Potensi Napoli di Liga Champion semestinya sudah bukan lagi kejutan. Namun, ajang ini sering berjalan berlawanan dengan perkiraan umum. Partenopei sekurangnya mengincar catatan historis jangka pendek sebelum bicara soal kefavoritan jadi kampiun Eropa.
Kiprah sensasional musim ini di Serie A menjadikan Napoli bahan perbincangan yang menarik. Maklum, sudah cukup lama mereka paceklik scudetto. Saat dikaitkan dengan Liga Champion, catatan mereka lebih semenjana lagi. Namun, musim ini mungkin berbeda. Dominasi di dua kompetisi bukan kemustahilan.
Dari 12 tim tersisa, termasuk delapan tim yang pada tengah pekan ini masih harus berebut tempat di perempat final, hanya tiga klub yang sedang memuncaki klasemen liga masing-masing. Ketiga klub adalah Napoli, Bayern Munchen, dan Benfica. Namun, margin 18 poin memimpin yang dibuat Napoli adalah yang paling lebar.
Ya, Partenopei sedang sangat dekat dengan scudetto Serie A, gelar yang baru ketiga sepanjang sejarah klub. Kali ini, jika tidak ada halangan berarti, Napoli tidak diperkuat Diego Armando Maradona.
Bahkan dengan pemain legendaris dari Argentina yang namanya diabadikan sebagai stadion klub itu Partenopei gagal ke perempat final Liga Champion setelah jadi kampiun Italia pada 1987 dan 1990. Saat itu, kompetisi (masih bernama Piala Champion) diikuti juara-juara liga domestik saja.
Napoli sedang merenda sejarah di kasta teratas Eropa. Gli Azzurri juga belum pernah melewati perdelapan final sejak kompetisi berganti nama dan format menjadi Liga Champion per 1992.
Torehan Napoli sangat mungkin akan membaik pada Rabu (15/3). Berlaku sebagai tuan rumah leg 2, klub Italia Selatan ini sudah menggenggam keunggulan dua gol dari laga tandang di Frankfurt. Kiranya hanya keapesan besar yang akan membuat mereka terpeleset di Stadio Diego Maradona.
Pujian pertama untuk performa mengesankan Napoli di Serie A dan Liga Champion ini layak diarahkan kepada Luciano Spalletti. Revolusinya termasuk melego pemain-pemain senior berbuah manis.
Spalletti sendiri mengintip sejarah pribadi di level kontinen. Keberhasilan mengantar Gli Azzurri ke delapan besar Liga Champion akan menjadi yang pertama sejak Roma pada 2008. Sejak membawa klub ibu kota itu ke perempat final, pelatih kawakan ini sudah tujuh kali mencoba, yakni bersama Roma, Zenit St. Petersburg, dan Inter Milan, tapi selalu kandas.
Klub dari wilayah Campania ini tampak dapat memanfaatkan kesegaran yang hadir secara harfiah. Napoli dapat memaksimalkan bintang yang absen di Piala Dunia 2022. Duet maut, Victor Osimhen dan Khvicha Kvaratskhelia, tidak tampil di turnamen yang dihelat pada akhir tahun silam di Qatar karena negara mereka, Nigeria dan Georgia, tidak lolos.
Partenopei menatap sejarah. Stadio Diego Maradona akan menjadi saksinya, begitu pula tifosi yang memadati stadion yang sebelumnya bernama San Paolo itu.
Tengah ramai diperbincangkan pula bahwa Maradona membantu dalam bentuk titisannya, seperti yang disematkan kepada Kvaratskhelia hingga mendapat julukan “Kvaradona”. Kebetulan pemain berusia 22 tahun itu mencetak gol solo yang menawan pada akhir pekan lalu ke gawang Atalanta.
Dengan atau tanpa titisan El Diego, Napoli tengah mencuri perhatian. Italia sudah di depan mata mereka. Berikutnya: Eropa!