Kemenangan 4-0 AC Milan di kandang Napoli, Senin (3/4), bukanlah kemenangan biasa. Margin empat gol itu menghadirkan beragam makna spesial.
Awalnya, tak banyak yang memprediksi Milan bisa mencuri poin dari kunjungan mereka ke Diego Armando Maradona Stadium kali ini. Pasalnya, Napoli sedang bagus-bagusnya, sementara Milan agak tersendat.
Anggapan itu berkaca dari tiga laga terakhir di mana Napoli selalu berhasil meraup kemenangan, sedangkan Milan sama sekali tak pernah menang.
Dua dari tiga kemenangan Napoli itu (4-0 vs Torino dan 2-0 vs Atalanta), lahir di kancah serie A yang sekaligus memantapkan posisi mereka di puncak klasemen. Di sisi lain, Milan berpotensi terlempar dari empat besar lantaran hanya meráih satu poin di tiga laga terakhir (1-3 vs Udinese, 1-1 vs Salernitana, 1-2 vs Fiorentina).
Jadi, saat tadı malam Milan sudah unggul dua gol hanya dalam tempo 25 menit awal berkat gol Rafael Leao (menit 17’) dan Brahim Diaz (25’), mungkin masih banyak yang mengira Napoli bisa mengejar.
Yang terjadi justru sebaliknya, Rossoneri justru berhasil menambah dua gol di babak kedua (Leao 59’, Saelemaekers 67’) dan tetap tampil solid hingga akhir laga.
Kemenangan ini menghadirkan beberapa catatan spesial, terutama jika mengacu status Napoli sebagai pemuncak klasemen. Yang pertama, dari sisi pelatih.
Menurut Opta, ini merupakan kemenangan kelima Milan dari tim pemuncak klasemen sejak era pelatih Stefano Pioli (Oktober 2019). Jumlah itu merupakan yang terbanyak dibanding keberhasilan tim-tim lain dalam mencuri poin dari tim peringkat teratas klasemen dalam periode serupa.
Di sisi lain, ini merupakan kekalahan empat gol pertama di kandang sendiri bagi pelatih Napoli, Luciano Spalleti, sejak terakhir kali ia menelan penderitaan serupa kala masih melatih AS Roma pada Maret 2009 silam (kalah 1-4 dari Juventus).
Yang kedua soal rekor pertemuan. Terakhir kali Milan bisa menang tandang dengan margin empat gol kontra Napoli adalah kala Marco Van Basten mencetak empat gol dan Stefano Eranio membuat satu gol guna menghadirkan kemenangan 5-1 pada November 1992.
Sekitar 20 tahun berlalu dan barulah catatan impresif itu berulang tadi malam. Khusus bagi Napoli, kekalahan empat gol tanpa balas dari Milan juga membuka kembali rapor merah mereka terkait kekalahan dengan selisih gol serupa sejak takluk dari Bologna pada Oktober 2000 silam.
Yang ketiga soal makna dari hasil laga itu sendiri. Bagi Napoli, kekalahan dari Milan hanyalah mengundur kepastian mereka ke tangga juara. Akan tetapi bagi Milan, tiga poin yang meraka bawa pulang dari Naples begitu berarti demi menjaga posisi mereka di empat besar.
Selain itu, kepercayaan diri Leao dkk. diyakini bakal bertambah karena masih ada dua laga lanjutan versus Napoli yang harus mereka jalani di sepanjang bulan April ini, yakni babak perempat final Liga Champions.
“Ini merupakan langkah awal. Masih ada sembilan laga tersisa di Serie A di mana kami harus tampil sebaik ini, terlebih kami sudah membuang beberapa poin di laga-laga sebelumnya,” ujar Pioli dilansir Football Italia.
Meski begitu, sang pelatih mengingatkan para pemainnya agar tidak terlalu larut dalam kemenangan ini, khususnya ketika kembali menjumpai lawan yang sama pada 12 April dan 18 April mendatang.
“Akan ada suasana, atmosfer, dan tensi laga yang berbeda di perempat final nanti. Kami hanya bisa belajar dari pêrtandíngan ini dan kita lihat saja apakah para pemain bisa kembali tampil sebaik ini nantinya,” lanjut sang pelatih.
Meski Pioli meminta pemain untuk tetap menginjak bumi, beberapa bintang kemenangan Milan di laga ini, seperti Leao dan Saelemaekers, tetap tak bisa melampiaskan kegembiraan mereka.
“Kamı menyadari bahwa ini merupakan laga penting menghadapi tim yang tampil luar biasa di sepanjang musim. Ada banyak komentar miring di luar sana, akan tetapi hal itu memompa semangat kami,” ujar Leao yang sebelumnya sudah hampir tiga bulan tak menyumbang gol bagi Milan.
“Dalam beberapa bulan terakhir, orang-orang agak melupakan Milan karena kami meraih hasil yang kurang baik. Saya hanya ingin mengingatkan mereka bahwa kami masih merupakan juara bertahan dan status itu berlaku hingga akhir musim,” timpal Saelemaekers.