Setelah bermusim-musim menjadi penantang gelar, atau sekurangnya meraih piala, Liverpool sangat mungkin mengakhiri musim ini tanpa trofi. Apa daya Si Merah untuk menyelamatkan musim?
Usai tersingkir dari dua kompetisi piala domestik, Liverpool praktis tinggal berharap pada Liga Champion untuk bisa meraih gelar. Hanya, peluang Reds lolos ke perempat final Liga Champion menipis setelah kalah 2-5 dari Real Madrid di leg 1 di Anfield.
Peringkat keempat di klasemen akhir Premier League musim ini akan menjadi target utama Jurgen Klopp. Apakah Liverpool mampu mencapainya dengan performa angin-anginan dan berbagai kekurangan?
Hasil di leg 1 perdelapan final itu, yang menjadi kali pertama Liverpool kebobolan lima gol di kompetisi Eropa, akan mengarah kepada kesimpulan yang sama. Masalah Reds musim ini masih berkisar pada barisan pertahanan rapuh dan lini tengah yang juga tidak tangguh.
Klopp dapat menyodorkan cedera sebagai alasan terpuruknya Liverpool. Hanya, alasan ini tidak bisa selalu dikedepankan. Pada kenyataannya Liverpool memiliki banyak pelapis bagus, walau sebenarnya lini tengah ditengarai butuh penguatan saat bursa transfer musim dingin terbuka.
Harapan meraih tiket ke Liga Champion musim depan sebenarnya cukup realistis. Hanya, persaingan untuk menggapainya bakal sangat sengit.
Jika tiga besar tampak sudah mapan, Reds setidaknya melihat dua pesaing besar untuk peringkat keempat, yakni Newcastle dan Tottenham. Fulham dan Brighton sementara masih berada di atas Liverpool di klasemen. Namun, kiprah kedua klub rasanya akan menurun menuju akhir musim.
Demikianlah, peringkat keempat masih dalam jangkauan Si Merah. Kapasitas Jordan Henderson dkk. untuk menyelamatkan musim masih terbilang besar.
Uuntuk bisa finis di papan atas, daya gempur lini depan praktis menjadi andalan utama bagi Liverpool. Membaiknya produktivitas para penyerang bisa jadi tanda bahwa harapan itu masuk akal. Darwin Nunez dan Cody Gakpo mulai menuai ketajaman setelah mulai bisa nyetel. Mohamed Salah tetap jadi penggedor utama. Dua gol yang membawa Reds unggul lebih dulu bisa jadi bukti lini ini masih mumpuni.
Hanya, konsistensi akan jadi pekerjaan rumah berat bagi Reds. Merseyside Merah bisa mengukir empat kemenangan beruntun di liga pada November-Desember lalu. Namun, mereka hanya mendulang satu poin dari empat partai berikutnya.
Skuat Reds sering terlihat kehilangan konsentrasi, sesuatu yang jadi kekuatan mereka bermusim-musim. Klopp boleh menyangkalnya seperti saat melawan Wolves, tapi dugaan itu menjadi beralasan. Tanda-tandanya cukup jelas. Seperti dikutip dari Daily Star, Liverpool mesti mencegah kebobolan lebih dulu. Mereka mesti panas sejak start dan berkonsentrasi sampai peluit akhir laga dibunyikan.
Kiat lainnya, sambil menanti kembalinya para andalan dari cedera dan efek lanjutan dari pemain-pemain muda yang tampil baik, Klopp perlu pula mengembalikan kegembiraan dalam timnya. Faktor main dengan keriaan tersebut memudar musim ini.
Setelah dibekuk tiga gol tanpa balas oleh Wolves di Molineux pada awal Februari, Liverpool mampu mencetak dua kemenangan tanpa kebobolan sebiji gol pun. Markah bagus ini mesti terus berlanjut. Jika tidak, para suporter Reds mesti bersiap melihat tim kesayangan mereka berlaga di kasta kedua Eropa musim depan.