Berikut ini merupakan beragam hal yang menegaskan dari judul tulisan di atas.
Langkah Arsenal di ajang Liga Europa terhenti. Meski tampil di kandang sendiri pada leg kedua babak 16 Besar, The Gunners kalah beruntung dalam drama adu penalti kontra Sporting Lisbon, Jumat (17/3).
Babak tos-tosan itu digelar karena kedua tim bermain imbang 1-1 di waktu normal. Hasil tersebut mengulangi skor identik yang lahir di leg pertama.
Dari empat pemain tuan rumah yang maju sebagai algojo, hanya Gabriel Martinelli yang akhirnya gagal menunaikan tugas. Sebaliknya, lima penendang Sporting sukses mengeksekusi bola.
Kegagalan Arsenal ini bisa dibilang menjadi satu-satunya kejutan yang lahir di fase 16 Besar Liga Europa musim ini. Pasalnya, tim-tim unggulan lainnya semisal Juventus, Sevilla Feyenoord, Bayer Leverkusen, dan AS Roma, seluruhnya berhasil melaju ke babak perempat final.
Martinelli tak layak dianggap sebagai biang keladi sekalipun yang bersangkutan gagal di babak penalti. Pasalnya, ia tampil cukup baik di waktu normal.
Sebagai contoh, gol tunggal Arsenal yang dicetak Granit Xhaka, tak lepas dari peran Martinelli. Berawal dari insting dan akselerasinya, pemain asal Brasil lolos dari jebakan offside dan langsung berhadapan dengan kiper lawan, Antonio Adan.
Martinelli lantas melepas tembakan yang tak mampu dihalau dengan sempurna oleh Adan. Barulah kemudian Xhaka melepaskan tembakan rebound yang akhirnya menjgetarkan jala gawang Sporting.
Penampilan Arsenal secara keseluruhan juga tidak terlalu buruk. Pasukan Mikel Arteta lebih banyak mengancam gawang lawan di sepanjang laga. Data statistik laga dari situs Flashscore menunjukkan bahwa Arsenal mengemas peluang lebih banyak lewat delapan tembakan on-target (berbanding dua tembakan on-target Sporting).
Jika mengacu pada sejarah, khususnya aspek non teknis, penyebabnya justru lebih mengarah ke tren negatif yang kerap mengiringi langkah The Gunners setiap kali melakoni laga kandang di kancah Eropa.
Sebagai contoh, sebelum menjamu Sporting, Arsenal selalu gagal menang dalam empat laga kandang terakhir mereka di fase gugur. (*lihat boks data). Tren negatif itu berulang kembali lewat kekalahan dari Sporting semalam.
Contoh lain adalah gol tunggal nan spektakuler striker Sporting, Pedro Goncalves, merupakan satu-satunya gol yang bersarang ke gawang Arsenal di Liga Europa musim ini. Sebelumnya di laga-laga fase grup, tak sekalipun gawang skuat Meriam London berhasil dijebol lawan.
Rekor buruk yang dibawa Sporting ke Emirates Stadium jelang laga, juga layak manjadi catatan khusus. Bagaimana tidak, wakil Portugal itu tak pernah menang dalam sembilan lawatan terakhir mereka kontra tim-tim Inggris di kancah Eropa.
Namun, bicara sepak bola, hal-hal teknis tentu tak bisa dikesampingkan. Dalam sesi pers usai laga, pelatih Mikel Arteta, mengakui bahwa permainan anak-anak asuhnya tak cukup bagus.
“Hasil ini sangat di luar dugaan. Kami sangat ingin lolos dan berjuang juara. Akan tetapi, kami tak bisa menemukan ritme permainan terbaik, membiarkan lawan melakukan banyak umpan dan terlalu mudah kehilangan bola,” ujar Arteta dilansir Sky Sports.
“Di 20 menit terakhir, kami membuat tiga peluang tapi semuanya gagal menjadi gol. Kami juga tampil dengan energi dan mental yang bagus di babak tambahan dan sempat meraih dua peluang. Akan tetapi, babak adu penalti itu ibarat sebuah lotre dan saya ucapkan selamat untuk Sporting,” tutup Arteta.
BOKS DATA
ARSENAL TAK PERNAH MENANG DI LIMA LAGA KANDANG TERAKHIR (FASE GUGUR LIGA EUROPA)
- Kalah 1-2 vs Olympiacos – Babak 32 besar (2019/20)
- Kalah 0-1 vs Olympiacos – Babak 32 besar (2020/21)
- Imbang 1-1 vs Slavia Praha – Perempat final (2020/21)
- Imbang 1-1 vs Villarreal – Semifinal (2020/21)
- Imbang 1-1 vs Sporting – Babak 16 besar (2022/23)