Sepanjang sejarah, Belanda baru tiga kali bersua Gibraltar dan kemenangan 3-0 di pertemuan teranyar merupakan kemenangan paling minim gol.
Menjamu Gibraltar di Feijenoord Stadium Rotterdam, Selasa (28/3), Belanda hanya mampu menang 3-0. Laga ini merupakan laga lanjutan babak Kualifikasi Piala Eropa 2024.
Tak sedikit fan Oranje yang menyayangkan kemenangan “tipis” tersebut. Dibilang tipis karena ada beragam hal yang menunjukkan bahwa Belanda seharusnya bisa menang lebih dari sekedar tiga gol.
Kita mulai dari hal teknis, terutama yang berkaitan dengan data statistik. Yang pertama adalah soal bagaimana Belanda begitu mendominasi laga.
Dilansir dari Squawka, Belanda unggul jauh dalam hal penguasaan bola lewat persentase 72% berbanding 28%. Dominasi itu memungkinkan Memphis Depay dkk. untuk 208 kali melakukan serangan, di mana hanya empat kali yang tidak sampai ke 1/3 kotak penalti lawan (204 dangerous attack). Bandingkan dengan Gibraltar yang hanya bisa melakukan 39 serangan dan cuma tiga kali mereka bisa sampai ke daerah pertahanan Belanda.
Dari dominasi penguasaan bola dan serangan tersebut itu, Belanda mampu melahirkan 51 tembakan di mana 11 di antaranya mengarah ke sasaran (on target). Gibraltar? 0 besar alias sama sekali tak pernah melepas tendangan ke gawang Belanda.
Jika dikalkulasi, efektivitas anak-anak asuhan Ronald Koeman dalam memaksimalkan peluang hanyalah sekitar 27% ( 3 gol berbanding 11 shot on target).
Catat pula bahwa Gibraltar hanya bermain dengan 10 orang setelah pemain bernomor punggung 10 mereka, Lian Walker, diganjar kartu merah pada menit 51’.
Sebelum Walker mandi lebih awal, Belanda sudah unggul 2-0. Dengan kata lain, Belanda hanya berhasil menambah satu gol meski menghadapai 10 pemain lawan di sekitar 40 menit terakhir!
Faktor non-teknis juga turut menyudutkan Koeman dan pasukannya, terutama jika bicara sejarah pertemuan. Pasalnya, Belanda baru tiga kali bersua Gibraltar dan di dua pertemuan sebelumnya, mereka selalu menang lebih telak, yakni 6-0 dan 7-0.
Kejadiannya juga terbilang belum terlalu lama, yakni di babak Kualifikasi Piala Dunia 2022. Kemenangan 7-0 lahir kala mereka lebih dulu bertandang ke Gibraltar pada 31 Maret 2021. Barulah ketika ganti menjadi tuan rumah, Belanda menang 6-0 pada 12 Oktober 2021 atau kurang dari dua tahun silam.
Kekalahan telak 0-4 dari Prancis di laga pembuka grup (25/3) juga turut menjadi justifikasi para pihak untuk mengkritisi kemenangan minim 3-0 atas Gibraltar. Tak hanya fan, tapi juga beberapa mantan pemain.
“Saya kira, Belanda tampil medioker, bahkan buruk. Tak banyak tendangan akurat yang kita buat ke gawanglawan. Apalagi, Gibraltar juga sempat bermain dengan hanya 10 pemain. Jadi, kemenangan ini rasanya tidak menghadirkan perasaan yang lebih baik setelah kita kalah dari Prancis,” ujar Van der Vaart dilansir Football Oranje.
“Jika Anda bicara soal melupakan kekalahan buruk di hari Jumat lalu (kekalahan dari Prancis), maka hal itu jelas gagal terealisasi. Faktanya, yang ada justru semakin berkurangnya rasa respek, baik kepada para pemain dan juga pelatih,” ujar Pierre van Hooijdonk.
Bagaimana tanggapan Koeman? Sang pelatih mengakui bahwa penampilan timnya masih jauh dari kata memuaskan.
“Permainan kami harus lebih baik lagi. Saya sangat tidak puas dengan penampilan kami di laga sebelumnya (versus Prancis) dan juga tak puas dengan hasil laga ini,” ujar Koeman.
*Nathan Aku justru menjadi bintang
Yang mungkin juga terasa agak absurd adalah bagaimana seorang Nathan Ake, yang sejatinya berposisi sebagai bek, justru bisa mencetak dua gol dan terpilih sebagai pemain terbaik laga.
Situs Whoscored bahkan memberikan nilai 10 untuk rating penampilan Ake. Sepanjang kariernya, baru inilah pertama kali Ake berhasil mencetak dua gol dalam satu laga.
Bek Manchester City itu bahkan tercatat sebagai pemain Belanda yang paling sering mengancam gawang Gibraltar lewat jumlah tendangan terbanyak (9 kali) dan jumlah peluang terbanyak (7 kali).
Agresivitas Ake tersebut juga tak mengurangi naluri defensifnya untuk tetap bekerja baik. Ia tercatat 14 kali memenangi duel perebutan bola dan seluruh tekelnya berhasil menghentikan laju lawan (100%).
Pertanyaan berikutnya, kenapa bisa Ake yang tampil gemilang, khususnya sampai bisa mencetak dua gol? Apa yang terjadi dengan amunisi lini depan Belanda lainnya? Simak pembelaan Koeman berikut ini.
“Ke depan, harus ada perbaikan, tentu jika semua pemain fit. Kondisi De Ligt, Wieffer, dan Gakpo tak terlalu fit di sepanjang laga. Selain itu, Depay juga harus ditarik keluar karena cedera. Tetap ada perbaikan dari penampilan dari sebelumnya, tapi masih terlalu minim,” ujar Koeman.
Sosok lain yang juga dicecar fan adalah Wout Weghorst. Pasalnya, striker Manchester United itu dinilai minim kontribusi meski tampil penuh 90 menit.
Dari total 51 tembakan Belanda, sembilan di antaranya lahir lewat Weghorst. Dari sembilan percobaan tersebut, hanya satu yang on-target dan tetap gagal berbuah gol. Ia akhirnya menjadi bulan-bulanan di media sosial.
“Nathan Ake mungkin cuma lima menit di kotak penalti lawan, tapi ia sudah membuktikan lebih tajam dibanding Weghorst,” twit salah satu fan.
“Bagaimana Belanda bisa punya Johan Cruyff, Marco van Basten, Ruud Van Nistelrooy, dan kini Weghorst. Rasanya tak habis pikir,” timpal fan lainnya.