
“Saya suka nonton bola dan akhirnya setelah membangun Gara-gara Bola saya direkrut oleh Box to Box. Tapi waktu itu status saya masih menjadi bintang tamu, lama kelamaan ternyata Box to Box melirik saya karena ada potensi. Akhirnya saya gabung di podcast Umpan Tarik,” ungkapnya.
Kariernya pun semakin cemerlang sejak dirinya bergabung dengan Box to Box. Terbukti ia terus di podcast tersebut dan sudah jalan 4 tahun hingga saat ini.
Namanya yang terus menanjak membuat salah satu stasiun televisi ingin menggunakan jasanya untuk menjadi komentator. Dari situlah awal mula karier Labieb Sadat sebagai komentator dimulai.
“Akhirnya saya bangun Podcast Umpan Tarik, saya juga mungkin sudah beberapa kali ganti partner sampai 8 kali, sampai akhirnya sama Aun Rachman saya terus berdiri selama satu setengah tahun terakhir.
“Saya bangun dulu Box to Box pada tahun 2018, mau jalan 4 tahun. Ketika saya mau menyiapkan Gara-gara Bola dan Box to Box, akhirnya ada kesempatan jadi sportcaster untuk Liga 2 kebetulan.
Pertandingan pertama yang dipimpinnya adalah saat Rans Cilegon FC berhadapan dengan Persekat Tegal. Selepas mengomentari pertandingan tersebut, Labieb Sadat ternyata tak berekspektasi memiliki waktu reguler di acara tersebut.
Stasiun televisi tempat Labieb Sadat bekerja nyatanya memiliki pandangan tersendiri soal dirinya. Potensi besar yang dimiliki Labieb Sadat membuat sang stasiun televisi justru menyodorkan kontrak komentator selama dua musim.
“Waktu itu diambil oleh Emtek group, dia butuh komentator muda yang mengerti sepak bola Indonesia. Terus abis itu menariknya saya kira waktu itu saya harus casting dulu, ternyata ketika saya menyiapkan CV dan Portofolio, saya langsung bekerja atau debut saya saat Cilegon melawan Persekat Tegal.
“Kirain saya buat sementara doang, ternyata saya terus lanjut yang harusnya enam pertandingan tetapi saya hanya bisa tiga pertandingan karena bentrok dengan kerjaan lain. Ga lama saya dikontrak untuk dua musim,” terangnya.
Usai berakhirnya Liga 2, Labieb Sadat justru ditarik untuk menjadi komentator di Liga 1. Akibatnya namanya terus menanjak dan mulai banyak dikenal oleh para pecinta sepak bola Indonesia.
“Setelah selesai di musim itu saya lanjut di Liga 1 di putaran kedua dan akhirnya masuk dan saya dapet dua pertandingan. Saya kira back up saja karena banyak komentator lain, mungkin karena manajemen cocok akhirnya saya tetap sampai sekarang,” tutupnya.