Diwarnai dua kartu merah, satu untuk masing-masing klub, Everton dan Tottenham Hotspur berbagi angka pada Senin (3/4) petang di Goodison Park.
Dua kepentingan berbenturan di Goodison Park. Everton berniat menjauhi zona degradasi. Tottenham berambisi meraih empat besar lagi. Namun, tidak ada gol pada babak pertama duel.
Intensitas permainan meningkat di paruh kedua. Insiden besar pertama tak lain dari kartu merah Abdoulaye Doucoure karena mengangkat tangannya ke muka Harry Kane. Pelatih Everton, Sean Dyche, yang berada di dekat kedua pemain, tampak sepakat dengan kartu merah untuk anak buahnya di menit ke-59 itu.
Pada menit ke-68, Kane bisa menaklukkan rekannya di timnas Inggris, Jordan Pickford, dari titik putih. Wasit memberikan penalti buat Spurs setelah Michael Keane menjatuhkan Cristian Romero.
Perkataan manajer yang pekan lalu mereka pecat, Antonio Conte, bahwa Spurs tidak ingin bermain di bawah tekanan, seperti menghantui klub London Utara itu. Tottenham menyia-nyiakan keunggulan jumlah pemain sekaligus keunggulan skor. Pada menit ke-88, enam menit setelah masuk menggantikan Son Heung-min, Lucas Moura mendapatkan kartu merah langsung setelah menjejakkan pul sepatunya ke engkel Keane.
Everton bukan cuma beruntung Keane bisa bangkit. Sang bek tengah beralih dari antagonis menjadi pahlawan Goodison Park petang itu. Dua menit setelah kartu merah Moura, bola tembakan dari luar kotak penalti yang dilepaskan Keane bersarang di gawang Tottenham.
Sepoin ini disambut kelegaan The Toffees. Walau Merseyside Biru berada di peringkat ke-15, mereka mencatatnya dengan satu laga lebih banyak dari empat klub di bawahnya. Jarak Everton hanya satu poin dari zona degradasi.
Walau belum aman, wacana terhindar dari degradasi berkembang di Everton. “Ini adalah langkah menuju arah yang tepat. Hanya satu poin, tapi berarti. Mentalitas terus menguat,” ucap Sean Dyche, bos Everton, usai laga seperti dikutip The Guardian.
Cristian Stellini, dalam tugas pertamanya sebagai pelatih sementara Spurs, seperti menggemakan kegemasan Conte soal mental Hugo Lloris cs.
“Kami tidak menguasai permainan setelah kartu merah lawan. Kami memiliki peluang mengendalikan permainan. Dengan keunggulan jumlah pemain, tim mesti terus menggulirkan bola. Namun, kami tampak panik. Kami mesti memperbaiki aspek ini. Prosesnya akan lama, tidak bisa berubah dalam semalam,” ucap Stellini dikutip BBC.
Satu angka membawa The Lilywhites ke peringkat keempat klasemen berkat selisih gol yang lebih baik daripada Manchester United. Namun, United memiliki dua laga di tangan.
Stellini yakin timnya masih bisa finis di empat besar. Musim lalu, Spurs mengakhiri musim di peringkat keempat setelah laju hanya sekali kalah di 11 pertandingan terakhir. “Kami yakin karena mempunyai skuad besar dengan pemain-pemain bagus,” ucap sang pelatih interim.