Chelsea melangkah ke perempat final Liga Champion setelah mengungguli Dortmund pada Selasa (7/3). Dengan dua gol di Stamford Bridge, Si Biru membalikkan ketertinggalan dari leg pertama.
The Blues menjadi salah satu sorotan musim ini karena dua hal, yakni transfer besar-besaran di satu sisi, dan kiprah jeblok di sisi lain. Dari laga ini, pembicaraan bisa mulai bergerak ke arah lain. Berikut ini 7 hal dari laga Chelsea, plus sebuah dari Lisabon.
Ditunda 10 menit
Sepak mula leg kedua ini mengalami penundaan selama 10 menit. Pasalnya, bus yang membawa tim Dortmund tertahan kemacetan lalu lintas menuju Stamford Bridge. Bus itu baru tiba di stadion setengah jam dari yang dijadwalkan.
“Kami mengalami sedikit keterlambatan. Tentu sangat mengganggu. Namun, ini tidak akan menghentikan kami hari ini,” ucap pelatih BVB, Edin Terzic kepada BT Sport saat sesi wawancara sebelum laga. Saat itu, Terzic tidak tahu mengenai pemunduran jadwal kick-off.
Sterling membuka
Raheem Sterling menyeimbangkan agregat saat waktu normal babak pertama tersisa semenit lagi. Bicara soal tekanan, eks pemain Liverpool dan Man. City juga mengalaminya dengan bukti belum pernah mencetak gol sejak pergantian tahun. Kariernya di Chelsea terancam mandek pada musim perdananya.
Sterling disorot sebagai salah satu biang keladi mandulnya lini depan Si Biru. Usahanya sebelum gol juga berakhir luput. Tak kurang dari kelegaan besar pemain berusia 28 tahun ini usai membawa perdelapan final ini seimbang lagi.
Havertz mengakhiri… dengan sedikit kontroversi
Eksekusi penalti Kai Havertz saat babak kedua memasuki menit kedelapan pada akhirnya menjadi penentu langkah Chelsea ke delapan besar. Sedikit kontroversi menyertai karena mesti diulang setelah pengecekan VAR. Apa pun, makna gol ini buat pemain Jerman itu bertambah bagi dirinya pribadi.
Sebelum laga, pencetak gol penentu gelar LC dua musim lalu ini belum pernah mencetak sebuah gol pun dari delapan kesempatan melawan Dortmund. Paceklik itu yang terbanyak di dalam tim Si Biru. Bisa jadi gol tersebut mendongkrak kepercayaan diri Haverz.
Belakang tangguh
Absennya Thiago Silva sempat membuat keraguan terhadap pertahanan Chelsea membesar. Graham Potter mesti memutar akal menyiasati pakem tiga bek tengah pilihannya.
Kalidou Koulibaly dan Wesley Fofana tetap berada di sentral pertahanan. Marc Cucurella melengkapi. Trio ini mampu tampil kompak dan kuat untuk menangkal serangan demi serangan Dortmund. UEFA menobatkan Cucurella sebagai pemain terbaik di duel ini.
Jude sunyi
Salah satu sorotan di laga ini tertuju kepada Jude Bellingham. Alasannya enggak jauh dari potensi transfer besar pada musim panas untuk mendatangkan bakat apik Inggris tersebut.
Bellingham merupakan motor serangan Dortmund musim ini, tapi bukan di laga ini. Ia kerap kerepotan menghadapi dua dapur pacu Blues, Enzo Fernandez dan Mateo Kovacic di lini tengah. Bellingham juga tidak beruntung saat melewatkan peluang bagus untuk menghidupkan peluang timnya.
Dortmund terhenti
Bukan hanya Bellingham sebenarnya yang redup di pertandingan petang tadi. Sebastian Haller juga tidak berkutik di depan. Setelah laga, Terzic mengaku kehilangan tiga andalan yang grafik permainannya sedang bagus.
Die Borussen secara keseluruhan gagal meneruskan sinar terang sejak pergantian tahun. Deret 10 kemenangan klub Jerman itu pada 2023 ini terhenti di Bridge.
Setelah laga, Terzic sedikit menyinggung perbedaan otot finansial kedua kubu. “Kami tidak ingin bersaing dengan Chelsea di bursa transfer. Kami ingin bersaing dalam pertandingan, dan saya pikir kami dua kali melakukannya,” ucap Terzic seperti dikutip BT Sport.
Potter lega
Graham Potter boleh jadi sosok yang merasakan kelegaan terbesar setelah wasit Danny Makkelie meniupkan peluit tanda berakhirnya laga. Pelatih yang didatangkan dari Brighton ini dianggap sebagai penyebab performa semenjana klub London Barat itu.
Dengan peluang kecil mencapai peringkat keempat di Premier League, perjalanan di Liga Champion musim ini menjadi satu-satunya tumpuan asa meraih gelar. Bagi Potter, ajang ini akan jadi kesempatannya meyakinkan para pendukung.
“Memenangi laga dan melaju ke delapan besar Liga Champion menjadi salah satu momen terbaik dalam karier saya. Kedua sisi suporter berkontribusi pada atmosfer istimewa. Stamford Bridge menggelora dan performa kami terangkat,” ucap Potter setelah meraih tiket ke perempat final.
Ekstra dari Lisabon: Benfica superior
Sementara itu, Benfica melangkah mulus ke perempat final menyingkirkan kejutan besar musim ini, Club Brugge. Langkah ringan Benfica terbantu kemenangan 2-0 di Belgia. Pada leg 2 di Estadio da Luz, Selasa (7/3), wakil Portugal itu mengukuhkan dominasi mereka atas Simon Mignolet dkk.
Walau timnya sudah unggul dua gol dari tandang, Roger Schmidt tidak menganggap enteng laga kedua ini. Arsitek Benfica itu mempertahankan sebelas awal di Brugge.
As Aguias besutan Schmidt bahkan langsung mengambil inisiatif serangan, dengan hasil gol Joao Mario. Namun, gol sang gelandang serang dianulir VAR. Walau gagal unggul, Benfica telah memperlihatkan otoritasnya di rumah. Gol tuan rumah hadir pada menit ke-38 melalui Rafa Silva. Dua menit memasuki injury time, klub Lisabon ini menggandakan keunggulan lewat Goncalo Ramos.
Schmidt tidak mengendurkan tekanan setelah turun minum antarbabak. Dalam tempo 20 menit hingga menit ke-77, raksasa Portugal ini mencetak tiga gol lagi, masing-masing melalui gol kedua Ramos, penalti Mario, dan pemain pengganti, David Neres. Club Brugge mendapatkan hiburan pada menit ke-87 dari gol sayap kiri, Bjorn Meijer.
Benfica terlalu tangguh dengan agregat akhir 7-1.