Dalam beberapa musim terakhir, Tottenham Hotspur mencuat sebagai tim yang bersaing untuk empat besar. Sayangnya, hanya sampai di sana predikat mereka. Gonta-ganti pelatih tidak kunjung mendongkrak mental Spurs.
Musim 2009/10 boleh jadi merupakan titik penting buat Spurs. Mereka dapat finis di peringkat keempat untuk tampil di Liga Champion untuk pertama kali di musim berikutnya. Perempat finalis merupakan pencapaian perdana The Lilywhites.
Musim penting berikutnya adalah 2015/16. Saat Mauricio Pochettino melakoni musim keduanya menukangi Spurs, klub itu bisa finis di peringkat ketiga. Pencapaian tertinggi hadir pada 2016/17. Tottenham untuk pertama kalinya mengakhiri musim sebagai runner-up Premier League.
Di musim berikutnya Tottenham turun satu peringkat di klasemen akhir. Efeknya terasa pada 2018/19. Spurs mampu melaju ke final Liga Champion. Akan tetapi, impian mengangkat trofi langsung di kelas berat Eropa itu dikandaskan Liverpool yang lebih memiliki tradisi di ajang wahid Benua Biru itu.
Secara mengejutkan Pochettino dipecat pada 19 November musim berikutnya. Jose Mourinho dicantumkan sebagai manajer baru. Pelatih asal Portugal itu juga mesti berhenti di tengah musim karena vonis pemecatan.
Sepeninggal Mou pada 19 April 2021, Ryan Mason diangkat menjadi pelatih sementara sampai akhir musim yang ditandai dengan kekalahan di final Piala Liga. Nuno Espirito Santo digaet setelah mengangkat Wolverhampton. Pelatih asal Portugal itu gagal melakukannya di White Hart Lane walau membuat start menjanjikan. Kontrak Espirito Santo diputus hanya 124 hari alias empat bulan lebih beberapa hari saja usai perekrutan.
Pilihan pengganti jatuh kepada Antonio Conte. Keberhasilan membawa Chelsea menjuarai Premier League pada musim pertamanya menjadi poin mengillap dalam curriculum vitae Conte yang sulit dilewatkan Spurs. Apalagi, selepas Chelsea, Conte mampu membawa Internazionale Milan scudetto di musim keduanya di San Siro.
Conte memberikan tanda tangan dinginnya berpotensi besar mengangkat kiprah The Lilywhites. Sekitar tujuh bulan ditangani Conte, Spurs bisa finis di peringkat keempat. Hasil itu sekaligus menjadi sinyal ancaman buat tim-tim lain memasuki 2022/23. Conte berkesempatan menaikkan pencapaian pada musim penuh pertamanya.
Tottenham memuncaki klasemen pekan pertama musim ini. Memasuki pekan berikutnya, Spurs masih bisa mendiami zona Liga Champion. Sampai pekan ke-13, Spurs mampu berada di peringkat ketiga. Sempat melorot ke posisi kelima, klub London Utara itu bisa kembali ke peringkat keempat. Tempat itu dapat dipertahankan sampai akhir pekan lalu.
Hanya, posisi mereka sama sekali tidak aman. Newcastle yang ada di peringkat kelima mengintai dengan jarak dua angka, tapi dengan dua laga lebih sedikit.
Ya, perlahan tapi pasti klub London Utara itu mengendur. Sasaran gelar tampak menurun jadi empat besar saja. Spurs juga gagal memanfaatkan keuntungan sebagai tuan rumah leg 2 ronde 16 Besar setelah kalah 0-1 di Milan.
Kegerahan Conte memuncak pada Sabtu (18/3). Spurs mesti puas dengan satu angka dari Southampton, tim papan bawah. Padahal, Tottenham unggul 3-1. Gol penyama kedudukan tercipta pada injury time. Conte blakblakan memuntahkan kekesalannya terhadap performa pasukannya.
“Mereka tidak tampil untuk sesuatu yang penting. Mereka tidak ingin bermain di bawah tekanan. Gampang kalau begitu. Cerita Tottenham tetap begitu. Selama 20 tahun dengan pemilik yang sekarang, mereka tidak pernah memenangi sesuatu. Mengapa? Kesalahan hanya pada klub atau setiap manajer yang ada di sini. Mereka bisa berkali-kali mengganti manajer, tapi situasinya tidak bisa diubah. Percayai omongan saya,” sembur Conte seperti dikutip The Guardian.
Dengan serapahnya soal kemediokeran Spurs itu, Conte kayak meminta dipecat. Sejumlah pihak menilai bahwa mantan gelandang itu layak didepak karena ucapan kerasnya itu.
Semisal Conte dipecat, beberapa kandidat patut dimunculkan. Siapa saja? Ini lima calonnya menurut The Independent.
Pochettino ditengarai berpeluang kembali ke White Hart Lane. Pelatih asal Argentina itu sedang menganggur setelah dipecat PSG musim lalu. Namun, Chelsea disebut juga mengintai Poch untuk menggantikan Graham Potter.
Spurs disebut perlu mempertimbangkan Thomas Frank, arsitek Brentford. Thomas Tuchel, juga tengah menganggur, beserta Luis Enrique dan Marco Silva konon masuk bursa calon bos baru Spurs.
Kalau Daniel Levy memutuskan Conte tetap bertahan sampai akhir musim, Carlo Ancelotti berkesempatan kembali ke London. Ancelotti diperkirakan akan meninggalkan Madrid pada akhir musim.
Kira-kira yang mana akan menggeser Conte?