Hasil kontras diraih Manchester United meski tampil dengan susunan komposisi 11 pemain awal (starting eleven) yang persis serupa di dua laga terakhir.
Dont change the winning team adalah sebuah ungkapan yang jamak didengar dari panggung sepak bola. Namun, apa yang dilakukan pelatih Manchester United, Erik ten Haag, pada laga babak 16 Besar Liga Europa kontra Real Betis di Old Trafford, Jumat (10/3), justru kebalikannya.
Masih belum sembuh rasa pilu para penggemar Setan Merah usai dibantai 0-7 dari Liverpool akhir pekan lalu. Berdasarkan mimpi buruk itu, bisa jadi tak sedikit para fan yang awalnya terheran-heran kala sang pelatih tetap memasang 11 pemain awal yang sama kala bersua Betis tadi malam.
Ten Haag ibarat menghadirkan persepektif baru dari ungkapan don’t change the winning team. Alih-alih melakukan perombakan, kubu Manchester Merah justru tetap memulai laga dengan komposisi pemain dan strategi yang serupa seperti kala dibantai Liverpool.
Menurut Opta, keputusan ten Haag untuk tetap mempertahankan susunan starting eleven tersebut merupakan yang pertama sejak September tahun lalu. Hasilnya memang berbeda 180 derajat! United bisa terus menerus menguasai daerah lawan dan menang telak 4-1.
Kemenangan 4-1 tak hanya mengantar satu kaki Setan Merah ke babak delapan besar, tapi juga melonjakkan mereka ke posisi teratas di daftar unggulan juara Liga Europa musim ini versi Squawka. Menurut daftar tersebut, Bruno Fernandez dkk. lebih difavoritkan menjadi kampiun dibanding Arsenal, Juventus, AS Roma, dan Sevilla.
Jika kemenangan 4-1 atas Betis belumlah dianggap sebagai penawar pil pahit atas kekalahan 0-7 dari Liverpool, setidaknya United tetap menorehkan beberapa catatan statistik memukau dari laga semalam (meski tanpa merubah starting evelen).
Yang pertama menyangkut produktivitas gol kandang. Menurut Squawka, kemenangan 4-1 atas Betis merupakan keberhasilan United yang ke-15 kalinya secara beruntun dalam mencetak dua gol kandang (atau lebih) sejak terarkhir kali mereka mampu melakukan hal serupa pada periode Maret hingga Oktober 2000. Ada 43 gol yang lahir dalam kurun 15 laga kandang tersebut. Jika dikalkulasi, United berarti mengoleksi rataan 2,8 gol!
Yang kedua soal jumlah peluang. Seperti yang sudah ditulis di atas bahwa United tak hanya berpesta gol ke gawang Betis, tapi juga terus menerus menekan daerah lawan.
Hal itu tergambarkan dari berbagai data statistik. Menurut situs Whoscored, United mencatatkan 70 kali serangan hingga ke daerah pertahanan lawan (dangerous attack). Bandingkan dengan Betis yang hanya sanggup mencatatkan 26 dangerous attack.
Dari serangan-serangan tersebut, United berhasil mengkreasikan sembilan peluang emas ke gawang Betis. Jumlah tersebut merupakan jumlah peluang emas terbanyak yang bisa dibuat United dalam satu laga dalam kurun enam musim terakhir!
Yang terakhir tentu saja soal hasil akhir. Menurut Opta, kemenangan atas Betis merupakan kemenangan ke-31 United di semua ajang musim ini. Jumlah itu merupakan yang terbanyak di antara tim-tim di lima kompetisi terbaik Eropa.
United jauh meninggalkan Barcelona, Real Madrid, Napoli, Paris Saint-Germain, dan Manchester City. Kelima tim raksasa dari La Liga, Serie A, Ligue 1, dan Premier League tersebut baru mengoleksi 27 kemenangan atau masih terpaut empat kemenangan dari United.
Modal Pede Kesekian Kali
Lantas, mengapa ten Haag berani mengambil resiko dengan tetap mempertahankan starting eleven-nya meski sebelumnya dibantai 0-7? Jika merunut pada pernyataan sang pelatih usai laga, ia memang sudah meyakini bahwa Fernandez dkk. bakal bangkit di laga kontra Betis.
“Beginilah memang sejatinya tim ini harus bereaksi dan seperti yang Anda semua ketahui, ini bukan pertama kali kami melakukannya di musim ini. Mungkin sudah sekitar lima atau enam kali kami berhasil bangkit dari hasil buruk di laga sebelumnya,” ujar ten Haag dilansir BT Sports.
Ujaran ten Haag mungkin terasa sedikit normatif. Jadi, mari beralih ke aspek yang lebih teknis. Fakta menunjukkan bahwa di balik kekalahan 0-7 dari Liverpool, sebenarnya tak ada yang salah dari komposisi starting eleven United yang tampil di Anfield akhir pekan lalu.
Data statistik Flashscore menunjukkan bahwa meski kalah persentase penguasaan bola di 45 menit babak pertama (60% vs 40%), United sebenarnya masih mencatatkan jumlah serangan berbahaya (dangerous attack) yang sama dengan tuan rumah (sama-sama 27).
Selain itu – masih di babak pertama – Rashford dkk. bahkan lebih banyak mengancam gawang Liverpool lewat tiga tembakan on-target, dibandingkan dengan catatan satu tembakan on-target yang cuma bisa dilancarkan The Reds.
Hanya memang, Mohamed Salah dkk. bisa unggul satu gol di babak pertama lantaran bisa memaksimalkan satu tembakan on-target tersebut menjadi gol.
Tragedi pembantaian baru terjadi di babak kedua dengan lahirnya enam gol tambahan yang bersarang ke gawang David De Gea. Apalagi, dari berbagai ulasan di media-media Inggris, Eropa, dan juga Tanah Air, dua gol cepat tuan rumah yang masing-masing dicetak Darwin Nunez (47’) dan Cody Gakpo (50’), menjadi penyebab utama United tampak begitu rapuh di babak keda.
Catat pula, sampai di kedudukan 3-0 tersebut, United sudah mengantungi tiga kartu kuning (Anthony, Lisandro Martinez, dan Scott McTominay) dan memaksa ten Haag untuk melakukan dua pergantian pemain.
Dari gambaran di atas, tak salah rasanya jika ditarik kesimpulan bahwa tanggung jawab terbesar dari hasil buruk 0-7 bukan sepenuhnya berada di pundak ten Haag berikut komposisi starting eleven-nya.
Toh, dengan starting line-up yang serupa, United justru bisa menang telak 4-0 atas Betis. Kemenangan yang pada akhirnya juga turut menggariskan beragam data statistik memukau, mulai dari produktivitas gol kandang hingga koleksi kemenangan terbanyak se-Eropa!