Play-off fase gugur Liga Europa menghadirkan kejutan bernama Union Berlin. Wakil Jerman itu mengempaskan Ajax setelah leg kedua pada Kamis (23/2).
Setelah skor kacamata di Amsterdam, kedua tim tampil terbuka sejak sepak mula. Union Berlin memanfaatkan atmosfer Stadion An der Alten Forsterei untuk unggul.
Memasuki menit ke-20, bek Ajax, Calvin Bassey, menyentuh bola dengan tangannya di kotak penalti. Robin Knoche bisa menaklukkan kiper Geronimo Rulli. Union Berlin, peringkat kelima Bundesliga musim silam, menggandakan keunggulan melalui Josip Juranovic semenit sebelum turun minum antarbabak.
Ajax sempat memperlihatkan tanda kuat akan mengejar keunggulan lawan. Saat babak kedua memasuki menit kedua, Mohammed Kudus sukses memanfaatkan umpan Steven Bergwijn.
Namun, Union segera menjegal kemungkinan lawan bangkit. Tiga menit setelah gol Kudus, kubu tuan rumah yang berjulukan Die Eisernen atau Si Besi ini mencetak gol ketiga. Sundulan pemain asal Belanda, Danilho Doekhi, menyambar masuk bola sepak pojok Juranovic.
Saat injury time, Ajax memperlihatkan rasa frustrasi mereka. Juara Eredvisie musim silam ini mesti bermain dengan 10 pemain setelah Edson Alvarez diusir wasit karena aksi tidak sportif.
Ajax menguasai jalannya permainan dengan penguasaan bola sebesar 73%. Tak kurang, tuan rumah memperlihatkan permainan efektif. Torehan 10 shot on goal mereka hanya sebuah lebih sedikit daripada Ajax.
“Tidak ada yang lebih baik daripada hasil ini. Saya sangat bangga. Para pemain menunjukkan niat dan mental kuat menghadapi Ajax,” ucap manajer Union Berlin, Urs Fischer, dikutip Xinhua. Sang pelatih juga tidak menampik anggapan bahwa timnya dinaungi hoki. “Tentu, butuh keberuntungan untuk memenangi laga seperti ini,” tuturnya.
Entah hoki atau bukan, Die Eisernen meneruskan kiprah mengesankan sekaligus mengejutkan terutama dalam beberapa tahun terakhir sejak promosi ke divisi teratas Bundesliga pada 2018/19.
Sejarah Union Berlin bak dongeng yang diwarnai keringat dan darah. Kondisi karut-marut keuangan klub yang berdiri pada 1966 disikapi para pendukung dengan dukungan dalam berbagai bentuk.
Memasuki 2007/08, sekitar 2.400 suporter bekerja secara suka rela selama 140.000 jam untuk merenovasi stadion. Mundur ke 2004, Union tak mampu membayar biaya pendaftaran Regionalliga. Para suporter mengampanyekan ‘Bleed for Union’, secara harfiah ‘Berdarah untuk Union’, yakni aksi donor darah sebagai upaya menggalang dana buat klub.
Musim ini, Union melanjutkan kisah dongeng mereka, tidak hanya di Liga Europa. Tim yang dikapteni Christopher Trimmel ini menjadi penantang serius gelar Bundesliga. Hingga pekan ke-21, Union bertengger di peringkat ketiga klasemen dengan koleksi 43 poin, sama seperti yang dikumpulkan dua raksasa di atas mereka, Munchen dan Dortmund.
Menarik menanti bagaimana Si Besi bisa menjaga performa di dua kompetisi. Yang jelas, saat ini Union patut bersuka ria karena dapat melaju ke perdelapan final Liga Europa. Undian babak 16 Besar ini akan digelar di Nyon pada Jumat (24/2) petang WIB.